Surat duniaku.
Allah maha pemilik nyawa-ku..
Aku lemas tak berdaya menyaksikan satu firman lagi yg menyadarkanku. Seseorang yg pernah aku banggakan kini terbujur kaku di depan mataku. Sembilan tahun yg lalu, dia tersenyum di depan mataku. Berdiri di hadapanku. Berbicara banyak hal untukku. Sembilan tahun yg lalu, saat mendung dipeluk langit lalu hujan disambut bumi, aku tertawa dalam kebebasanku belajar bersamamu. Kala itu kau ajak aku keliling dunia lewat peta usang yg entah itu masih ada atau tidak saat ini. Kau bawa aku dalam dunia riangmu. Walau dalam hati kami takut karena akan ada ujian negara, tapi kau tak pernah ragukan kami. Aku ingat kala itu saat aku tahu bahwa negara terkecil di dunia adalah Vatikan dan kenapa orang India pandai bernyanyi. Itu yg selaku aku ingat darimu.
Hari ini, saat langit cerah saat aku mulai terlupa sosok dirimu kau hadir dengan kabar yg menggetarkanku. Perpisahan yg pernah kita lakukan saat kelulusan kini tinggal perpisahan selamanya. Ya Allah... belum sempat aku jenguk dirimu setelah sembilan tahun yg lalu. Belum sempat aku kabarkan kelulusan smp, kelulusan sma ku, bahkan keadaanku saat ini. Semua tinggal sesal yg terbekas jelas dalam tangisan. Saat bakti ku padamu cukup setelah kelulusanku. Aku menyesal...
Seandainya sembilan tahun lalu aku bisa menggenapkan baktiku sesempurna mungkin untukmu, aku bisa mengikhlaskan. Ya Rabb maha pemilik keadaan. Maha penguasa takdir. Saat tikar kematian menjemputmu yg berbalut kain kafan...
Semua yg terjadi sembilan tahun lalu terasa dekat.
Tinggal doa yg bisa mengantarmu tenang dalam pelukan sang pencipta,
"Ya Rabb guruku yg periang sedang bersamamu, jagalah beliau dalam arsyi-Mu, pertemukanku dengannya nanti untuk bisa aku ceritakan semua ilmu, semua pelajaran hidup, semua semangat karena dia telah menjadi sebaik-baiknya guruku,"
Aammiin. Mohon doanya.
Based on story : kediaman keluarga alm.Ade sutendi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar