Surat dunia.
Kematian.
"Tak ada yang tahu kapan ia datang,"
Satu kata itu begitu membuat bulu kudukku merinding saat membahasnya. Tak ada manusia yang sanggup menerka datangnya kematian, hanya Allah yang tahu pasti kapan itu akan terjadi. Hanya Allah yang tahu.
Hidup adalah anugerah terindah dari Allah pada diri kita. Ketika ruh kita menyatu dalam jasmani dan menjadikan kita bisa merasakan setiap perputaran waktu dan kita mampu bergerak menjalani kehidupan, inilah anugerah yang harus kita syukuri sebagai hamba-Nya. Hidup adalah mengayuh dan terus mengayuh hingga menuju ke tujuan. Hidup adalah perjalanan yang panjang hingga tiba pada tujuan yang kita harapkan. Sekarang yang sedang kita pijak adalah tanah sementara yang sewaktu-waktu akan memeluk erat tubuh kita setelah habis masa usia kita. Harta yang kita miliki tak bisa jadi selimut selamanya dalam tidur kita. Lalu prestasi, kehebatan, keahlian dan kemampuan yang kita miliki tak selamanya bertahta mulia pada diri kita. Apa yang harus kita banggakan saat ini? Ketika apa yang ada di dunia adalah kepalsuan kebahagiaan dan sementara kehidupan. Tak ada yang bisa menjamin diri kita selain kita sendiri.
Aku sangat berterima kasih pada-Mu ya Rabb, Kau beri aku kesempatan kehidupan yang aku kira akan segera berakhir cepat. Saat daya dan kuasaku kian melemah tapi Kau hadirkan satu kesempatan bagiku untuk bisa terus ada disini, beribadah padamu. Tak ada yang bisa menjamin usia kita selain diri-Mu.
Saat kita mulai sibuk memikirkan duniawi yang berharga ini, apakah ada ketenangan dalam diri kita? Saat kita selalu memikirkan perhitungan demi perhitungan nominal harta kita, apa ada kepuasan dalam diri kita? Jawabannya nihil.
Damai dan kepuasan usia kita adalah saat kita mengingat Allah. Bila kita mengingat-Nya, akan terasa mudah melewati perjalanan. Saat kita mengingat-Nya diantara megahnya alam ini, akan kita sadari curahan kasih sayang-Nya. Setiap sabda-Nya yang selalu mengingatkan untuk menjalani usia kita agar bermanfaat dan mencari bekal akhirat yaitu amal dan ibadah. Sabda-Nya yang menjamin semua balasan atas perbuatan kita sebagai manusia. Lalu siapkah kita kembali pada-Nya saat ini? Tak ada kesiapan dalam diri kita saat panggilan itu datang. Yang ada hanya satu, keihklasan.. bahwa manusia hanya milik Rabb-Nya.
Celakalah bagi manusia yang menyengsarakan kehidupannya dalam perbuatan merugi dan dosa. Padahal pintu akhirat bisa saja terbuka segera atas izin dari-Nya. Lalu sudahkah tabungan akhirat kita penuh? Atau malah kita baru ingat bahwa akan ada akhirat yang lebih kekal?
Ya Allah.... maafkan atas bisikan dunia yang lembut.
Yang menyumbat telinga kami atas sabda dari-Mu.
Maafkan setiap pandangan kami yang mengalihkan dari-Mu.
Maafkan kami yang tak meresapi setiap kejadian di hidup kami.
Maafkan jika kami kenakan kesombongan dalam langkah kami.
Maafkan kami saat hari-hari kami yang tak lebih baik dari kemarin.
Maafkan kami saat waktu kami lebih sibuk untuk bekerja daripada ibadah kami.
Maafkan kami saat kami khilaf dan salah...
Jika ujung dari hidup kami sedang mengintai kami, maka izinkan kami untuk bisa terus memperbaiki diri dan merubah kami menjadi lebih baik lagi.
Bila kami jauh dari-Mu...
Maka bagaimana kami?
Hanya pada-Mu, tempat kami berteduh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar