Rabu, 11 Juni 2014

Terlambatkah?

Surat Dunia.

"Mengapa kita baru bisa meyakini saat dulu menyangkal, memang semua bisa saja berubah. Tanpa kita minta,"

Izinkan aku menulis kisahmu yg buatku terharu kawan.

Satu pertanyaan, kenapa kita baru merasakan makna kehadiran seseorang ketika dia tidak hadir lagi? Pernahkah orang yg menyayangi kita menawarkan, bolehlah aku datang di hidupmu? Engga kan? Ia hadir selama kita ada. Saat kita ada di titik terendah untuk terjatuh, ia ada. Saat kita menjulang tinggi bahagianya? Ia ada. Saat kita mendekap dunia bersama keindahan yg kita inginkan, pernahkah ia memintamu untuk melepas itu? Engga kan? Dia bilang dapatkan itu. Kejar itu. Lalu saat kita bersusah payah mengejar dan dapatkan itu, pernahkah ingat siapa orang yg pernah ada di awal? Itulah... entah asyiknya dunia sendiri atau lupa dengan seseorang itu. Lalu tanpa disadari, ia menyebut nama kita dalam doanya, tanpa kita minta. Ia yg memikirkan keadaan kita, tanpa pernah kita minta. Memastikan semuanya baik-baik saja, tanpa kita minta. Pernahkah ia kita fikirkan keadaannya saat kita sibuk dengan dunia kita? Atau terlintas sedetik saja untuk menyebut namanya? Apalagi kita tahu keadaannya, bahagiakah? Atau malah lelah dengan sikap kita padanya. Tunggu.... tak semuanya bisa semudah menunggu dalam keadaan yg tak bertimbal balik. Maksudnya begini, bertahan di posisi yg terabaikan, apa menyenangkannya? Dan jika saatnya tiba, ia akan pergi. Saat itulah.... kita mengingatnya. Memintanya kembali dan berperan seperti dulu. Tapi tak semudah kita gerakkan ia seperti barbie kita, ada saatnya waktu yg menjelaskan padanya, betapa tak berharganya ia bagi kita, betapa tak menjadi harapan kita atas kehadirannya. Dan jika saatnya ia paham arti sebuah meninggalkan, maka bersiaplah kita akan digandrungi pernyataan, aku terlambat. Ya... terlambat untuk mempertahankannya. Apa yg harus kita lakukan? Hanya satu biarkan pergi. Itu hadiah, agar kita tidak tenggelam dalam keegoisan kita, membiarkan ia memperhatikan tanpa kita perhatikan. Kadang orang yg ada di sekitar kita, mengerti diri kita daripada kita sendiri. Tapi kita yg ga peka-peka untuk memahamu perasaan bak kasih ibu, "hanya memberi tak harap kembali.

En.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar