Surat Dunia.
"Najwa... cantik - cantik ganteng,"
Salah satu putri dari rombonganku bernama Najwa. Awalnya aku mengira dia laki-laki. Tingkahnya, style baju, gaya bicara, semua ala laki-laki. Tapi aku salah. Dia perempuan cantik.
"Najwa itu perempuan mba eka," kata ibunya.
Ohh Najwa. Aku baru tahu kalau namanya saja sudah cantik sekali.
"Terus bunda, kok lebih cenderung ke laki-laki?"
Mama Najwa menjelaskan runtutan kisahnya. Mulai dari dominannya peran ayah, tontonan yg cenderung ke laki-laki, dan teman-temannya yg laki-laki.
"Kartun sukanya apa bunda?"
"Power ranger dan ultraman,"
Nah loh. Itu yg paling diblack list dari daftar tontonan gue.
"Kenapa ga dikasih tontonan Masha aja. Cherry belle gitu," kataku sambil bercanda.
Mamanya menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan pembicaraannya.
"Dikasih barbie aja dilempar,"
Sisi perempuan memang dipengaruhi dari keseimbangan peran ibu juga. Disini sebagai orang tua harus mengenalkan batas etika sebagai perempuan atau laki-laki sejak kecil. Perempuan bersikap sebagaimana ibu di rumah. Dan laki-laki bersikap sebagaimana perannya di keluarga. Mereka harus punya idola yg bisa mereka banggakan. Yaa mama papa mereka. Yg buat mereka yakin menjalani hidup. Ciahhh... "puitis gue"
karena anak itu, peniru yg paling ulung, cepat dan persis.
Ini belajar lagi, training gini berbayar harusnya. Makanya kenal banyak orang itu menguntungkan. Ilmu gratis. Alhamdulillah...
Bandung,
Masih bingung sama ajakan Najwa, "main power ranger an yuks!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar