Minggu, 05 Januari 2014

Surat inspirasi

(Akankah) surgaku menghilang (?)

   Ini hanya tulisan yg biasa semoga ada kisah baik di dalamnya.

     Siang hari. Ketika aku pulang kuliah, aku pastikan untuk pulang dengan cepat. Meski sebenarnya ada janji dijemput tapi entah pulang sendiri lebih baik. Aku naik angkutan umum trayek 40 yg sedang terparkir di depan pasar. Segera aku naik dan ambil posisi duduk di samping sopir, tempat favoritku.
    Supir angkot basa-basi padaku dengan melontarkan pertanyaan yg umum, baru pulang kerja mba?
      "Bukan, baru pulang kuliah." Jawabku singkat.
       " kuliah? Dulu saya juga mau kuliah tapi yaa karena biaya jadinya ga kesampean." Katanya dg nada kehilangan harapan.
   Sebenarnya greget juga saat ada yg bilang tidak bisa kuliah karena faktor biaya. Karena ini pengalaman pribadi juga.
   "Dulu saya juga memutuskan untuk menunda, balik lagi karena biaya tapi saya akhirnya ambil langkah cepat buat kerja terus kuliah."
     Sopir angkot sejenak berfikir untuk melanjutkan percakapan. "Saya ga susah susah banget sihh cuma dulu saya manja aja karena semua serba ada." Katanya.
      "Tapi... karena manja itu yg buat saya menyesal..." katanya yg nadanya mulai lirih.
    "Kenapa?" Keingintahuanku.
     "Dulu saat saya masih SMA saya ga pernah mikir waktu yg akan datang. Saat saya mau apapun saya akan menuntutnya bahkan dengan paksaan dan kata kasar. Sekarang rasanya sedih saat semua yg saya lakukan belum tentu bisa diterima ibu saya,"

    Suasana mendung langit sama seperti suasana sopir angkot itu. Ada satu hal yg buatnya ingin mengungkapkan semuanya.
   "Saya sering membentak ibu saya, kata kasar dan semua perlakuan saya yg ga layak dibilang anak." Katanya yg fokus menyetir tapi aku yakin hati dan fikirannya mulai rindu kepada seseorang. Ibu.
    "Ibu meninggal sesaat saya marah dengannya," katanya.
     Aku rasakan desir haru mulai merasuk di hati. Aku rindu mama. Rindu untuk selalu bersamanya.
     Langit berubah cepat, mendung berganti derasan hujan yg turun bersama angin.
    "Setiap jumat saya selalu ke makamnya, cuma itu yg bisa saya lakukan," lanjutnya.
    Lidahku kelu untuk berkata. Hanya terdiam menikmati semua kenangan perlakuanku ke mama. Apa aku sudah benar jadi seorang anak?
     Dan surgaku yg masih ada, apa sudah aku genap berbakti padanya? Atau justru aku hanya menyakitinya tanpa aku sadari.
      Dan sore itu, tercermin wajah ketakutan akan kehilangan surga yg indah, surga yg ketika di dunia tersia siakan dan ketika hilang kita bagai debu yg siap terhempas oleh angin. Dan itulah ketakutanku juga, saat aku ditinggal surgaku apa baktiku padanya siap menguatkanku?
    Untuk surganya yg menghilang, semoga tetap jadi miliknya kekal di akhirat. Mungkin beliau hilang di matamu tapi tidak di hatimu.
     "Semoga hati ini terus menyimpan kenangan bersamamu, semoga lisan ini berdoa untukmu, kaki dan tangan ini bergerak dan melangkah untukmu."

       Based on story : abang angkot 40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar