Surat dunia....
Apa kabar pemilik cinta Rabbku?
Dalam jiwa yg masih setia berdiri dan melangkah pasti di bumi ini dengan hati-hati. Kehati-hatian yg membenteng untuk tetap bersandar dalam pundak yg tepat. Bukan pundak seorang lelaki arab, bukan pula pundak seorang pria kaya tapi dalam sandaran perlindungan Rabbku padamu. Wahai pemilik kerlingan mata yg selalu terjaga. Yg bola matanya hanya tertuju pada firman Rabbku yg tersebar meruah di bumi. Yg kedipan matanya mengibas kesesatan penglihatan untuk segera dihindari dan dipalingkan. Wahai pemilik bulir air mata yg mengalir di ujung sajadah panjang. Yg semakin jatuh ke permukaan saat sujudmu di tengah malam. Bulir yg kian berharga saat meminta kebaikan Rabbku untuk keselamatan dan kebahagiaan orang yang engkau sayangi. Ujung jari yg meminta belas nikmat dan berkah yg tak pernah tuntas terucap sebagai doa sehabis shalat. Wahai pemilik nafas yg tenang berhembus. Yg hembusannya semakin bermakna karena kau gunakan hidupmu untuk menolong dan menolong orang yang membutuhkanmu. Yang setiap nafas kau berikan untuk memberi kesederhanaan yg kau mampu berikan. Wahai pemilik aliran darah yg semakin mengalir cepat. Saat kau gunakan hidupmu untuk menggelisahkan dan memikirkan nasib orang yg kesulitan dan butuh bantuanmu. Engkau cukupkan waktu dan tenagamu dalam kebaikan. Wahai pemilik senyum yg tak pernah bertopeng. Senyum yg kau lengkungkan sebagai bahasa syukurmu atas kenikmatan yg hadir. Senyum yg kau berikan sebagai rasa syukurmu menghargai orang lain dan senyum yg menjadi simbol sederhana perilaku karimahmu dan juga ibadahmu kepada umat Rabbku lainnya. Wahai pemilik lisan yg berkata kebaikan. Sungguh setiap kata yg terucap adalah renungan, kesejukan dan kebahagiaan yg mendengar. Tak payah bersusah susah membicarakan orang banyak karena kau belum tentu yg baik di mata Rabbku. Wahai pemilik langkah berbekas pengingat dan kemanfaataan. Kemanapun kau pergi akan ada bunga yg kau tinggalkan sebagai caramu untuk bisa memaknai kehidupan yg bermanfaat. Wahai pemilik tangan yg tak pernah lelah meraih mimpi. Setinggi tanganmu meraih tak menyombongkan tanganmu untuk selalu menengadah. Meminta kebaikan dunia akhirat. Yang berdoa bukan hanya untuk dirinya tapi untuk seluruh yg ada di dunia. Wahai bidadari surga itu?
Apa kabar cinta Allah yg tengah sembunyi? Sembunyi dalam diam yg emas, dalam ibadah tulus ikhlas dan kepercayaan pada Rabbku pemilik alam luas.
Aku ingin menjadi sepertimu, bidadari...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar