Jumat, 02 Mei 2014

16, menggenggam dan mengolah

Surat dunia.

Apa yg menjadi mimpi kita, tak seharusnya hanya milik kita. Egois jika kita genggam itu berdua. Aku mengerti sekarang, mengapa mimpi perlu dibagi nikmatnya untuk yg lain. Agar tidak hancur, hilang bahkan mati.
*masa depan.

Di tengah perjalanan ini kita belajar lagi. Bahwa mimpi rupanya bukan soal mendapat jabatan dan tahta, bukan juga harta, bahkan ada mimpi tentang meraih perasaan cinta. Sore itu, seorang sahabatku bercerita tentang perasaan di hatinya. Setiap perasaan itu hadir, dia selalu berharap cinta itu benar datang. Tapi hidup bukan negeri dongeng yg akhir kisahnya adalah happy ending.
Bahagia memang kita yg menentukan. Sahabatku menyadari bahwa tak semua perasaan bisa digenggam semudah perkiraan. Untuk mencapai mimpi menjadi seorang dokter, tak cukup instan, untuk menggenggam uang yg berlimpah menjadi milik kita pun tak mudah, dan kini sahabatku ingin menggenggam perasaannya untuk orang yg ia pilih sudah lama. Hmm... menggenggam benda mati agar jadi milik kita itu tidak mudah. Apalagi benda hidup untuk jadi milik kita (read : orang yg kita pilih). Aku belajar bahwa kesempurnaan keadaan bukan jaminan semua datang untuk kita. Saat manusia berniat berjalan menuju mimpinya, ia akan menjadi manusia yg sama biasanya dengan yg lain. Karena mimpi hanya butuh orang-orang yg tulus mendapatkannya.
Bukan digenggam mimpimu. Tapi diolah. Sekiranya perasaan yg memenuhi ruang hati, maka olahlah... bukan dibiarkan membludak di hati. Ini usaha terbaikmu. Mengolah hati, bukan untuk dibiarkan, tapi diarahkan. Jika cinta membuat perhatian sangat serius padanya, itu bukan pengorbanan... tapi mengorbankan perasaan sendiri. Perhatikan diri sendiri, aku juga.

#16days to be complete

Tidak ada komentar:

Posting Komentar