Surat dunia
"Harusnya usia senja adalah usia berbahagia dengan cucu kita."
Pagi itu, sebuah angkot memberi pelajaran penting untuk kita yg muda. Suasana masih sangat pagi, tapi dia sudah siap menyetir mercy kesayangannya. Maaf maksudku angkot. Yaa seorang kakek yg rambutnya sudah putih, keriput tapi tetap setia menyetir angkot demi mengantar penumpang yg butuh jasanya. Yaa... memang benar, letak daerah ini masih jarang angkot jadi ini sangat diburu oleh para penumpangnya. Mari kita berkaca, di usia senja beliau masih berkarya dan memudahkan urusan orang lain. Tapi kita yg muda? Masih sering bersantai mengurusi keburukan orang lain. Kakek ini yg harusnya menikmati paginya dengan segelas susu hangat lebih memilih untuk menjemput rezeki cepat-cepat, daripada kita yg manis menyambut pagi dengan ngacir sana sini di dunia sosial untuk meratapi nasib. Dan satu yg ingin aku tegaskan, kakek ini memilih untuk tetap bekerja di usia istirahatnya tapi kita memilih istirahat di waktu kesanggupan kita kerja. Refleksi ini ngena ke hati. Seharusnya kita tetap berada di lingkar ketekunan, bukan lingkar kepikunan soal mimpi kita. Karena yg dibutuhkan adalah bergerak. Berikhtiar. Dan bertawakal.
Thanks God
Tidak ada komentar:
Posting Komentar