Senin, 09 Juni 2014

Dear Bandung dan Mimpi

Surat dunia

"Kalau kita tak mampu menjadi air terjun yg menyejukan tapi kita bisa jadi jalan berbatu menuju air terjun itu," Soma Tungga

Dear Bandung, kamu akan kedatangan satu murid yg akan menggantikanku di sana. Dulu aku pernah janji akan jadi bagian dari universitas ternama di sana. Dulu aku punya azzam yg kuat bisa merantau di negeri orang. Dengan keyakinan dan positif thinking aku maju untuk merebut kursi di sana. Bukahkan kita bisa mencari ilmu hingga ke negeri Cina? Iyaa... aku ingin ke Bandung dan tinggal di sana. Jalan sudah di depan mata. Menyenter jurusan Bahasa Indonesia atau Biologi di sana. Janji akan terus bersama dengan sahabatku di sana. Pokoknya semua serba indah... serba 45 untuk bermimpi hingga di sana tapi... yaaa ada satu tapi disini. Mama tak mengizinkaku. Selain soal biaya ada ketidakrelaan melepas putrinya jauh di Bandung.
"Aku dapat beasiswa loh mah," kataku meyakinkan.

"Iya mama paham, tapi kalau beasiswa itu telat cair kamu gimana disana?"

"Aku bisa kerja paruh waktu mah,"

"Adikmu mau SMP loh, mama mau fokus ke ade. Kamu udah SMA. Masa adikmu yg berhenti sekolah?"

Ya Allah... aku menangis dan mengurung diri di kamar. Aku lihat semua prestasiku. Sertifikat dan piagam atas namaku. Aku bisa belajar disana. Aku pantas di sana. Aku bisa berprestasi lagi disana. Tapi..  adikku? Aku mengorbankan satu masa depan untuk ambisiku. Apa iya aku harus menghentikan adikku demi kuliahku? Apa iyaa adikku nanti cuma punya ijazah SD tapi aku punya ijazah hingga universitas. Ya Rabb..  inilah saatnya aku mundur. Membiarkan mimpi itu hidup jauh di dalam diriku. Aku memutuskan untuk bekerja. Yaa itu jalan keluar yg terbaik. Saat teman-temanku berbagi kebahagiaan penerimaan mahasiswa baru, ada yg di Bandung, Jakarta, Bali, Surabaya, Medan, Malang. Aku? Apa kabar? Aku ditanya seorang guru kenapa aku tidak mendaftar ke PTN? Jawabannya satu bu, aku tidak mau adikku putus sekolah. Rasanya sakit... bahkan seperti ada yg menghujam jantungku saat ada guru yg menyayangkan pilihanku untuk bekerja. Aku mohon..  inilah kenyataan yg aku hadapi. Aku jelaskan sepilu apapun itu tetap yg ada di benak ibu adalah "menyayangkan". Bahkan saat berulang kali namaku di sebut untuk mendapat sertifikat ketika acara perpisahan, ku tatap semua wajah teman-temanku. Seraya berdoa, kalian mendapat jalan yg mudah untuk pendidikan. Dan itulah yg buatku sangat bersemangat memberi pendidikan bagi orang lain, kalau bisa gratis kenapa engga? Belajar dari pengalaman sendiri untuk sekarang dan selanjutnya ingin terus berbagi ilmu dan menyemangati mereka yg kehilangan jalan sama sepertiku dulu. Pembuktian demi pembuktian bahwa aku mampu aku tunjukan. Inilah aku saat ini. Aku bekerja, belajar dan berkarya. Azzamku harus kuat. Harus... aku sangat bersyukur meski bukan sedang di Bandung saat ini. Aku bersyukur meski sedang di satu kota kecil di timur Bogor yg membuatku semakin bangga atas pilihanku. Menikmati belajar dengan biaya sendiri, belajar dengan hati yg tentram dan terus berkontribusi untuk lingkungan. Dan satu lagi, Allah selalu meperkenalkanku dengan tokoh-tokoh hebat, menginspirasiku walau hanya lewat sebutir debu, membuat hari-hariku memiliki mimpi yg dekat, menikmati peran pengajar dan dekat dengan anak dan satu lagi aku bisa memberi jalan sekolah untuk adikku. Ya Rabb... terima kasih atas kesediaan mebangkitkanku dalam kelemahan yg dulu aku agungkan, terima kasih memberiku kepercayaan menjadi pribadi hingga saat ini. Dan satu lagi, terima kasih atas kesempatanku mendampinginya untuk memberi ilmu untuk olimpiadenya dan memberi kisah serta suntikan semangat padanya tentang perjuanganku lolos sebagai siswa berprestasi melawan 70 siswa seantero Bogor. Kelak aku percaya, meski langkahnya kurang mulus untuk menyabet gelar siswa berprestasi tapi Kau mudahkannya lolos di olimpiade tingkat nasional. Dan kini, ia bersiap ke Bandung, menjemput impian. Dia adik kelasku.

Dear Bandung, tunggu aku S2 dan menetap di sana yaa. Aku mau kontribusi dulu di kampungku ini, Cileungsi.

Salam penuh syukur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar