Kamis, 24 Oktober 2019

Day 10 - Wajah Kekinian

Kami bersantai di teras rumah. Memandangi lalu lintas kereta api Jabodetabek melintas.

Perdebatan kami terbilang penting yaitu tentang Ibu Kota yang makin metropolis. "Waktu Aku kuliah Cah, dosenku pernah bilang kalau suatu saat nanti zaman bisa berubah ke pembayaran mata uang dirham," Cah Joko hanya termangut. "Wong buktinya sekarang lihat, wajah kota kita bisa jadi bukti bahwa pembangunan semakin pesat. Bukan lagi sirkulasi uang kertas bahkan uang digital sudah berseliweran," Aku teringat salah satu lagu qosidah yang melegenda.

tahun duaribu kerja serba mesin,
berjalan berlari menggunakan mesin
manusia tidur berkawan mesin,
makan dan minum dilayani mesin

penduduk makin banyak,
sawah ladang menyempit
mencari nafkah smakin sulit
tenaga manusia banyak diganti mesin,
pengangguran merajalela

sawah ditanami gedung dan gudang,
hutan ditebang jadi pemukiman
langit suram udara panas
akibat pencemaran

wahai pemuda remaja
sambutlah tahun 2000
 penuh semangat
dengan bekal ketrampilan,
serta ilmu dan iman
bekal ilmu dan iman
Aku menyuarakan pendapat. "Bener toh Cah, tahun milenial ini akan semakin berkembang pesat. Bahkan teknologi kita yang dianggap canggih masih terkalahkan dengan negara lain yang berkali lipat canggih," kataku.

Cah Joko menggerenyitkan dahi. "Wis lah... Sing penting kita kerja dan hidup mudah di Kota ini. Meski rumah pinggir rel." Cah Joko sing penting hidup itu kerja bisa makan dan ada rumah itu sudah cukup. Tapi bagiku hidup tidak menerima keadaan begitu saja. Keikhlasannya lain kalau soal ini. Harus semangat membuat kehidupan lebih baik. Wajah Ibu Kota terus berganti. Arus modernsasi mudah diserap dimana-mana. Tapi ingat, hidup bukan hanya sekedar mengikuti arus. Harus ada kendalinya.

#nuliskeroyokan
#gerbongaksara
#gerbongaksaraday10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar