Sosok Ayah di Mata Kami
00.24 tengah malam, pintu ruang tamu terbuka. Ia pulang membawa gendang kulit kesayangannya. Tiga kali seminggu Ia habiskan malam untuk menjadi pemain live music Hotel terkenal di Ibu kota. Bungkusan makanan Ia taruh di meja, berharap semua anaknya akan bahagia ketika bangun tidur. "Ada makanan enak!" apakah Ia makan? Ia hanya ingin anak-anaknya merasakan kehidupan yang enak. Cukup itu saja.
Di musim penghujan, Ia tetap berangkat untuk menjemput putrinya pulang sekolah. Bahkan satu jam lebih cepat dari waktu kepulangan. Ia harus memastikan bahwa ketika pulang putrinya aman. Walau kulitnya sebenarnya dingin menggigil. Apakah Ia menyerau kedinginan pada putrinya? Tentu tidak, Ia tersenyum bangga bahwa putrinya sekolah dengan aman.
Ketika anaknya merengek untuk segera membayar field trip dengan nominal jutaan, Ia tetap menjanjikan kepastian bahwa kesayangannya akan tetap ikut. Bahagia rasanya mendengar janji pasti itu walaupun Ia sebenarnya tidak tahu dapat tambahan uang dari mana lagi.
Ia pernah marah hingga wajahnya memerah hanya karena putrinya enggan untuk melanjutkan sekolah. Sederhana, kehidupan sudah sulit ditambah biaya kuliah dan lainnya serasa menambah kesulitan. "Itu urusan Ayah, kamu hanya sekolah!" Waktu sangat menjelaskan bahwa laki-laki terhebat dan paling pasti janjinya adalah Ayah. Cinta pertama bagi putrinya yang mengajarkan tanggung jawab dan kasih sayang yang tulus. Tak ada kata menyerah dalam mengutamakan keluarga.
Bahkan seorang Ayah rela sakit saat bekerja. Bahkan ada yang sakit berkepanjangan karena kecelakaan kerja. Setiap peluh keringatnya adalah butiran pahala yang akan menjadi penyelamatnya di akhirat.
Untuk semua kesabaran dan keihkasalan Ayah... Kelak kami semua akan merasakan menjadi orang tua. Kami akan mengingat bahwa dalam hidup kami, ada Ayah yang mengajarkan kami memaknai kehidupan. Kami akan berjuang demi anak-anak kami kelak.
Menjadi orang tua yang dirindukan surga.
#nuliskeroyokan
#GerbongAksara
#GerbongAksaraDay2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar