Semakin lama usia pernikahan, kita akan saling memahami karakter pasangan kita. Kelebihan dan kekurangannya menjadi satu paket lengkap yang harus kita terima dengan ikhlas lahir dan bathin. Pasangan kita adalah pilihan kita. Tempat dimana seluruh kebahagiaan kita disandarkan.
Malam ini, lewat satu minggu dari hari Anniversary dua tahun pernikahan, Aku belajar hal baru dari suamiku. Dia bukan tipe yang mudah untuk membanggakan apa yang Ia miliki. Pernah aku sampai meminta agar kita rayakan dua tahun pernikahan dengan makan malam romantis saja, namun apa katanya, "Sayang... Uangnya kita gunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga kita saja. Misalnya kita perlu barang apa gitu. Kita beli saja. Atau lebih bermanfaat kita kasih buat anak yatim nanti lebih berkah,"
Awalnya, aku hanya kesal. Namun setelah difikir ulang. Dia benar. Kita sudah sedewasa ini bukan waktunya mengumbar kemesraan di publik atau media. Lebih dari itu, semakin lama usia pernikahan kita, kita akan paham mau dibawa kemana arah pernikahan kita.
Di usia kehamilan 7 bulan ini , ingin rasanya aku umumkan kabar bahagia ini. Setiap USG, ingin rasanya diunggah ke media sosial agar orang melihat betapa bahagianya hidup kami. Namun, dia lah yang mengingatkanku bahwa pengakuan publik bukan membuat kita bahagia namun semakin terpuruk. Akan banyak pasang mata yang melihat dengan ribuan pendapat yang entah itu baik atau malah menyinggung hati. Sekali lagi, dia benar. Bahagia adalah kami yang rasakan.
Namun malam ini, Ia menceritakan bahwa betapa bahagianya teman-temannya dengan usaha sukses mereka yang bisa membangun rumah, memiliki kendaraan dan pekerjaan yang mumpuni. Aku tahu, dia bukan tipe yang bisa menceritakan betapa hebatnya dia. Dia hanya mendengarkan cerita hebat teman-temannya. "Sayang, aku pasti bisa seperti teman-teman yang lain. Punya rumah, punya mobil. Ini hanya soal waktu,"
Sebenarnya, hatiku sudah ingin menangis. Melihat keadaan tegarnya. Betapa hebat perjuangan hijrahnya saat ini. Dulu kami berada dalam lingkaran riba. Pekerjaan dengan gaji besar, hidup penuh kecukupan namun kami hampa. Hingga takdir Allah menarik dari lingkaran riba. Dia mengawali semuanya dari nol. Berkali-kali aku baca kisah tentang terselamatkannya dari lingkaran riba. Sungguh, aku sujud syukur betapa Allah sayang kami berdua.
Dia adalah seorang guru. Yang kata orang katanya gajinya alakadarnya. Namun, percayakah? Kami bisa menabung hingga mendekati 30 juta. Matematika Allah memang luar biasa. Kami lebih menikmati hidup. Meski katanya alakadarnya, kebutuhan terpenuhi. Menabung terpenuhi.
Tenanglah sayang, ini hanya soal waktu. Betapa hebatnya orang lain pasti lewati proses panjang. Yang terpenting, kita tidak meninggalkan Allah karena kunci kesuksesan kita adalah semakin dekat dengan Allah. Dan aku bangga, suami adalah seseorang yang selalu semangat sholat subuh di mushola. Dibandingkan dulu, dalam lingkaran riba. Sholat saja masih banyak yang ditinggalkan.
Tenanglah sayang, tetaplah bekerja dengan giat. Karena rezeki bukan dari satu pintu. Dalam rahimku, ada anak kita yang bangga pada ayahnya. Yang akan sama-sama berjuang bersama ibunya untuk mendoakan kebahagiaan keluarga kita. Istana yang bukan hanya sekedar mewah namun seperti surga. Baiti jannati... Kendaraan yang bukan hanya mewah namun membahagiakan keluarga untuk jalan-jalan. Uang yang berlimpah namun selalu ingat akan tabungan akhirat.
Selamat dua tahun pernikahan suamiku tersayang... Semoga aku, kamu dan anak-anak kita adalah orang-orang yanh selalu Allah sayangi dan kita sama-sama berkumpul di surga.
Untukmu,
Ini bukan tentang lebih tua atau seumuran,
Tapi tentang yg menyeimbangkan hidup.
Dan yg bisa berjalan beriringan yang memberi kedamaian di hati, kenyamanan di sisi dan kasih sayang tiada henti.
Tentang tertawa bersama
Saling mendukung,
Mendoakan satu sama lain
Berbicara lepas dan jujur kepada masing-masing.
ketika dunia terlalu kejam,
Kamu menjadi tempat untukku pulang
Yang bisa membuatku sangat sabar dan berusaha meski sulit .
Menerimaku apa adanya walaupun diriku suka apa adanya
Wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan denganmu itu suatu yg aku yakin yang harus aku perjuangkan
Masa lalumhmu tidak ku persoalkan karena tahu itu yang membentuknya sekarang.
kekurangan masing-masing adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima Dan memperbaiki agar jadi lebih baik .
Tentang kamu yg aku ikhlas seumur hidup menjadi ma'mum.
Membuatku bangga menjadi ibu dari anak-anakmu.