Selamat pagi. Ada yg berbaik hati lho kirim kisah ini ke e-mail eka. Semoga bermanfaat
Arief mendatangi warteg kecil dengan maksud membeli makan siang untuknya, karena letak warteg itu tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya, maka Arief hanya berjalan kaki menuju warteg itu.
“Bu, beli nasi putih sebungkus, tolong minta kuah sayurnya“
Ini aja nak ? lauknya apa tanya ibu warteg ?
“mmm..ngak usah pake lauk bu “ jawab Arief perlahan dengan nada datar.
Ibu penjual warteg dan suaminya saling berpandangan sejenak, lalu menuruti keinginan Arief.
Besoknya, Arief datang lagi dan memesan yang sama nasi putih, tanpa lauk dan minta kuah.
Ibu warteg heran dan memberanikan diri bertanya, kenapa Arief yang tidak pernah memesan lauk itu, maaf nak Arief, apa kamu tidak suka dengan lauk ibu ?.
Arief menjawab : “ mmm..ngak.. bu, terlihat lauk di warteg ibu enak sekali, tetapi maaf bu duit saya cuma cukup segitu, saya nge kost dekat sini dan saya kuliah di universitas terkenal dikota ini, jurusan Teknik Sipil. Nanti kalau bulan muda saya beli nasi dengan lauknya deh! bu. Hehehe.. Arief tertawa kecil.
Ada rasa iba dalam hati ibu dan bapak warteg setengah baya ini, diam-diam ibu warteg membungkus nasi putih yang diberi kuah serta meyelipkan sepotong ayam goreng pada nasi putih yang dipesan Arief.
Besoknya Arief datang lagi, untuk mengucapkan terima kasih atas pemberian ibu warteg. Boleh dikatakan kejadian seperti itu dilakukan oleh Ibu dan Bapak warteg itu hampir 3 kali dalam seminggu, dan dalam kurun waktu cukup lama tanpa harus membayar.
Enam tahun telah berlalu, ternyata Arief sudah tidak pernah lagi mendatangi warteg itu, lagi pula warteg itupun sudah tutup dan berubah menjadi rumah tinggal yang sudah usang dan hampir roboh. Mungkin Arief sudah tamat kuliahnya, pikir Ibu dan Bapak penjual warteg itu, yang saat ini hidup mereka hanya bergantung pada kiriman uang putri tunggalnya yang juga penjual warteg diluar kota.
Kadang kala si Bapak warteg ingat dan kangen pada Arief si pembeli nasi putih yang minta kuah itu, buat mereka Arief dianggap seperti anaknya sendiri. Dan seringkali pula si Bapak bertanya pada istrinya kira-kira bagaimana yah, nasib Arief saat ini?, tapi entah lah kita juga tidak tahu dimana Arief berada saat ini, si Bapak menjawab pertanyaannya sendiri.
Suatu hari ada seorang pemuda mendatangi rumah mereka, dan meminta Ibu dan Bapak warteg yang sudah tua itu untuk bertemu Bosnya.
Ibu dan Bapak warteg itu heran, karena mereka tidak merasa punya anak atau saudara seperti yang dimaksud pemuda itu. Namun mereka menurut saja untuk bertemu.
Pemuda itu mengantar Ibu dan Bapak warteg itu ke rumah bosnya, Ibu dan Bapak tua itu tercengang kaget begitu melihat sosok yang mapan, tegap serta berwibawa berdiri didepan mereka dan memeluknya sambil berkata : “ Bu, Pak.. saya adalah Arief, pemuda yang kurus dulu sewaktu kuliah, Arief yang suka membeli nasi putih dan minta kuah di warteg kalian, Arief juga menambahkan “Terima kasih atas bantuan Ibu dan Bapak, yang dulu seringkali memberi tambahan lauk pada Arief tanpa harus membayar, Arief sangat berhutang budi pada Ibu dan Bapak, oleh sebab itu jika tidak keberatan tinggallah bersama Arief, karena Arief sudah tidak memiliki orang tua sejak remaja, Ibu dan Bapak sudah Arief anggap sebagai orang tua kandung Arief sendiri.
Bu, Pak.. Arief sudah menamatkan S2 diluar negeri berkat beasiswa, dan sekarang Arief dipercayakan menjabat sebagai Direktur disebuah perusahaan property cukup besar dikota ini, Arief menyampaikan berita itu dengan sukacita.
Subhanallah. Kenapa ku pilih judul "seperti daun"
Karena inspirasinya adalah tokoh Arief tadi. Sungguh bapak dan ibu warteg bagai daun maple yg melindungi tanah di bawahnya dari teriknya matahari. Ketika gugur kembali ke tanah dan menyuburkan tanah itu juga.
Begitulah bapak dan ibu yg ikhlas dan prihatin dengan Arief. Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan selalu melihat hamba-Nya. Dan hamba-Nya yg giat berbuat baik. Beruntunglah....
"Sebaik - baiknya manusia adalah yg bermanfaat untuk orang lain, kemudia sebaik-baiknya manusia yg banyak mengingat kebaikan orang lain."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar