Senin, 03 Februari 2014

Ayah Sayang....

Surat Dunia...

Ayah,
Pagi itu kau sengaja memintaku duduk di sampingmu untuk bercerita akan satu hal yg sangat penting.
"Kamu sudah besar ka, sudah paham mana yg bermanfaat untukmu. Bapak tahu kamu ingin sekali menjadi guru. Tapi sadarlah guru memang penuh pengabdian. Untuk memenuhi kebutuhanmu belum tentu cukup jadi carilah hal positif yg bisa membantu keuanganmu."
Sungguh aku tercekat mendengar kata yg begitu menyadarkan kenyataan.
"Sekarang kamu menjalani apa yg kamu suka, tapi fikirkanlah ke depan. Kebutuhan, ekonomi dan segala hal yg melibatkan keuangan," lanjut ayah.

Ayah.... aku tahu aku masih muda. Masih perlu banyak belajar. Kau tahu, aku belajar banyak hal jika sedang duduk di sampingmu. Ketika aku pandangi dua bola matamu yg memancar keletihan itu sudah menjawab semua perjuanganmu untuk mama, upi, andi dan aku. Aku belajar untuk tidak hanya menjalani apa yg aku sukai tapi jalani apa yg menjadi tanggung jawab. Aku ingat malan itu, 3/4 malam sudah berjalan, engkau baru pulang dengan mengangkut sound system yg habis disewa. Kau tetap tersenyum menyambutku yg membuka pintu. Setelah itu kau tak berkata apa apa lagi. Keluh kesahpun tak ada.

Aku ingat lagi saat hujan turun, aku ingin hanya kau yg menjemputku. Kau datang untuk memenuhi cintamu padaku. Aku mengajakmu untuk berjalan jalan malam di tengah hujan tapi kau tetap turuti semua langkah kakiku pergi.

Aku ingat saat malam yg bertabur bintang dan segala sinar yg cerah sepanjang jalan. Dan kisah keuntungan pertama dari bisnis kecil kecilanku. Aku ingin berbagi bersamamu. Aku ajak kamu ke restoran yg cukup enak untuk kita nikmati berdua. Tapi apa tanggapanmu, "lain kali keuntungannya dipakai uang jajan adikmu saja, bapak udah kenyang dengan menu seperti ini," ucapnya. 

Ya Rabb... ayah, aku hanya ingin membahagiakanmu sebisaku. Kau sosok yg buatku bangga menjadi putrimu. Kebanggaanku semakin melekat saat kau ajarkan aku untuk bisa mandiri untuk pendidikanku. Ayah.... aku sayang ayah, aku ingin menjadi guru melanjutkan pengabdian ayah. Aku ingin bisa bertemu banyak orang dan belajar menjadi orang besar. Ayah... bila saatnya tiba, aku ingin mengajakmu bukan ke restoran, tapi ke tanah suci. Dekat dengan Allah. Aku rasa itu pantas untuk menjadi hadiah atas semua pengorbananmu untuk keluarga. 

Aku akan menjadi pribadi yg bisa menebar manfaat dan menampung berkah yg melimpah. 

Untuk kebijaksanaan, ketegasan, tanggung jawab serta disiplin dalam hidup ini. Bismillah... aku menjalankannya. 

Terima kasih, ayah tersayang....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar