Minggu, 29 Maret 2015

Tipe 2 : tegas karena korban

Surat dunia.

Tipe kedua dari orang tua adalah tegas karena korban.

Tipe yang ini orang tua menjadi korban.
Bagaimana pola komunikasi yang terjadi?

"Kasihan mama sayang, mama yang beresin mainan kamu. Nanti kalau mama ga bereskan itu papa kamu marah sama mama,"

Atau yang terjadi seperti ini,

"Mama setiap hari dimarahin papa nak, kamu mandi terlambat, makan terlambat, main tidak tahu waktu, bla bla bla..."
Dan yang terjadi adalah anak akan merasa sangat bersalah melihat orangtuanya. Merasa tidak mampu membahagiakan orang tua. Membuat orang tua sedih dsb.
Pola komunikasi ini menciptakan karakter baru bagi anak. Ingin melakukan tapi karena kasihan dan pada akhirnya balik lagi pada kata terpaksa.
Dan pada dasarnya anak akan melawan ketika ada pernyataan, nasihat atau intruksi dari orang lain yang tidak sesuai dengan dirinya. Beberapa perlawanan itu ditunjukan tapi ada juga yang dipendam. Yaa... dipendam menahun dan siap akan diledakkan emosinya. Biasanya ini akan terjadi pada usia remaja dimana anak sudah mampu berbicara dan berkomunikasi lancar. Dan sudah paham mau jadi apa dan dibawa kemana hidup mereka. Pada saat ini kita sebagai orang tua akan bertanya,"

"Mana anak mama yang dulu penurut?"

Penurut yang bagaimana bu? Yang terpaksa menuruti atau karena kasihan?

Lalu bagaimana cara kita berkomunikasi dengan anak? Bagaimana membicarakan tegas kepada anak?

Tunggu post kami selanjutnya.

Tegas pada anak

Surat dunia.

Setiap orang tua mengharapkan anak yang bisa menuruti semua perintah dan perkataan orang tua tapi tahukah bahwa mereka sebenarnya "tidak mau"? Padahal kunci dari penurut adalah disiplin dan tegas. Bagaimana pola komunikasi kita terhadap anak agar disiplin? Semoga bermanfaat pemaparan ini.

Seminar kali ini temanya adalah Disiplin tanpa melukai harga diri anak. Bersama pak Syahriar Riza, pendiri terapi hati dan hypnoteraphist. Berikut adalah step by step kita mengenali diri kita, termasuk tipe yang mana?

Tipe 1 adalah tegas demi orang tua

Pada tipe ini orang tua cenderung lebih dominan dalam memberikan intruksi atau perintah. Disini orang tua memutuskan sepihak atas segala hal. Karena tipe orang tua ini adalah mereka sudah merasa tau segalanya. Terkesan seperti anak ada bawah kendalinya secara otoriter. Pola komunikasinya pun terasa memaksakan anak. Membuat anak salah dan tidak ada pilihan lagi. Pernahkah kita berlaku seperti ini pada anak kita?
Misalnya anak yang bangun kesiangan.

"Kamu ini gimana sih nak, bangun kesiangan terus. Mau mama apain kamu siram? Mama cubit? Masa bangun pagi aja ga bisa? Kan kalau bangun pagi bisa bantu mama dulu di dapur,"

Bagaimana rasanya jika kita dikatakan demikian? Jawabannya sederhana kita merasa "melakukan hal yang salah" di hadapan orang tua kita.

Atau jika anak tidak merapikan mainannya,

"Ini kok mainan berantakan ya? Mama ga suka kayak gini, mama capek beresin rumah kalau kamu juga yang berantakin rumah. Kalau rumah rapi kan enak lihatnya,"

Apa yang anak rasakan ya setelah dengar itu? Jawabannya satu ,"aku buat mama sedih, mama ga bahagia karena aku,"

Dan bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati anak saat kita mudahnya bicara demikan. Saat kita ingin menyetir anak kita ke arah yang baik tapi dengan cara menghancurkan harapannya?

Termasuk yang tipe 1 kah kita?

Tunggu tipe - tipe selanjutanya akan dibahas di post selanjutnya.

Jumat, 27 Maret 2015

Kematian

Surat dunia.

Kematian.

"Tak ada yang tahu kapan ia datang,"

Satu kata itu begitu membuat bulu kudukku merinding saat membahasnya. Tak ada manusia yang sanggup menerka datangnya kematian, hanya Allah yang tahu pasti kapan itu akan terjadi. Hanya Allah yang tahu.

Hidup adalah anugerah terindah dari Allah pada diri kita. Ketika ruh kita menyatu dalam jasmani dan menjadikan kita bisa merasakan setiap perputaran waktu dan kita mampu bergerak menjalani kehidupan, inilah anugerah yang harus kita syukuri sebagai hamba-Nya. Hidup adalah mengayuh dan terus mengayuh hingga menuju ke tujuan. Hidup adalah perjalanan yang panjang hingga tiba pada tujuan yang kita harapkan. Sekarang yang sedang kita pijak adalah tanah sementara yang sewaktu-waktu akan memeluk erat tubuh kita setelah habis masa usia kita. Harta yang kita miliki tak bisa jadi selimut selamanya dalam tidur kita. Lalu prestasi, kehebatan, keahlian dan kemampuan yang kita miliki tak selamanya bertahta mulia pada diri kita. Apa yang harus kita banggakan saat ini? Ketika apa yang ada di dunia adalah kepalsuan kebahagiaan dan sementara kehidupan. Tak ada yang bisa menjamin diri kita selain kita sendiri.
Aku sangat berterima kasih pada-Mu ya Rabb, Kau beri aku kesempatan kehidupan yang aku kira akan segera berakhir cepat. Saat daya dan kuasaku kian melemah tapi Kau hadirkan satu kesempatan bagiku untuk bisa terus ada disini, beribadah padamu. Tak ada yang bisa menjamin usia kita selain diri-Mu.
Saat kita mulai sibuk memikirkan duniawi yang berharga ini, apakah ada ketenangan dalam diri kita? Saat kita selalu memikirkan perhitungan demi perhitungan nominal harta kita, apa ada kepuasan dalam diri kita? Jawabannya nihil.
Damai dan kepuasan usia kita adalah saat kita mengingat Allah. Bila kita mengingat-Nya, akan terasa mudah melewati perjalanan. Saat kita mengingat-Nya diantara megahnya alam ini, akan kita sadari curahan kasih sayang-Nya. Setiap sabda-Nya yang selalu mengingatkan untuk menjalani usia kita agar bermanfaat dan mencari bekal akhirat yaitu amal dan ibadah. Sabda-Nya yang menjamin semua balasan atas perbuatan kita sebagai manusia. Lalu siapkah kita kembali pada-Nya saat ini? Tak ada kesiapan dalam diri kita saat panggilan itu datang. Yang ada hanya satu, keihklasan.. bahwa manusia hanya milik Rabb-Nya.
Celakalah bagi manusia yang menyengsarakan kehidupannya dalam perbuatan merugi dan dosa. Padahal pintu akhirat bisa saja terbuka segera atas izin dari-Nya. Lalu sudahkah tabungan akhirat kita penuh? Atau malah kita baru ingat bahwa akan ada akhirat yang lebih kekal?

Ya Allah.... maafkan atas bisikan dunia yang lembut.
Yang menyumbat telinga kami atas sabda dari-Mu.
Maafkan setiap pandangan kami yang mengalihkan dari-Mu.
Maafkan kami yang tak meresapi setiap kejadian di hidup kami.
Maafkan jika kami kenakan kesombongan dalam langkah kami.
Maafkan kami saat hari-hari kami yang tak lebih baik dari kemarin.
Maafkan kami saat waktu kami lebih sibuk untuk bekerja daripada ibadah kami.
Maafkan kami saat kami khilaf dan salah...
Jika ujung dari hidup kami sedang mengintai kami, maka izinkan kami untuk bisa terus memperbaiki diri dan merubah kami menjadi lebih baik lagi.
Bila kami jauh dari-Mu...
Maka bagaimana kami?
Hanya pada-Mu, tempat kami berteduh.

Kamis, 26 Maret 2015

Sekolah Masjid

Surat Dunia

Sekolah Masjid.

"Seandainya keihklasan dilambangkan dengan partikel air di alam semesta, aku rasa tidak sebanding jumlahnya karena ikhlas melebihi dari apapun hitungannya,"

Aku selalu bersyukur atas setiap kejadian yang terjadi di hari-hariku. Usiaku yang baru genap 20 tahun namun telah banyak yang aku rasakan. Bertemu dengan banyak orang yang kisahnya bisa jadi teladan dan motivasi bagi diriku. Jatuh bangun hidup mereka kujadikan tolak ukur terhadap diriku. Masih saja hasilnya, aku belum menjadi apa-apa. Kali ini aku ingin berbagi kisah dari dahsyatnya dzikir dan doa ratusan anak ketika pagi hari.

Aku perkenalkan satu sekolah yang setiap hari aku datangi. SDIT Darul Muqorrobin. Dalam bahasa indonesia artinya tempat bagi orang-orang yang mendekatkan diri. Sungguh ini visi yang sederhana namun jauh tujuaannya ke depan. SD ini baru 3 tahun berdiri namun rasanya telah lama sekali berdiri. Karena perjuanganya itu yang membuat kami para guru disini merasa sudah sangat akrab dan dekat. Berawal dari sebuah keinginan untuk membiasakan anak bisa mengaji sekaligus prihatin dengan kondisi anak yang masih belum bisa mengaji padahal usianya sudah remaja menjadi satu pemacu bagi Umi untuk membuka sekolah islam terpadu yang mendukung pendidikan formal dan agamanya juga.
Satu kata yang ampuh untuk memulai sebuah pencapaian,"Bismillah...," ucap Umi dengan yakin. Bukan karena ada uang banyak dan modal besar membuka sekolah, tapi karena keyakinan Allah, bahwa pertolongannya amatlah dekat. 20 murid kiriman Allah menjadi satu awal perjuangan kami semua. 20 murid yang orang tua serahkan kepercayaan mereka kepada kami merupakan amanah yang tak bisa disepelekan. Setiap hari kami banyak belajar tentang memahami karakter mereka dan membentuk mereka menjadi muslim, mu'min dan muhsin. 20 murid yang ikhlas sekolah di dalam majlis taklim yang disewa sementara untuk KBM. Apa yang harus banggakan ketika fasilitas masih alakadarnya? Satu... ketika mereka mampu menghafalkan dan melisankan puluhan ayat Al-qur'an ketika sekolah. Itulah kebanggaan teramat dalam yang saya rasakan menjadi guru disana. Disaat apapun dimulai dengan lantunan ayat Al-qur'an menjadikan benar-benar sekolah ini adalah tempat bagi kami mendekatkan diri.
Tahun kedua, Allah kirimkan 36 murid impian yang meramaikan lagi sekolah kami. Mereka melengkapkan asa kami saat sebuah sekolah yang belum terdaftar, belum ada bangunan namun mampu berdiri dengan 50 siswa yang membanggakan. Itulah sumber kekuatan kami semua.
Tak ada yang lurus dan mulus dalan perjalanan, jatuh bangun bangkit jatuh dan bangkit berdiri kami rasakan. Saat satu persatu pemancing keputusasaan menarik kami untuk menyerah saat itu juga, tapi Allah kirimkan 60 siswa yang mengetarkan bathin kami karena jumlahnya yang banyak.
Kami tak mampu lagi belajar di majlis yang sempit. Kami harus punya bangunan sendiri. 2014 menjadi satu dari sekian banyak sejarah. Tentang tak pernah ingkar atas janji Allah pada hamba-hamba. Tentang arti keihklasa  hati yang meski banyak hinaan kepada kami tapi kami tak putus harapan. Kami tak pernah salah berharap selain pada Allah. Ribuan meter tanah diberikan pada kami sebagai tanah yang akan dimakmurkan untuk pendidikan kepada kami. Sekaligus masjid besar yang akan jadi tempat kami mengadu penuh syukur atas nikmat Allah. Ya... ribuan meter tanah yang kami hitung harganya hingga milyaran rupiah sekarang kami kelola untuk pembangunan sekolah kami.

"Sekiranya mana yang Allah tak kabulkan ketika kamu mau bersabar dan memperbaiki diri,"

Sementara ini gunakan masjid untuk kegiatan belajar mengajar bagi siswa karena pembangunan sedang berlangsung.
Sama halnya perjalanan manusia tak pernah lancar. Akan ada banyak rintangan menghadang. Kami dikatakan aliran kristen karena menggunakan tempat ibadah dengan kursi-kursi siswa. Ya Allah... jikalau lisan adalah pisau yang menyayat maka bagaimana caranya kami sembuh dari luka hinaan?
Jawabannya yang saya rasakan sendiri adalah "selalu berharap pada Allah," hanya itu.
Bagaimana dengan murid kami? Apa mereka menerima jika sekolah di masjid? Ada beberapa yang bercerita dikatakan sekolah masjid oleh teman lainnya.
"Sabar ya nak... istana sekoah kita sedang dibangun,"

Dan inilah bagian yang menggetarkan iman saya ketika sebuah harapan tak pernah pupus jika kita tahu persis dan dikembalikan kepada maha penampung harapan, Allah.

Inilah jawaban dari sekian banyak hinaan dan ketidakmungkinan yang dulu pernah kami rasakan. Maaf kan kami tidak bermaksud meninggikan hati. Kami hanya percaya satu,"Allah maha melihat apapun, maha mendengar rintihan, maha tahu maksud hati dan ini adalah jawaban atas keyakinan kami atas pertolongan Allah. Dan doa anak-anak yang mengharapkan sekolah mereka telah dibangun yang mengetuk pintu langit dan diwujudkan lewat cara yang menakjubkan.

"Janji Allah yang mana yang ingin kau minta saat kau telah jadi manusia yang sholeh maupun sholehah dan Allah mengabulkannya dalam kesabaran,"

Siapakah Dirimu?

Siapakah dirimu?

Aku tidak berhak menilaimu dari mataku yang melihat. Karena bisa saja mata salah dalam mengartikan keadaanmu. Aku tidak boleh percaya begitu saja pada kata orang lain tentang dirimu karena apa yang orang katakan belumlah benar adanya dirimu. Lalu siapakah kamu?
Bagiku kamu adalah belahan jiwaku. Kamu adalah bagian dari pelengkapku. Bagiku kamu adalah keping hati yang tak terpisahkan dariku. Kamu adalah satu takdir yang akan berjalan bersamaku. Kamu adalah teman hingga aku menua dan mati. Kamu adalah.... sosok ayah kedua bagiku. Seorang laki-laki yang mau menanggung kehidupanku. Laki-laki yang mau menanggung dosaku. Laki-laki yang mengingatkanku akan kebaikan dan melarangku akan keburukan. Kamu adalah laki-laki yang siap melindungiku dari apapun bahayanya. Laki-laki yang akan berjuang keras demi bahagianya diriku.
Siapakah kamu?
Buatku, kamu adalah seseorang yang mau menerimaku apa adanya. Yang memaafkan khilafku dan memperbaiki kesalahanku. Kamu adalah seseorang yang mau bermimpi bersamaku dan berjuang bersamaku. Bukan harta lagi yang ada di benakku tapi keberadaanmu di sampingku yang buatku yakin bahwa kita bisa melangkah jauh bersama. Siapakah kamu? Tentu bukan seseorang bertahta karena aku pun bukan wanita yang mulia dan bertahta.
Lalu siapakah kamu?
Kamu adalah keluargaku, kamu adalah laki-laki yang mau mendengar ayahku. Yang patuh pada ayahku, yang menghormati ayahku sebagaimana aku hormati beliau. Kamu adalah laki-laki yang sayang dan cinta pada ibuku. Sebagaimana kamu cinta pada ibumu. Kamu adalah laki-laki yang mau bercanda riang dengan adikku. Kamu mau berbagi banyak tawa dengan adik kecilku. Dan kamu adalah laki-laki yang menyayangi adik-adikku seperti kamu sayang pada adikmu. Aku tak minta banyak darimu, sayangi keluargaku dulu barulah sayangi aku. Kamu bisa denganku, kamu bertemu denganku dan kamu memilihku tentu aku ada karena keluargaku. Aku tak minta banyak, sayangi keluargaku. Merekalah muara keluh kesahku sebelum kamulah sandaranku. Mereka adalah semangatku. Sebelum kamu menyemangatiku. Sayangilah keluargaku. Sebelum kamu membawaku pergi, sayangi keluargaku. Sebelum aku tak bersama keluargaku lagu, sayangi keluargaku.

Siapakah Dirimu?

Siapakah dirimu?

Aku tidak berhak menilaimu dari mataku yang melihat. Karena bisa saja mata salah dalam mengartikan keadaanmu. Aku tidak boleh percaya begitu saja pada kata orang lain tentang dirimu karena apa yang orang katakan belumlah benar adanya dirimu. Lalu siapakah kamu?
Bagiku kamu adalah belahan jiwaku. Kamu adalah bagian dari pelengkapku. Bagiku kamu adalah keping hati yang tak terpisahkan dariku. Kamu adalah satu takdir yang akan berjalan bersamaku. Kamu adalah teman hingga aku menua dan mati. Kamu adalah.... sosok ayah kedua bagiku. Seorang laki-laki yang mau menanggung kehidupanku. Laki-laki yang mau menanggung dosaku. Laki-laki yang mengingatkanku akan kebaikan dan melarangku akan keburukan. Kamu adalah laki-laki yang siap melindungiku dari apapun bahayanya. Laki-laki yang akan berjuang keras demi bahagianya diriku.
Siapakah kamu?
Buatku, kamu adalah seseorang yang mau menerimaku apa adanya. Yang memaafkan khilafku dan memperbaiki kesalahanku. Kamu adalah seseorang yang mau bermimpi bersamaku dan berjuang bersamaku. Bukan harta lagi yang ada di benakku tapi keberadaanmu di sampingku yang buatku yakin bahwa kita bisa melangkah jauh bersama. Siapakah kamu? Tentu bukan seseorang bertahta karena aku pun bukan wanita yang mulia dan bertahta.
Lalu siapakah kamu?
Kamu adalah keluargaku, kamu adalah laki-laki yang mau mendengar ayahku. Yang patuh pada ayahku, yang menghormati ayahku sebagaimana aku hormati beliau. Kamu adalah laki-laki yang sayang dan cinta pada ibuku. Sebagaimana kamu cinta pada ibumu. Kamu adalah laki-laki yang mau bercanda riang dengan adikku. Kamu mau berbagi banyak tawa dengan adik kecilku. Dan kamu adalah laki-laki yang menyayangi adik-adikku seperti kamu sayang pada adikmu. Aku tak minta banyak darimu, sayangi keluargaku dulu barulah sayangi aku. Kamu bisa denganku, kamu bertemu denganku dan kamu memilihku tentu aku ada karena keluargaku. Aku tak minta banyak, sayangi keluargaku. Merekalah muara keluh kesahku sebelum kamulah sandaranku. Mereka adalah semangatku. Sebelum kamu menyemangatiku. Sayangilah keluargaku. Sebelum kamu membawaku pergi, sayangi keluargaku. Sebelum aku tak bersama keluargaku lagu, sayangi keluargaku.

Menolong Sebisa Mereka

Surat dunia.

"Anak kecil selalu ingin menolong dan menolong sebisa mereka,"

Alhamdulillah.... adik kecilku Lutfi sudah masuk PAUD. Awalnya harus banyak hadiah dulu baru mau pergi ke PAUD. Mulai dari hadiah makanan, alat tulis, cat lukis hingga ingin durian. Kami sekeluarga tak keberatan asalkan Lutfi mau pergi dan belajar disana.
Pertama kali ke PAUD, suasana disana asing baginya. Biasanya anak yang sudah lihat mainan akan tertarik dan tidak sabar untuk menikmati setiap permainan yang ada. Tapi tidak bagi adikku, dia mengamuk dan menfancam ingin pulang saja. Kami tak bisa berbuat banyak, dibujuk apapun tetap menangis bahkan semakin menangis. Dan persoalan ini menjadi beban fikiran bagiku.
Terselip satu pertanyaan dariku,

"Apa pernah ada pengalaman buruk yang dialami Lutfi yang menghambatnya sekolah?"

Aku bicarakan soal ini kepada mama. Kami sepakat untuk tetap mencari alternatif sekolah lain agar Lutfi bisa memilih sesuai yang ia sukai. Bahkan dengan Allah berikan kami seperti ini membuatku semakin ingin membuat sekolah. Pertama untuk adikku. Karena itulah yang sedang kami hadapi. Bagaimana caranya agar kami bisa mengarahkan Lutfi dalam kegiatan sekolah. Mengingat 1 tahun lagi Lutfi akan masuk sekolah. Tapi perubahan terjadi begitu cepat, pagi itu ayah menyiapkan bekal banyak kue enak untuk Lutfi. Ayah yang mengantar sendiri ke PAUD. dan menunggunya. Alhamdulillah... Lutfi mau dan semangat. Ketika aku pulang, ia menunjukan PRnya padaku. Ia cerita banyak hal yang dikatakan guru padanya.

"Mba kalau capek nulis, tangganya digerakan gini mba," katanya sambil mencontohkan gerakan senam tangan.

"Kan kalau kuku kotor bisa jadi cacing mba, itu kata bu guru ,"

Kata bu guru.... ya satu kalimat itu yang membuatku lega. Luthfi sudah semangat untuk mulai belajar bersosialisasi dengan teman-teman yang lain. Ini kemajuan bagus. Bahkan setiap ada PR, ia kerjakan lebih cepat. Katanya biar nanti dapat bintang. Hhheheh

Bersyukur bisa menemani kamu sayang, bersyukur kamu selalu ingin ikut kemanapun aku pergi. Aku bisa mengajakmu belajar banyak hal. Aku bisa jadi teman bagimu sayang. Kamu sudah membuatku kagum. Kamu selalu ingin membantuku. Mulai dari rapihkan soal ulangan, mengambilkan air minum, menyapu lantai dan pekerjaan yang lainnya. Kamu bahkan yang menawarkan diri,

"Aku mba yang nyapu," soraknya.

Alhamdulillah..  kamu anak baik nak. Kamu selalu bantu aku, sekarang kamu banyak dibantu teman-teman. Saat tadi sekolahpun ada yang meminjamkan pensil saat kamu tidak bawa. Ada pula yang meminjamkan pensil warna untukku. Syukuri ya sayang, kamu sudah banyak membantuku.

"Aku ada penghapus, kamu mau pinjam?" Kata temanmu padamu sayang. Perhatian sekali. Seandainya dunia ini banyak orang yang respect, pasti bahagia banget. Karena semua orang rasanya mau bantu. Hihihi bantu isi dompet bisa.... hahahhah

Ya pada hakikatnya setiap anak adalah kertas putih. Anak yang mewarnai dan orang tua yang memperkenalkan dunia. Berperanlah bersama mereka di urusan yang mudah. Anak hanya ingin mencoba dan paham rasanya. Izinkah mereka membantu kita sekecil apapun itu. Karena ini bagian dari pembentukan rasa percaya diri. Dan inilah dunia mereka. Dunia luthfiku yang sudah pervaya diri dan punya banyak teman.

Rabu, 18 Maret 2015

He is my hero called father

Surat dunia.

"Tak ada yang lebih penting selain membuatmu tenang dan bahagia melihat putrimu baik-baik saja,"

Ayah... aku sedang memikirkan keadaanku sendiri. Bisakah aku tetap kuat tanpa dirimu? Ingatkah saat hampir tengah malam aku duduk di sampingmu untuk menemanimu dalam menata sound system? Saat itu kurasakan betapa harapan sangat bersinar di matamu untukku. Bahwa kau sangat menginginkan putrimu tak sesusah payah dirimu mencari nafkah hingga larut malam. Saat itu kau katakan, "tenang saja.... ada ayah, kalau ada yang buat kamu sedih katakan sama ayah," katamu pelan.
Rasanya bagai ada benteng kuat dalam diriku yang kau bangun dengan perlindunganmu.
Ayah... ingatkah saat aku sering meledekmu bahwa aku akan pergi meninghalkanmu bersama suamiku? Aku lihat wajah yang gelisah dan penuh harap agar putrimu tetap tinggal. Suatu saat aku akan pergi yah. Maaf... bukan aku tak sayang padamu tapi telah aku putuskan untuk mandiri dan belajar bersama keluarga baruku.
Ayah ingatkah saat masa aku sekolah? Betapa kau rajinnya antar aku ke sekolah dan kau katakan bahwa aku harus sekolah di sekolah yang favorit dan bagus. Aku tahu yah kenapa? Agar aku bersama orang-orang yang memberiku jalan menuju kesuksesan.
Ingatkah saat kita bersitegang untuk saling mempertahankan keinginan masing-masing? Saat aku harus pergi ke Bandung untuk melanjutkan sekolahku? Ketika kau ucapkan satu kata, "maaf nak,"
Seketika hatiku hancur yah, bukan karena aku tak jadi pergi kesana namun ayah masih belum mengizinkanku tinggal mandiri karena ayah sangat sayang padaku. Ingatkah ayah saat aku putuskan untuk menanggung sendiri biaya kuliahku? Aku lihat dalam raut wajahmu. Kau pasti ingin mengatakan ini yah, "Ayah saja yang bayar,"
Kau tidak tega jika aku harus bekerja keras untuk biaya kuliahku. Ayah.... maafkan anakmu yang nakal ini. Aku akan berusaha membayar kuliahku sendiri. Doakan saja hingga aku wisuda. Aku akan katakan di depan podium bahwa, "Karena ayahlah aku bisa berjuang sampai saat ini,"

Kado terindah wisuda aku persiapkan untukmu, Ayah. Semoga Allah memberiku umur panjang.

Ayah... saat ini aku banyak merasakan kehidupan dengan pertimbangan perasaanku juga. Ketika aku lihat muridku diantar oleh ayahnya ke sekolah, aku ingat dirimu yah... ayah juga dulu antar aku ke sekolah. Ayah lebih memilih telat kerja daripada aku telat.

Ayah... alhamdulillah... aku sangat bahagia. Jika Allah tanyakan padaku bagaimana kesempatan memiliki ayah sepertimu, aku akan menjawab ,"Aku ingin tetap menggenggam kesempatan itu sampai aku dewasa, sampai aku menikah dan ayah lihat gagahnya suamiku dan tanggung jawabbnya sepertimu, aku ingin tetap meraih kesempatan itu bersamamu hingga aku menua. Hingga kau dipanggil kakek oleh putra-putriku dan hingga nanti aku mati, aku ingin ada di pangkuanmu. Ayah."

Dalam sajadah panjang, aku sebut namamu agar kau bahagia. Dalam kesulitan mencari nafkah kau tetap bahagia. Dalam kelelahan menjalani rutinitasmu kau tetap bahagia. Ayah... kau tahu, aku tuliskan surat ini sebagai tanda bahwa aku bangga padamu. Seandainya nanti putriku lahir, dan dewasa bersama ayahnya yang seindah akhlakmu. Setinggi tekadmu. Semangat karirmu dan sehangat pelukanmu.

Ayah... jaga aku... bersamaku... aku selalu mendoakanmu setelah sujud malamku.

Salam
Eka kecilmu.

Bee

Surat Dunia.

"Bee yang satu ini manis tapi masih belum mau mengaji,"

Ryan. Sapaan akrab teman-teman padanya. Anak yang satu ini cukup unik. Dia tidak mau memakai baju koko untuk mengaji. Ia lebih suka baju main yang santai dan nyaman untuknya. Dan hari ini, Ryan memakai baju dengan gambar tokoh lebah.
Ryan paling suka berlarian kesana kemari. Bermain bersama teman-teman di PAUD. Tapi Ryan paling takut jika diminta mengaji bersama gurunya. Bahkan ia menangis dan mengamuk jika dipaksa membaca iqro. Kejadian ini tentu membuat para guru tak bisa memaksakan. Biarlah... nanti juga bisa mengikuti. Jadi setiap mengaji bukan untuk belajar tapi bermain bersamanya. Sesekali mamanya menemaninya untuk belajar berani dan maju saat baris di depan. Tapi Ryan belum bisa bun. Ryan masih malu dan menangis. Lalu jika sedang bernyanyi atau menari Ryan kaku tak ingin bergerak. Tapi bundanya yang sabar menemaninya dan mengikuti setiap gerakan yang dicontohkan. Berharap sama, Ryan bisa mengikuti dengan lincahnya. Tapi anak ya tidak bisa dipaksa.

"Anak hanya perlu dikembangkan dan bukan dibentuk,"

Sesekali kami berikan hadiah setiap keberhasilan yang ditunjukan Ryan. Perlahan tapi pasti. Kami yakin Ryan akan punya semangat sendiri untuk belajar. Selang waktu berjalan, Ryan berusaha mencoba untuk mendekati gurunya. Melihat setiap bacaan teman-temannya. Lalu Ryan belajar untuk antri dalam mengaji. Alhamdulillah... itu menjadi prestasi terbaiknya. Ryan sudah mulai mengaji walau suaranya kecil. Walau masih menunduk dan sesekali menatap aneh gurunya, tak apalah Ryan menjadi anak yang berbeda sekarang. Mau mencoba dan berani menggerakan badan untuk tarian dan bernyanyi dalam lagu. Kelak akan ada banyak pembelajaran baginya tentu dengan ibu yang sabar dan mau mengakui dan mendampingi kekurangan anaknya.

Bukan dipaksa ya bun tapi diarahkan. Dari bunda Ryan saya belajar arti keuletan menjadi seorang mama. Yang setia mencotohkan dan mengajak anaknya. Terima kasih. Ini pengalaman berharga.

Ilham, Hafidzh Selanjutnya

Surat Dunia.

"Setelah bertemu dengan mereka rasanya bahagia sekali, bahagia dan bahagi,"

Ilham. Usianya baru 5 tahun tapi sudah iqro 6. Beberapa lembar lagi akan menuju Al-Qur'an.

Sudah satu bulan ini, aku menjadi guru pendamping di pengajian PAUD di dekat rumahku. Pengajian itu juga dulu bekas pengajianku selama 6 tahun. Kali ini saat aku kakak kelas mereka berbagi pengalaman dan bermain bersama mereka.

Mereka paling semangat kalau saatnya benyanyi dan menari bersama. Kami punua selera yang sama yaitu lagu "3 jelly fish" selalu banyak tawa diantara kami. Melihat mereka tumbuh dan berkembang menjadi satu kebahagiaan bagiku dan bu Mira. Guru sekaligus teman curhatku. Yaa.... pengajian ini juga yang 3 tahun lalu membangun mimpi baruku. Aku ingin menjadi seorang guru. Dan semua berawal dari sini. Ketika aku menggelisahkan mau jadi apa aku ke depannya? Dari pengajian ini aku menemukan minatku. Bersama anak-anak. Siapa yang menyangka bahwa di usia 19 tahun aku sudah menjadi seorang guru di sekolah formal. Semua karena tempatku menuntut ilmu.

Aku menyayangi semua anak-anak disana. Mereka mengajarkan arti saling membantu dan mengingatkan. Mereka yang membuat sesalu banyak cinta yang aku rasakan. Lebih cinta dari seorang kekasih. Hihihi.

Dan mereka yang membuka mataku takjub bangga, mereka sudah bisa membaca firman dari Allah. Subhanallah... aku bersyukur Allah ciptakan kami dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Dan aku bersyukur bisa menemani malaikat-malaikat kecil ini terus belajar.

Semoga semangat Ilhamku dan semua teman-temanku untuk belajar mengaji tidak pernah pudar. Harapanku sederhana, semoga mereka bisa menjadi hafidzh yang bermanfaat. Tetap pakai baju kokomu. Bawa tasmu dan rajin antri paling depan ya ngajinya. Hihihi... itulah Ilhamku. Selalu paling pertama mengerjakan tugas dan ingin cepat-cepat mengaji.

Semangat sayang, hujan kita terobos panas kita tetap payungan. Hehehe

Sekolah Garasi

Surat Dunia.

Terima kasih saya ucapkan untuk kesempatan membaca buku Rumah Kisah dari Siska Y. Massardi. Salah satu buku yang sederhana bahasanya tapi mendalam maknanya. Berkali-kali saya menitikan air mata dan bertanya dalam diri saya? "sudahkah saya berguna bagi orang lain?"

Berikut ulasan buku Rumah Kisah : Sebuah Kisah Sekolah dari Garasi.

Setiap manusia punya masa kelam masing-masing. Mungkin kata khilaf adalah perumpamaan yang pas untuk mengurangi rasa bersalah kita tapi bukan itu, bukan menyatakan aku khilaf atas perbuatanku tapi aku akan segera mempersiapkan perubahan lebih baik lagi.

Bu Kiska, sapaan akrab dari para muridnya saat ini. Beliau adalah ibu dari 3 orang anak dengan kehidupan yang mapan. Untuk menunjang kehidupan ala ibu kota, suaminya bisa memberikannya. Beliau punya agenda rutin untuk bisa kumpul bersama para sahabat untuk saling pamer harta dan harta. Membahas harta dan harta. Belanja wara wiri dari satu mall ke mall yang lain atau dari satu brand ke brand yang lain. Bukan masalah kalau beliau bisa pergi ke salon dengan biaya yang cukup menguras dompet. Tak apalah.... wajar bagi ibu rumah tangga elit dengan standar seperti Jakarta. Untuk menikmati indahnya hidup dengan merasakan hisapan demi hisapan rokok yang menurutnya adalah wajar bagi ibu-ibu elit kelas Jakarta. Terbayang sudah dari pemaparan di atas. Betapa menyenangkannya bisa difasilitasi suami dengan dimanjakan harta dan harta. Yang mau ini dan itu hanya tinggal gesek kartu dan beres semuanya. Namun diatas semua kekuasaan kita, ada satu tangan yang sepanjang usia kita merangkul bahkan menarik menuju hal perubahan. Yaitu tangan Rabb kita. Berawal dari sebuah training ESQ yang menggetarkan jiwanya. Mengapa? Bagaimana bisa? Harta bukankah sudah cukup ya untuk sekelas ibu kota Jakarta?

Jawabannya adalah "Saya tidak menemukan apa-apa dalam hidup saya, saya jenuh," kata beliau.

ESQ adalah training yang memadukan pengalaman emosional dan spiritual. Awalnya beliau ragu untuk ikut training tersebut, tapi hebatnya kata hati adalah mampu menggoyahkan arti keraguan. Beliau mengikuti 4 hari training dengan baik.
Bukan dengan baik lagi, tapi dengan linangan air mata ketidakberdayaan. Mengapa?
Beliau terhentak saat ada kalimat pertanyaan yang amat sederhana.
"Sudah jadi apa kita sekarang?"
"Mau kemana kita sekarang?"
"Seberapa lama kita akan tetap seperti ini?"

Jujur, saya yang membaca kisah beliau pun menitikan air mata. Sudah benarkah hidupku? Atau ternyata aku masih nol besar membahagiakan Rabbku? Atau ternyata aku masih tidak peduli atas arti diriku untuk lingkunganku? Aku merenung sambil mengingat setiap halaman buku kehidupanku.

ESQ merubah beliau 360 derajat. Salah satu yang membuat dunianya amat sangat terjungkal dari kemewahan adalah saat ia harus mengajari anak-anak dhu'afa di sebuah sekolah. Seperti menemukan berlian dalam jerami, ia mulai paham arti bahagia yang sebenarnya. Menikmati 18 tahun kemewahan dan belajar arti dari kesederhanaan dari anak-anak.

"Entahlah... apa iya Allah sedang berubah wujud jadi anak-anak kecil itu atau saya yang sudah menyerahkan hidup saya pada Allah, saya merasa bahagia. Bahkan kepingan hidup saya sudah  saya ketemukan,"

Sejak belajar banyak dari ESQ dan menjadi relawan di sekolah Dhu'afa maka hati kian tergetar. Bukan karena ia masuk ke dunia glamornya tapi karena ada jutaan ide di otaknyq untuk bisa membuat sekolah. Jantungnya berdegup kencang. Dag dag dag... karena apa yang tak ia fikirkan sedikitpun malah jadi hal yang nyata. Sebentar lagi. Bahkan dalam hitungan kedipan mata.

Memang benar adanya, bahwa setiap orang memiliki masa kelam yang akan membawa pembelajaran yang berarti. Setiap manusia memiliki hati yang baik. Sangat baik. Ada sisi kasihan dan keinginan untuk saling membantu. Sama halnya beliau yang memandang sekelilingnya yang masih banyak yang jauh dari kehidupan yang layak. Salah satu yang menggerakan sebuah perubahan adalah dari pendidikan. Maka dari itu beliau ingin menyiapkan pendidikan yang bisa membantu bagi para kaum dhua'afa.

"Entahlah... ini hidayah atau apapun yang saya inginkan adalah menebus semua kelalaian saya sebagai hamba Allah, istri dan ibu  untuk anak-anak saya,"

Beliau mulai menabung sedikit demi sedikit untuk membeli perlengkapan sekolah TK. Dari sebuah garasi rumah, satu harapan bangkit kembali. Bahwa semiskin apapun pendapatan, sesusah apapun kehidupan mereka berhak diberikan sekolah dengan standar yang bagus. Tidak bisa dibedakan dengan yang lain.

Itulah semangat beliau yang membuatku tersenyum bangga. Yaa.... tak ada satu sistempun yang boleh mengkastakan umat manusia. Semua sama haknya.

Dan bukanlah perkara mudah untuk bisa mendirikan sekolah bagi para malaikat kecil beliau. Biaya, kultur, sikap, pengajar, fasilitas, dan semua yang tidak bisa asal-asalan diciptakan. Dan tentunya dalam lembar perjalanan sekolah Batutis akan mengajarkan hal-hal luar biasa bagi beliau dan keluarga. Bertemu dengan anak-anak yang semangat sekolah dengan jarak yang jauh, anak-anak yang selalu berebutan ingin di pangku, bertemu anak yang menjadi pemulung membantu orang tuanya, mereka yang broken home, mereka yang tidak terfasilitasi pendidikan dan mereka yang masih punya kemauan yang kuat untuk bisa merasakan artinya sekolah.

Dan inilah satu dari sekian "man jadda wa jadda" Allah-ku yang sedang ditunjukan. Satu semangat telah terbangun untuk bisa memberikan kesempatan bagi semua anak untuk sekolah dan bahagia.

Ya Allah.... jika Kau ridho'i kami
izinkan usia kami adalah ibadah
manfaat dan bahagia.
Didiklah kami dalam keikhlasan dan kesabaran.
Dan hanya Allah satu-satunya penolong kami.

Terima kasih, Bu Siska.... semoga mereka menjadi anak yang berguna.

Senin, 09 Maret 2015

Belajar Jujur

Surat Dunia.

Hari ini kakak-kakakmu ulangan tengah semester. Dan aku belajar satu hal dari mereka. Kejujuran.

Banyak orang yang ingin mencapai hal yang ia inginkan dengan cara yang mereka. Dengan usaha mereka. Tergantung, jika iman mampu melapisi hati setiap insan maka setiap usaha yang dijalankan pasti disertai pertimbangan atas keridhoan Tuhan. Yaa...  melibatkanTuhan disegala keadaan dan kegiatan kita adalah hal yang sangat mendamaikan. Karena sepenuhnya usaha kita adalah sepenuhnya ada campur tangan kuasa Tuhan. Sama halnya dengan bekerja secara jujur, berkata jujur dan berfikir jujur. Kata jujur adalah 5 huruf yang mudah untuk dikatakan.
"Jujur dong kerjakan ulangannya,"

Alhamdulillah.... meski masih kelas dua, mereka sudah berusaha menunjukan kejujuran untuk mengerjakan ulangan. Apapun hasilnya, yang terpenting kalian berusaha dan melibatkan iman dari Allah untuk bisa mengerjakannya. Jujur itu sama halnya kita menghargai keadaan apa adanya. Berkata apa adanya. Memiliki apa adanya. Terima kasih atas kejujuran kalian mengerjakan ulangan. Semoga kalian terhindar dari korupsi yang berawal dari ketidakjujuran. Ammiin...

Semoga Indonesia lebih baik lagi.

Sekolah Batutis

Surat dunia.

"Nak hari ini bunda punya satu cerita tentang sekolah masa depan, semoga kamu suka yaa... dengan sekolah ini,"

Namanya Sekolah Batutis, baca tulis gratis yang berlokasi di Pekayon Bekasi. Salah satu dari sekian banyak sekolah bagi kaum dhuafa dan anak papa. Sekolah itu berada di garasi rumah seorang ibu yang semangat sekali dengan kegiatan pendidikan. Ibu Siska Yudhistira Massardi. Dari garasinya tercipta satu harapan baru untuk bagi kaum dhuafa untuk bisa meraih cita-cita mereka. Dari sekolah ini mereka menciptakan lilin-lilin yang terang untuk bisa menerka gelapnya dunia tanpa ilmu pengetahuan. Jujur... sebagai sesama manusia, ada suara dalam hati untuk bisa bertindak sama dan membahagiakan anak-anak Indonesia. Bahwa semua anak memiliki kesempatan yang sama dengan standar yang sama juga. Tak ada sekolah yang rendahan dan ecek-ecek yang ada hanya sekolah yang berkualitas untuk siapapun. Dari bu Siska aku belajar bahyak hal. Sebuah sekolah dengan pendidikan yang memang sangat dibutuhkan bagi mereka semua. Ada pelajaran untuk memandikan bayi, ada pelajaran memasak ikan peda, ada pelajaran memecahkan telur, pelajaran memasak, dan masih banyak pelajaran yang lainnya. Pelajaran tersebut diberikan kepada anak usia PAUD dengan range 3-6 tahun. Inspiratif sekali. Semoga semangat bu Siska dan team tetap on untuk anak-anak Indonesia.

Sekarang tinggal bagaimana kita bisa memaknai hidup ini dengan bermanfaat. Satu kutipan kata-kata beliau.

"Saya bukan orang guru, setiap hari saya belajar bagaimana bisa memahami anak-anak. Yang saya dapatkan dari praktek di lapangan. Dan ini tidak mudah bagi saya yang orang awam," terangnya.

Ini jadi salah satu bukti bahwa apapun niat baik karena Allah akan disambut baik dengan kebaikan dari Allah.

Man Jadda wa Jadda...

Satu kutipan dari kepala sekolah SD tempatku bekerja,

"Hati-hati dengan mimpi yang mereka  tertawakan kepadamu, bisa jadi itu yang Allah kabulkan dan mendiamkan lisan mereka yang menertawakanmu,"

Terlepas dari ini imajinasi tingkat dewa, tetap tidak akan pernah bosan untuk melangkah kecil kecil untuk sebuah sekolah yang bermanfaat bagi orang lain, ammiin..."

Semoga Allah sayang dan mengabulkan permintaan kita, al-gisni.

#media sentra

Sabtu, 07 Maret 2015

Fitrah Buah Hati Kita

Surat Dunia.

Aku buat surat ini untuk buah hatiku kelak. Semoga bundamu ini bisa menjadi sebaik-baiknya bunda untukmu. Bunda sedang belajar ya nak... ini pelajaran yang bunda pahami hari ini.

                                   Bundamu.

Fitrah seorang anak ketika lahir adalah suci. Seperti kertas putih yang siap ditorehkan atau ditumpahkan warna-warna yang cerah maupun gelap. Ketika lahir pun adalah saatnya kita sebagai orang tua menentukan kemana akan dibawa putra/putri kita. Mempersiapkan kebahagiaan dan kehidupan yang berkecukupan bagi putra/putri kita. Ketika sebuah kertas putih mulai ditulis, maka saat itulah orang tua terlibat langsung. Memperhatikan setiap kemajuan perkembangannya. Bukan hanya fisik tapi perkembangan mentalnya juga. Sebuah kertas putih itu mulai diisi di 40 hari pertama kelahiran. Dimana bunda bukan hanya sekedar paham soal ASI dan nutrisi buah hati kita tapi juga komunikasi verbal pada buah hati kita. Yaa... ketika buah hati kita menangis saat itulah komunikasi sedang berjalan diantara bunda dan buah hati. Ketika menangis pun ucapkanlah komunikasi verbal dari lisan kita,

"Iyaa sayang, bunda dengar kamu menangis. Bunda datang sayang, bunda di dekatmu sayang..."

Karena tidak semua tangisan adalah tanda lapar atau popok basah. Maka dari itu dengan kita datang dan menenangkan sama halnya kita sedang membangun rasa hormat atas buah hati kita. Yaa... rasa hormat dan menghargai. Akan terbangun kepercayaan anak kepada bundanya yang datang saat waktu yang sedang ia inginkan bersama bundanya.

Lalu, ajaklah buah hati kita berkomunikasi dengan mengungkapkan perasaan bahagia kita bersamanya.

"Bunda bahagia sekali, kamu menangis, kamu tersenyum, kamu melihat bunda dan bunda juga lihat kamu sayang. Bunda sayang sama kamu," satu sentuhan lembut dihadirkan untuk buah hati kita.

Dan itulah saat dimana buah hati kita akan belajar untuk mengenali sopan santun bundanya dalam mengungkapkan rasa kasih sayang.

Lalu ketika kita ingin menggendongnya, minta izinlah pada buah hati kita,

"Sayang... bunda mau gendong kamu yaa sayang, boleh yaa?" Baru tangan kita meraih badannya dan menggendongnya.

Tahukah apa yang sedang bunda tanamkan? Izin untuk melakukan sesuatu. Kelak ia akan persis bundanya yang selalu meminta izin melakukan sesuatu. Dan disinilah kita belajar untuk memperlakukan dengan nyaman dan aman bagi anak kita. Bukankah anak adalah titipan Allah?
Hal ini sepele. Kecil sekali untuk dilakukan  untuk itu, mari bundaa... kita mulai dengan siaga ada di sisi buah hati kita. Bahagiakan mereka dengan ungkapan bahagia kita atas kelahiran mereka. Dengan itu betapa bahagianya buah hati kita menjadi bagian dari yang bunda dan ayahnya bahagiaakan. Bayangkan jika sudah dewasa, kertas putih ini menjadi warna yang mengagumkan.
Semoga kita terus jadi orang tua yang lebih baik lagi. Ammiin...

Tertanda
Bunda banyak belajar.

#metode sentra

Fitrah Bagi Buah Hati Kita

Surat Dunia.

Aku buat surat ini untuk buah hatiku kelak. Semoga bundamu ini bisa menjadi sebaik-baiknya bunda untukmu. Bunda sedang belajar ya nak... ini pelajaran yang bunda pahami hari ini.

                                   Bundamu.

Fitrah seorang anak ketika lahir adalah suci. Seperti kertas putih yang siap ditorehkan atau ditumpahkan warna-warna yang cerah maupun gelap. Ketika lahir pun adalah saatnya kita sebagai orang tua menentukan kemana akan dibawa putra/putri kita. Mempersiapkan kebahagiaan dan kehidupan yang berkecukupan bagi putra/putri kita. Ketika sebuah kertas putih mulai ditulis, maka saat itulah orang tua terlibat langsung. Memperhatikan setiap kemajuan perkembangannya. Bukan hanya fisik tapi perkembangan mentalnya juga. Sebuah kertas putih itu mulai diisi di 40 hari pertama kelahiran. Dimana bunda bukan hanya sekedar paham soal ASI dan nutrisi buah hati kita tapi juga komunikasi verbal pada buah hati kita. Yaa... ketika buah hati kita menangis saat itulah komunikasi sedang berjalan diantara bunda dan buah hati. Ketika menangis pun ucapkanlah komunikasi verbal dari lisan kita,

"Iyaa sayang, bunda dengar kamu menangis. Bunda datang sayang, bunda di dekatmu sayang..."

Karena tidak semua tangisan adalah tanda lapar atau popok basah. Maka dari itu dengan kita datang dan menenangkan sama halnya kita sedang membangun rasa hormat atas buah hati kita. Yaa... rasa hormat dan menghargai. Akan terbangun kepercayaan anak kepada bundanya yang datang saat waktu yang sedang ia inginkan bersama bundanya.

Lalu, ajaklah buah hati kita berkomunikasi dengan mengungkapkan perasaan bahagia kita bersamanya.

"Bunda bahagia sekali, kamu menangis, kamu tersenyum, kamu melihat bunda dan bunda juga lihat kamu sayang. Bunda sayang sama kamu," satu sentuhan lembut dihadirkan untuk buah hati kita.

Dan itulah saat dimana buah hati kita akan belajar untuk mengenali sopan santun bundanya dalam mengungkapkan rasa kasih sayang.

Lalu ketika kita ingin menggendongnya, minta izinlah pada buah hati kita,

"Sayang... bunda mau gendong kamu yaa sayang, boleh yaa?" Baru tangan kita meraih badannya dan menggendongnya.

Tahukah apa yang sedang bunda tanamkan? Izin untuk melakukan sesuatu. Kelak ia akan persis bundanya yang selalu meminta izin melakukan sesuatu. Dan disinilah kita belajar untuk memperlakukan dengan nyaman dan aman bagi anak kita. Bukankah anak adalah titipan Allah?
Hal ini sepele. Kecil sekali untuk dilakukan  untuk itu, mari bundaa... kita mulai dengan siaga ada di sisi buah hati kita. Bahagiakan mereka dengan ungkapan bahagia kita atas kelahiran mereka. Dengan itu betapa bahagianya buah hati kita menjadi bagian dari yang bunda dan ayahnya bahagiaakan. Bayangkan jika sudah dewasa, kertas putih ini menjadi warna yang mengagumkan.
Semoga kita terus jadi orang tua yang lebih baik lagi. Ammiin...

Tertanda
Bunda banyak belajar.

#metode sentra