Surat dunia.
"Aku memang berat untuk memaafkan tapi jika tak ku lakukan aku sama jahatnya dengan mereka yg tak ada celah untuk menetralkan marah dengan kata, maaf..."
Maaf. Empat huruf ini menjadi kelu untuk diucapkan kala yg kita pertimbangkan hanya emosi karena telah disakiti. Sebetulnya disakiti atau tidak semua itu bagian dari takdir kita. Misalnya jika ada rekan kerja kita menjatuhkan posisi kita, semua bergantung cara kita menghadapinya. Tak ada satupun manusia memilih untuk disakiti, dijahati, dilukai dsb. Semua lihatlah dari segi dimana itu layak untuk kita. Misalnya lagi rekan kerja kita menjatuhkan posisi kita disaat kita memang harus belajar merendah jabatan demi melompat tinggi ke impian. Percaya kan dengan mundur satu maju seribu?
Sekiranya manusia tak jauh dari emosi atas suatu hal yg dihadapi. Manusia tak luput dari cacat sabar dan bertindak di luar batas. Mungkin karena terlalu menyakitkan jadi harus disakiti balik. Ya Rabb... sungguh kami diciptakan dengan akal dan perasaan tapi jikalau khilaf ada, lunturkanlah dendam dan kesal yg akan memakan kesabaran kami hidup- hidup. Semoga kisah ini bisa menjadi pertimbangan yg belun dewasa untuk bisa memaafkan.
Ketika masuk waktu zuhur, Ilham dan Lintang sailing kejar-kejaran di mushola. Hingga satu insiden terlontar saat itu, insiden rasis.
"Lintang itu hitam, kayak anan papua," kata Ilham.
Sontak lintang melotot tajam ke arah Ilham dan segera menyerangnya. Lintang yg tidak terima mendorong Ilham hingga terjatuh. Kejadian ini meramaikan suasana zuhur. Lalu bu Heni memisahkan mereka berdua. Dalam balutan emosi mereka ingin menyerang satu sama lain.
"Afwan Ilham..." pinta bu Heni.
Ilham ragu untuk memulai duluan. Tapi yg namanya pemenang adalah mereka yg kalah dong. Karena membiarkan kekalahan dalam mempertahankan ego demi kemenangan mempertahankan kebaikan. Ilham mengulurkan tangan dan berkata," Afwan lintang,"
Serasa batu keras akhirnya lapuk juga. Aku belajar lagi satu hal, memaafkan memang tak mudah tapi orang yg tidak bisa melupakan dan memaafkan kejadian tidak mengenakan itu dalam kesulitan. Memang dengan tidak memaafkan kamu akan dapat sesuap nasi dari sana? Rezeki makin macet lho jika dendam dan belum jadi pemaaf. Yg kecil saja terbiasa memaafkan, yg dewasa harus lebih terbiasa. Kan sudah banyak usia yg Allah beri hingga sekarang. Maafkanlah masa lalu, maafkan lah yg tidak mengenakan, maafkan lah yg menyakitkan. Allah itu Maha pengampun. Kita harus bisa memaafkan juga.
En.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar