Surat duniaku.
Aku pernah bermimpi kau pergi jauh melangkah. Kakimu tak mau berhenti untuk terus melangkah. Matamu tak pernah lelah untuk melihat ke depan. Telingamu tak pernah mengabaikan suara peringatan dan tekadmu bulat. Lebih bulat dari cincin yg aku miliki. Hanya satu tujuannya. Puncak tertinggi.
Aku melihatmu dari kaki gunung. Melihat satu manusia yg siap mendaki menuju semua harapannya di puncak. Melihatmu yg tersenyum dengan mata berbinar, aku tersenyum melihatmu juga. Selamat berjuang. Puncak memang tinggi. Tapi semangatmu tak kalah tinggi. Puncak memang lelah untuk didaki tapi kelelahanmu tak akan dirasa jika kau ingat hal yg menyenangkan.
Ingatkah saat malam itu, kau berkata "capek itu sugesti,"
Yaa sugesti. Aku percaya kau selalu semangat terus.
"Tapi kita juga harus sayangi diri kita,"
Yaa sayangi diri kita. Semoga kamu juga.
Perjalanan masih panjang. Jangan takut. Setiap batu yg kau injak, setiap angin yg berhembus , setiap cahaya yg menerangimu semoga kau tetap mendaki tinggi. Puncak itu tak ada artinya jika kau berhenti di tengah perjalanan. Jangan berhenti bahkan jangan kembali tetaplah mendaki. Puncak itu milikmu. Hingga kau ada disana. Sampaikanlah salammu untuk semua batu, semua angin, semua cahaya, semua hati yg buatmu kuat dan salam juga untukku yg tetap menunggu di kaki gunung. Untuk melihatmu taklukan puncak impianmu.
Selamat berjuang untuk semua pendakian mimpimu. Aku akan menunggu hingga kau turun dan kembali.
Mungkin itulah mimpi yg bisa aku tafsirkan. Perjalanan naik gunung. Perjalanan meraih masa depanmu.
Naik gunung mana ka?
BalasHapus