Jumat, 25 Oktober 2019

Day 13 - Rindu

Ia terdiam. Kepalanya tertunduk. Lesu. Tidak seperti biasanya.

Teman-temannya berusaha menghiburnya. Sekedar melontarkan candaan receh. Mengajak ke kantin. Bahkan ada basi-basi bahas tugas. But every respons is flat.

Biasanya, Ia selalu ceria. Selalu ingin berperan dalam setiap kegiatan. "Aku aja yang bantu!" atau "Biar aku aja sini". Seperti ada separuh semangat yang hilang.

Mungkin... Jika sedikit hiperbolis, "Dunia harus paham dong keadaan gue sekarang !" Tidak mudah melewati dan merasakan di titik ini. "Tapi gue kuat," 6 tahun lalu. Ia tumbuh menjadi gadis kecil yang cantik. Setiap pagi, Ia berangkat ke sekolah TK. Ayah yang menyetir mobil dan ibu duduk di sebelah ayah. Percakapan kala itu hangat sekali. Bahagia rasanya jika berada dalam keluarga dengan kasih sayang yang terus mengalir.

Hingga di suatu sore, suara teriak terdengar memekakan telinga. "Pergi!" kata yang selalu melekat dalam memori. Itulah terakhir kasih sayang tercurah sebagian. Sebagiannya lagi pergi.
Perpisahan memang menyakitkan. Ia tak memahami keadaan sebenarnya. Ia hanya tahu, ayah dan ibu baik-baik saja tadi pagi. Namun selanjutnya setelah pertengkaran itu. Ayah dan ibunya tidak bersama lagi. Sebuah kata yang paling halus untuk menunjukan rasa kehilangan mendalam.

Sesekali Ia menceritakan kerinduan kepada orang yang Ia anggap memahaminya. "Aku sebenernya rindu, ayah," jutaan makna tersirat di dalamnya.

Keikhlasan terpatri kuat dalam hatinya. Ia belajar untuk bisa menerima keadaan dengan sebaik-baiknya. Namun tekadnya satu. Saat Ia mulai merasa jatuh dalam titik trauma tentang kehilangan sosok ayah, Ia bangkit untuk memberikan mahkota kelak di surga. Dengan menjadi hafidzah. "Aku selalu berdoa, kelak kita utuh dalam satu keluarga. Ada dua mahkota bertahta untuk ayah dan ibu," #nuliskeroyokan
#gerbongaksara
#gerbongaksaraday13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar