Rabu, 30 April 2014

18, Harus Bahagia

Surat dunia.

Lewat bahagia, perjalanan semakin bermakna untuk dilewati.

Sesungguhnya Rabb kita menciptakan semua berpasangan. Aku denganmu, bahagia dengan kesedihan, mudah dengan sulit, marah dengan sabar, yakin dengan ragu dan semua ciptaan Rabb kita untuk melengkapi. Dan yang ku pahami hari ini, Rabb kita memberi kesempatan untuk lewati perjalanan ini dengan banyak rasa. Semua mudah saja, jika kita hanya berbahagia menikmati langkah demi langkah kecil kita. Maha Cinta Allah dengan kemudahan mengatur kisah hamba-Nya. Maha bijaksana Allah yg membahagiakan kita.

#18days to be complete

Selasa, 29 April 2014

19, doa

Surat dunia.

Dengan apa aku bertahan saat semua terasa masih jauh?

Dengan doa. Allah semakin dekat denganku saat aku akui akulah si lemah dan pengadu. Dan Allah jualah yg buatku berfikir kembali saat ingin kembali dan pulang. Pertahankan dalam jalan ini. Ku mohon....

20, bekal

Surat dunia.

Bekal apa yg harus ku bawa untuk pergi?

Diriku sendiri. Hanya dengan perbaikan diri, aku merasa masih jauh dari kesempurnaan kebaikan. Diriku sendiri  yaa...  just my self. Seperti refleksi ke dalam diri, saat aku lihat begitu banyak keindahan ciptaan Allah. Semoga dengan perjalanan ini, ku temukan cinta dari-Nya. Ammin...

Minggu, 27 April 2014

21, Lurus

Surat Dunia.

Selurus asap pesawat itukah jalan kita nantinya? Jauhkah? Atau singkatkah?

Itu rahasia Allah. Aku sedang berjalan sekarang. Jalannya masih sederhana. Rupanya masih tanah merah dan berbatu. Belum tiba dalam aspalan yg rata dan lancar. Yaa... ini adalah proses yg panjang. Menuju mata air yg menyegarkan tentu tidak langsung keluar dari tanah yg dipijak. Pasti harus tahu dimana mata air itu, lamanya, jauhnyaa dan usahanya. Kelak pasti tiba. Tiba dengan selamat dan menyentuh setiap airnya. Pasti akan tiba disana dan kemudian bersyukur, Allah masih percayakan untuk sampai kesana. Tak ada yg tidak mungkin, yg mungkin terjadi adalah menepis ketidakmungkinan. Allah maha yang paling mudah menyayangi hambanya. Sekarang, perlindungan itu telah ada. Percaya itu telah ada, kesempatan menuju mimpi telah terbuka, perjalanan telah tersedia, tujuan sudah jelas, kapan aku berangkat cepat?
Tunggu.... bukankah perjalanan ini bukan milikku saja? Aku ingin berangkat bersamanya. Bisakah ya Rabb? Bisikkan Ridho-Mu dalam hatiku. Segera. Terima kasih ya Rabb.

#21 menuju lengkap

Rabu, 23 April 2014

Welcome.

Surat Dunia.

Apa yang saya fikirkan

 tentang kata "welcome"

Bukan sekedar kata yg tertera di kain keset rumah. Lebih dari itu.

Ini kisah teman saya, akhwat yg sedang menunggu dijemput jodohnya dan siap disambut dengan "selamat datang di hidup saya." Dijemput bukan seperti tukang jemputan sekolah atau ojeg yang siap pick up ke sana kemari. Tapi lebih dari itu, kata akhwat ini katanya dijemput buat ke surga. Aku terdiam mendengarnya. Seolah menunggu malaikat surga datang lalu mempersilahkannya mendapat surga. Ini  imajinasi yang engga banget deh dariku. 

Kata akhwat ini, bukan hanya dikasih malaikatnya, tiketnya, orang yang menemani tapi juga jalannya. Subhanallah. Sungguh mantap sekali perempuan yang satu ini. Akhwat ini memang idola saya. Betapa tidak? Akhwat ini selain rajin sayang sama Allah juga rajin sayang sama anak-anak jalanan. Kalau cari akhwat cukup di 3 tempat utama, rumah, masjid dan jalanan. Melihatnya turun ke jalanan, berbagi ilmu yang dimiliki lalu berkarya lewat kebaikan, sungguh seperti pisau yang menghunusku, aku belum mampu seperti itu ya Rabb. Ini penyadaran sekaligus semangat baru. Terima kasih ya ukhti atas inspirasinya.

"Kamu tahu kak, setiap kelahiran kita pasti ada kelahiran jodoh kita. Percaya atau tidak, dia melangkah lewat jalan yg sama dengan kita. Percaya dengan hukum kekekalan energi, energi masuk = energi keluar. Dan yang baik dipasangkan dengan yang baik. Lalu yg maksimal usaha terbaiknya. Maka akan dibalas dengan maksimal juga. Jadi bicara soal jodoh, itu sebanding searah dengan kitanya." Ucapnya.

Siap. Satu ilmu baru lagi. Siap terus buat hukum kekekalan energinya. Hahahaha. Ucapku di hati.

#Ukhtihebat

#apaatuhsayamah

Kamis, 17 April 2014

Suatu hari, di kotak hati

Surat Inspirasi.

Sore itu, di sebuah sekolah tua. Sekolah yang menjadi start bagiku mengenal pendidikan. SD Negeri Pasirangin 1. Semua tampak sama seperti dulu, seperti 12 tahun yang lalu. Sekolahku tercinta. Tempatku belajar dan berkarya. Masih dengan berteman bersama nostalgia. Saat aku kunjungi salah satu sosok yang menjadi bagian dari masa lalu. Budhe Salim. Wanita ini yang tetap aku sayangi. Meski tak sesering dulu menyapanya setiap pagi, tapi silaturahmi tetap berjalan. Budhe tidak pernah berubah. Dari dulu tetap baik hati menyediakan jajanan bagi anak sekolah. Budhe tetap cerewet seperti dulu. Cerewetnya itu yang menjadi bukti perhatiannya padaku.
sore itu, aku datang ke toko kelontongnya. Aku nikmati jajanan SD seperti tempo dulu. Sambil menemani budhe menjaga tokonya. Topik obrolan kami biasa di awalnya, seputar kabarku, kuliahku, aktivitasku dan all about me. Nasihat demi nasihat mengalir dari kebijaksanaannya. Beliau berpesan untuk tetap kelarkan S1 nya. Itu harapan yang bercahaya.
Kemudian topik bergeser ke soal pendidikan ketika beliau kecil. Dulu untuk sekolah saja masih penuh kecaman. Karena era 60-an masih hangat dengan gerakan G30SPKI dengan para buronannya. Lalu beliau juga menceritakan tentang pendidikan di zaman dulu, untuk pelajaran olahraga saja itu latihan fisiknya seperti para tentara. Bahkan beliau mengikuti sukarela siswa untuk pelatihan persiapan perlawanan perang. Ya ampun. Usia SMP saja sudah matang dengan taktik perang kalau dibanding dengan sekarang, kebanyakan mungkin seusia SMP sudah matang dengan taktik perang status sosial kali ya, status fb, sosmed, perang antar remaja, perebutan eksistensi, perang rebut cinta del el el. Asal jangan perang dunia aja yaa walau sedikit-sedikit sedang menuju kesana. Naydzubillah... jauhkan Ya Rabb.
Pokonya jauh yaa perbedaannya. Jujur saya yg sebagai generasi sekarang malu dan tutup mata saat diceritakan tentang ketekunan dan kegigihan pemuda zaman dulu.
"Generasi sekarang itu lemah. Kuat berjam- jam depan layar tapi kao saat berlari memutar lapangan sekolah untuk pemanasan olahraga," pendapatnya.
Jujur itu mengena sekali ke lubuk hati saya. Yang namanya kenyataan itu yang jujur. Tidak bisa mengelak dan membela diri. Jadi refleksi ke dalam diri sendiri.
"Dulu ibu ke sekolah jalan sejauh 5 km," ucapnya.
Subhanallah. Ucapku dalam hati. Sungguh disiplin orang jadul. Thats way, mereka sukses. Seperti beliau yang sukses menjadi bidadari di rumahnya.
Cerita bergulir lagi ke topik baru. Ini pertanyaanku,
"Budhe ketemu pakdhe gimana ya?"
Budhe langsung tersenyum malu.
"Budhe bertemu pakdhe di pengajian selama 7 tahun menuntut ilmu dan saling cukup tahu masing-masing," jawabnya.
Subhanallah... memang betul, jodoh yang dipertemukan di tempat yang baik itulah yang terbaik. Bertemu dalam balutan ingin belajar dan menambah ilmu untuk bekal dunia akhirat. Inilah kisah dimana orang yang aku sayangi memberiku semangat baru. Bahwa zaman ini sangat mudah tinggal mengedipkan mata semua selesai. Inilah zaman dimana kita harus bisa lewati ujiannya. Karena serba kemudahan itu yang buat kita tidak berdaya dan lupa kalau kita lebih hebat dari yang namanya canggihnya zaman.
Dan kehebatan zaman itu berawal dari perempuan. Yap betul karena perempuan adalah pejuang di belakang layar atas perjuangan suaminya. Dan dari budhe aku belajar arti kesetiaan dan tanggung jawab hingga akhir dalam keadaan apapun di keluarganya. Inilah hidup, bahwa manusia tidak boleh berhenti karena alasan klasik. Bertanggung jawablah hingga akhir.

*Budhe Salim

*Eka Nurwati

Sabtu, 12 April 2014

Yang lalu yang sempat tertinggal

Surat dunia...

Kembali menengok ke belakang adalah cara kita sadar dari mana kita mulai belajar dan mulai dalam langkah pertama.

Terima kasih sayang, menyempatkan berkenalan denganku lewat kebersamaan yang hangat. Melihat kegigihan kalian dalam belajar dan berteman adalah inspirasi baru untukku. Terima kasih atas pertemuan dan kesempatan menikmati sore bersama. Lewat karnaval dan lomba-lomba yang mendidik serta mencicipi masakan kalian yang enak. Belum tentu saya bisa seperti kalian. Bebas. Menyatu dengan alam dan berani tentunya. Inilah kesayanganku yang baru aku kenal, walau penuh dengan riuh celoteh kalian tapi itu membuatku semakin dekat dengan kalian.
Satu paket langit aku kirim juga dari sudut sekolah lamaku. Nostalgia kian merambat dalan benakku saat ingat masa dulu. Masa sekolah dasar. Melihat kalian seperti melihatku juga. Hingga senja menutup sore nan cerah. Kita bersama bersujud dalam 3 rakaat kita. Ya Allah... aku merasakan bebas dan menyatu lewat nikmat Allah kembali. Jagalah generasi muda ini ya Rabb... karena merekalah angkatan penerusku. Karena merekalah sang petualang. Sang pemberani dan pemimpin dunia. Karena merekalah... ceria dunia lewat kepolosan usia mereka. Ya Allah terima kasih atas kesempatan ini. Terima kasih kau hadirkan mereka untukku.
Semakin takjub pada anak Indonesia..  saat api kehangatan mulai menyala saat itulah aku semakin mengenal mereka. Adik-adikku. Dengan aksi mereka  yaa belum tentu aku bisa. Selamat ya sayang, kalian hebat.

Kembali untuk mengingat masa lalu tak masalah. Kembali untuk merasakan rindu yang lalu tak masalah. Karena dimanapun kita perlu ingat darimana kita akan kemana hingga kapan. Kita hanya berusaha melebarkan ikhtiar.

Jumat, 11 April 2014

Janji oh janji

Surat dunia.

Manusia itu.... aku tahu kok tempat khilaf dan salah. Aku tahu kalau manusia tempat banyaknya kekurangan. Tapi ya jangan pasrah gitu aja dong. Manusia bisa merubah. Kalau semua dikembalikan dalam fitrah manusia yaa semua akan mudah pesimisitas. Yap... manusia ga melulu minus kok. Cuma ada saatnya manusia khilaf. Khilaf dan lupa kan soal niat kita. Misalnya janji... yap sederhana dulu deh, soal janji. Kalau engga sanggup dan engga yakin yaa bilang dong. Jangan sudah berjalan lama baru tidak menyanggupi. Janji itu bisa jadi gantungan loh buat yang lain. Misalnya begini janji akan ada pertemuan dengan teman tapi tiba-tiba batal tidak jelas. Hallo... apa kabar nasib teman yang lain yang sudah on janji dan on time. Ya ampun... bentuk penyiksaan tuh. So keep lisan do action. Bikin harapan palsu lewat janji itu membuat orang lain menunggu, menanti, menunggu, menanti tergenapi semuanya.
"Ya Allah... jaga kesiapanku untuk bisa berjanji dan amanah bagi orang lain. Jaga kesiapanku dalam tidak menyiksa orang dalam harapan palsu. Janji oh janji... mudah ucap mudah batal yaa ampun naudzubillahimindzalik."
-kalau orang ingin mengingkari janji tangannya seperti ini *spongebob

Ke(putus)an

Ini bukan akhir
tapi ini awal aku tuk mekar. Awal aku tuk belajar mengikhlaskanmu.
ku akhiri cerita kita bukan karena kesalahan. Bukan karena perbedaan ataupun masalah diantara kita.
tapi untuk suatu kebenaran. Suatu hal yang baik. Menuju kebaikan pasti ada lubang yang menjatuhkan kita. Menyandung kita, lantas inilah yang memang menjadi keputusanku. Putus. Yaa kata itu yang indah untuk menyelamatkan kita berdua. Aku tidak mau membuatmu menabung dosa karena aku di sampingmu. Begitupun dirimu yang tak mau meinvestasikan maksiat pada diriku.
menyakitkan memang tapi yang indah akan kita dapatkan nanti. Sulit difikirkan memang saat kita sudah janji satu sama lain soal kebersamaan. Tapi dalam sujudku aku putuskan sekarang.

Maaf.... telah membuatmu kecewa. Tapi sebelum semua berjalan lama dan mendalam.
memusingkan ya pasti. 
tapi ketahuilah cinta tak harus memiliki
jika memiliki akan ada yg berkuasa di hati. Aku yakin bahwa kau tak ingin menguasaiku bagai majikan terhadap budak.
dan itu tak akan baik
mengertilah... ikhlaskanlah... dan terbanglah setinggi kau mampu.
biar aku terbang sendiri mencari pelangi
jika ada yg berkata kalian harus bersatu
maka akan bersatu
jika tidak, ikhlaskan lah
aku bukan tulang rusukmu, saat ini. Terima kasih telah membuatku bijaksana berkeputusan dan membakar tiket nerakaku. Selamat berikhtiar...


*dikutip dari akhwat yang ikhlas melepas seseorang demi kesempurnaan ibadah

Terima Kasih Kesempatan,

Surat Dunia.

Untuk semua anak Sedekah Ilmu...

Buatku bertemu kalian adalah bertemu teman yang mengajakku terus bersyukur dengan keadaanku.
Bertemu kalian buatku selalu ingin belajar.
Bertemu kalian seperti punya anak asuh sendiri.
Terima kasih atas kesempatanku mengenal kalian. Terima kasih....
Telah mengizinkan pemimpi ini merasakan mimpinya sendiri.
Dulu aku ingin lebih dekat dengan orang-orang yang berada di jalanan. Berbagi ilmu semampuku. Aku ingin bisa membuka jalan fikiran mereka, serta pandangan mereka tentang dunia. Tentang semangat baru yang siap jadi revolusioner negara ini. Sungguh keinginan yang buatku selalu semangat bertemu kalian. Semangat mengajak kalian dan semangat mengenalkan kalian pada dunia.
Sayang.... canda ini tak hilang. Tawa ini tak bergeming sekalipun. Keluh ini adalah obat yang paling menenangkan kala aku ingat bagaimana menemukan kalian. Ya Allah... maha pemilik seisi dunia ini, ada satu harapan mereka yang terselip dalan doa harian mereka, kehidupan yang layak dan masa depan yang bahagia. Sama halnya aku yang terus mendoakan setiap langkah mereka mencari uang, setiap jangkauan jari mereka mengumpulkan sampah dan setiap keringat dan kelelahan yang hadir sebagai cara mereka bersyukur pada Allah. Jangan berpaling dari mereka ya Rabb... jika mereka salah dan banyak dosa, ampuni semua keluarga mereka, berikan nikmat Allah pada mereka. Ya Allah... maha yang paling ikhlas, berikan mereka perlindungan dimanapun mereka berada. Temani mereka dalam kesendirian dan kesepian. Berikan mereka banyak bantuan pendidikan dari manapun itu. Ya Rabb... maha pemilik atas kesempatan hidup. Kelak pertemukan aku lagi dengan mereka di masa depan. Aku ingin menyaksikan kebesaran Allah atas perjungan hamba Allah. Pertemukanlah dalam kesempatan yang mulia, saat aku bisa melihat kebanggaan mereka atas apa yang telah mereka lakukan. Mereka anak-anak hebat ya Rabb. Sangat hebat. Mereka adalah lanjutan dark tangan-tangan pemimpin negeri ini. Jaga mereka ya Rabb.
Si kecil Novi, si ceria Nova, si murah senyum Rama, si tenang Very, si aktif Wawan, si ramah Riki, si cerdas Dea dan yang keibuan Mutiara.
Maaf ya sayang, aku belum bisa memberikan banyak hal. Doakan saja semoga Allah sayang kita semua. Selamat berjuang, sang peubah dunia.

"Meninggalkan dan ditinggalkan sama menakutkannya. Hidup ini penuh dengan peluang. Seandainya tak bertemu di dunia, mungkin di akhirat. Selamat jadi orang sukses dunia akhirat ya sayangku."

-miss them

Perempuan Harus Tegas

Surat Dunia.

Aku tidak harus takut, karena Allah menyediakan semuanya. Allah mengirimkan pertolongan hingga bala bantuan lewat seluruh arah mata angin. Allah akan menemani setiap kesendirian dengan setia tanpa penduaan. Allah akan bersama mereka yang memanggilnya dalam batin yang mendalam. Allah tak membiarkan kesedihan datang sebagai penyiksaan tapi sebagai sebuah bahagia yang belum saatnya dirasakan. Lalu celah mana lagi bahwa aku ingin berpaling? Saat Rabbku saja berani menepati janji di waktu yang tepat. Lalu celah mana lagi aku harus resah menunggumu? Saat usiaku telah aku cukupkan untuk mempersiapkan segalanya.
Ikhwan... mohon maaf aku sebut namamu selalu. Dalam doa, dalam tulisan, dalam harapan yang pasti aku genggam. Yang entah siapa ikhwan ini... benar adanya kau hanya jadi sebuah nama dan tulisan saat ini. Aku tidak menuntut seluruh berlian kau berikan sebagai maharku kelak, atau sebuah menara paris sebagai tempat pasca pernikahan kita nanti. Aku hanya ingin kamu menepati janjimu. Sebagai penyempurnaan atas sebuah keyakinan soal pilihan hati. Aku ingin kau ada dan mendekatkanku pada Allah. Menjadi pengikut dan pengabdi dalam keluarga kecil kita.
Ikhwan.... jika janji membuatmu sulit maka gunakanlah setiap kesempatan yang ada untuk bisa belajar memantaskan diri. Sungguh aku tidak menuntutmu dalam segala duniawi dan isinya. Antar aku ke surga saja ya.
Aku ini perempuan, jika kau ingin datang, datang bersama keluarga besarmu. Kenalkan aku satu persatu pada mereka. Sebutlah aku jadi ibu atas keturunanmu dan jadi nenek atas cucumu. Katakan bahwa tak ada batas keraguan untuk bisa bersama. Tak ada batas harta yang akan jadi halangan. Kita cari itu bersama nanti. Tak ada ketakutan tentang biaya kelak, bahwa "jika ingin kaya maka menikahlah dan jika tak ingin miskin maka menikahlah."
Jika kau datang kelak, sungguh aku bersyukur bahwa Allah mengutus seseorang untuk mencintaiku untuk-Nya. Tapi jika belum saatnya tiba, aku tetap menjemput. Menjemput kelayakanku untuk menjadi istri, ibu dan nenek kelak bagimu, putra-putri dan cucu kita.
"Ya Allah.... sungguh sebuah rahasiamu tentang kehidupan yang akan datang. Maka bataskanlah gerakku dalam dosa dan merugi. Bebaskanlah aku dalam menuju jalan-Mu. Aku titip doa ini padamu. Aku tunggu kehadirannya. Jika belum saatnya, aku tetap berlatih menjadi perempuan yang siap lahir batinnya."

-Eka Nurwati

12 April kesekian kali,

Assalamu'alaikum,

12 April ini terulang lagi, apa kabarmu di 12 April? Semoga kamu selalu berada dalam lindungan Rabb kita. Dari jauh aku ucapkan ini padamu, semoga koneksi internet Purwokerto tetap on terus menerima blog ini. 

Aku bingung untuk kirim hadiah apa yang pas untukmu. Aku juga bingung untuk kirim kapannya. Bingung kapan tepat kamu pulang dan bingung kenapa aku belum bisa jadi sahabat yang oke untukmu. Kadang ada, kadang hilang. Kadang bb kamu dengan kegelisahan dan masalah tapi selanjutnya entah kemana aku ini darimu? Kadang getar ping darimu belum tentu aku tanggapi. Ya beginilah aku, belum menjadi sahabat yang baik untukmu. Sedih rasanya saat kamu selalu ada tapi aku belum tentu. Saat kamu rajin menautkan catatanmu di akun fbku tapi belum tentu aku ingat kamu. Ya Allah... aku pernah bilang ke kamu, "jikalau kamu kesulitan dan butuh teman cerita, saat aku tidak ada carilah teman yg lain selain aku." Bukan aku tidak ingin mendengarkanmu tapi jika memang kamu ingin mengungkapkan carilah orang yang on stay selalu atau menulislah. Aku bukan orang yang bisa ada untukmu. Selalu.
Kamu pernah bilang bahwa aku adalah konsultan curhat yang bijak, ya ampun... itu beban sekali sayang. Aku tidak sebijak itu. Kamulah yang buatku menjadi bijak. Kamu yang buatku punya banyak pelajaran tentang kebersamaan. Mendengar ceritamu itu menyenangkan.Sungguh berkarya bersamamu juga menyenangkan. Sebenarnya, aku merasa bahwa kemanapun jika aku punya masalah pasti terakhirnya akan cerita padamu. Saat aku sudah menemukan teman cerita baru, pada akhirnya kamu juga yang akan aku ceritakan. Terima kasih yaa atas kesediaannya menjadi teman di saat apapun, di zaman apapun, di musim apapun dan di setiap waktu Allah beri padaku. Terima kasih soal kegigihanmu tentang berkarya dalam menulis dan semua tautan blogmu yang luar biasa. Buatmu inspirasi hanya satu tapi jalannya yang banyak. Semoga kelak kamu bisa menginspirasi banyak orang lagi. Soal dunia, soal hidup, soal semangat. Aku ingin bisa berbagi karyaku juga bersamamu. Semoga Allah 
Sayang kita selalu.

Oh ya..  ini momen yang berhasil diabadikan di graduation kita. Jadi ingat misi kita saat perpisahan. Sudahlah... aku malu membahasnya. Nanti foto ini disimpan ya. Pasti juga akan terganti. Karena akan diganti dengan foto wisuda kita. Aammiin...
Jadi Pribadi yang Afrianti banget ya.. #nuntut
Yang diam, yang tenang, yang hebat, yang buat orang-orang salut hanya lewat karya tulisanmu.
Selamat berkah yaa usiamu. Setidaknya rindu sudah membumbung jauh ke langit. Hati sudah melega. Hanya lewat doa yang jadi perjumpaan yang indah. Kala waktu belum berpihak pada kita untuk sebuah pertemuan. Tapi lewat doa  
Kita harus jadi perempuan yang hebat. Janji? 
Insyaallah bisa bersama Rabb kita.

Rabu, 02 April 2014

Sebatang lidi

Surat dunia

Inget saat zaman SD kelas 4 yang belajar pkn tentang persatuan. Ibarat lidi sebatang lebih mudah patah daripada seikat lidi. Ya coba saja sapu lidi dipatahkan. Sulit.
Di tambah lagi ini curhatan tukang parkir yang semakin geleng geleng dengan sikap individualistis. Ketika semuanya serba ada dan lengkap kadang manusia lupa dengan jabatannya sebagai zoon politicon.
Jadi tukang parkir ini kesal dengan sikap para atasan yg datang dan pergi tanpa kata-kata.
"Maaf ya bukannya ingin ditegur tapi kan saya itu hidup loh. Jadi bisa merespon." Sabar ya pak. Mungkin sibuk.
"Ya sibuk saya juga sibuk jaga kendaraan mereka."
Oh ya ampun iya juga yah. Sama-sama kerja dan bertanggung jawab.
"Susahnya apa sih sosialisasi ke lingkungan?"
Sabar pak. Kata hatiku sambil tersenyum.
Sambil mengatur ritme nafasnya, tukang parkir ini mulai lanjut bicara.
"Ya mau gimana lagi, mungkin saya hanya tukang parkir. Urusan cukup seputar  penitipan kendaraan, sisanya sudah tak ada urusan. Tapi saya berdoa kok. Tetap saya sapa walau mereka tak menjawab. Semoga mereka tetap dapat rezeki yg banyak."
Ya Allah, memang sesakit apapun kata-kata tapi hati tetap selembut kapas. Iya pak setuju betul.
"Semoga yg individualistis mereka segera ingat saudara untuk saling berbagi. Bukan harta saja loh. Berbagi sapaan juga bisa kok."
Aammiin..
Terima kasih ya pak. Saya belajar pelajaran berharga hari ini. Bahwa kita sebagai manusia harus punya banyak saudara. Makin banyak makin tambah kemudahan. Siapa yg tahu masa depan? Susah bisa berganti bahagia atau sebaliknya. Tapi dengan banyak saudara selalu ada pintu yg terbuka untuk kemudahan. Bahwa sendiri memang sepi, bagai sebatang lidi yg rapuh. Tapi bersama itu ramai, ramai berkahnya.

"Orang-orang yg di atas, meliriklah saudara kita yg di bawah. Yang di bawah juga jangan terus-terusan menengadah ke atas. Bersyukur lalu bersaudara."

Ini bukan jalan buntu

Surat dunia

Kesempatan tidak hanya datang sekali, pasti ada kesempatan yang lain untuk bisa digenggam. Tapi bukannya kesempatan kedua tidak datang jika kita tidak memanfaatkan kesempatan pertama? Ibarat buah rambutan yg matang namun tidak dipetik maka lama - kelamaan busuk juga. Ada yang bilang seperti ini, kesempatan kedua bisa saja datang tapi apa kita sempat waktunya untuk menyambut kesempatan kedua? Ya Allah...
mimpi yang rasanya dekat kini perlahan bergeming. Memang yang namanya perjalanan mimpi tidak mesti lancar seperti tol tapi semua punya harapan yang sama, lancar dan selamat.
Melihat foto itu, seperti ada jalan baru terbuka. Bertemu seseorang yg hadirnya hanya lewat karya dan quotes sosial media tapi jika ada kesempatan bisa bertemu dengan seseorang itu dan merasakan selangkah lebih dekat dengannya, subhanallah.... semangatnya bagai merecon yang membludak. Tapi... hidup memang harus tegas. Pilih satu, jangan keduanya. Di waktu yang sama ada kewajiban kuliah menanti. Jika memang untuk bertemu belum saatnya, perjumpaan ku genapi lewat doa dan shalat. Ya seperti yang ku bilang tadi, sosok idola itu hidup lewat karyanya.
Aku belajar bahwa semangat itu tidak karena "siapa". Sip... selamanya bertindak karena orang lain saat tidak bersama rasanya menghilang. Mungkin semangat itu karena "apa" apa bermanfaat untuk orang lain?
terima kasih Allah, terima kasih kenyataan, terima kasih kawan yg sudah bersemangat ria untukku. Maksudku soal aku belum saatnya bertemu dengan seseorang ini. Ini bukan keluh kesah, tapi ini belajar. Karena aku masih nol banget.

Surat Dunia

Karena Aku Perempuan

Mutiara berkilau di permukaan bumi, yang menjadi buruan bagi penikmat kilaunya. Itulah perempuan. Sebuah kehormatan bagiku untuk mengakui sebagai perempuan yang kehadirannya tak terlepas dari kelembutan perasaannya.
Sebagai pribadi yg perasa dan peka terhadap lingkungannya. Pribadi yg siap memperdulikan banyak hal untuk lingkungannya.
Karena aku perempuan yg setiap kata akan tertata tenang dengan kehati-hatian. Dengan tatapan yang terjaga dari kerugian. Dengan senyum yg tetap melengkung dalam kekecewaan.
  Karena aku perempuan. Yang kadang mudah tersentuh hatinya oleh kebaikan. Atau mudah menangis dalam kesulitan dan beban berat yg tengah dihadapi.
Aku memang perempuan. Tapi bukan berarti kelemahan menjadi harga mati di sampingku. Buatku segala kelembutan, perasaan, dan tingkah laku ala perempuan Allah takdirkan karena sebagai pelengkap bagi berwarna-warninya realita hidup ini.
Bukan soal kelemahan lagi, lelaki menyandingkan perempuan, tapi soal kepantasan diri.
"Perempuan yg lemah bukan mereka yg mudah menangis tapi mereka yg melemahkan diri lewat cara mereka menjauh dari penerimaan, kasih sayang dan takdir Allah."