Surat dunia.
"Upik abu yg cerita,"
Namanya abu. Foto senyum itu mengingatkanku padamu. Si kecil abu yg periang. Dia baru 6 tahun. Dia paling muda di antara siswa yg lain. Namun dunianya itu yg buat aku takjub. Jadi pada saat pelajaran ipa, ia mencoret-coret bukunya dengan gambar hujan dan awan. Memang pada saat itu aku menjelaskan tentang hujan dan prosesnya. Jika anak lain menulis dengan lancar maka abu menggambar dengan percaya dirinya. Ku dekati ia,
"Abu tulislah yg ada di papan tulis ," pintaku.
Abu tersenyum. Lalu salah satu guru membisikkan padaku.
"Abu belum lancar baca dan menulis, jadi coba ibu yg bimbing," pinta guru itu padaku.
Lalu dengan antusias aku bimbing abu untuk menulis dan membaca.
"Abu mau matematika dulu," pintanya.
hmm. Baiklah. Aku buatkan soal mtk untuknya. Soalnya mudah tapi prosesnya itu yg tak terlupakan. Jadi abu menghitungnya dengan membuat garis satu persatu. Misalnya 2 + 3 pertama ia buat dua garis dengan sangat hati-hati. Lalu dilanjutkan dengan 3 garis dengan torehan yg sangat pelan. Kemudian ia menghitung garis itu dengan terbata-bata. Lima....
Aku tersenyum bangga. Bahwa proses yg sabar akan berbuah manis. Bahwa inilah pembelajaran. Kau tak bisa memaksakan instan. Karena yg berproses yg membuat kita menghargai setiap step belajar.
"Terima kasih atas kesabaranmu dalam berhitung, aku bangga."
En.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar