Ikhlas
Bertahun-tahun Aku merantau di Ibukota demi peningkatan taraf hidup. Meski berkali-kali Ibu selalu berkata, "Pulang Nak, temani Ibu saja !" Aku hanya ingin keluargaku mendapat kehidupan yang lebih layak dari segi ekonomi dan sosial.
Aku semakin ambisius dalam bekerja. Semua target ku capai untuk mendapat bonus dari Kantor. Setiap bulan Ku kirimkan uang untuk Bapak dan Ibu. Nominalnya beragam. Tergantung bonus yang Ku dapatkan.
Beberapa tahun berlalu, lambat laun ekononi Bapak dan Ibu di Kampung semakin baik. Bapak bisa usaha jualan lampu keliling serta Ibu membuka warung sembako. Dua kesayanganku kini tak perlu menggarap sawah orang lain. Tak perlu bekerja berat menjadi petani.
Hatiku semakin lega. Melihat kehidupan kami yang lebih baik. Walau terselip luka di lubuk hatiku tentang kisah pilu keluarga kami.
Lima tahun lalu, adik perempuanku sakit keras. Penyakit TBC ada di dalam paru-parunya. Ekonomi kami sangat sulit. Bapak berusaha meminjam uang ke tetangga. Namun hanya beberapa saja yang bisa dipinjamkan. Masih belum cukup. Hingga Bapak memutuskan untuk meminjam uang ke juragan pemilik sawah. Bukan jalan terang yang bapak dapatkan namun hinaan untuk kami.
"Memangnya disini ladang uang, kamu bekerja pun hasilnya kurang meningkat di ladang saya. Sudah miskin sakitnya susah pula," begitulah ujar sang juragan.
Bapak pulang dengan tangan hampa. Hingga waktu menjelang malam, Adikku tak tertolong. Kami berusaha membawanya ke rumah sakit namun Allah lebih menginginkan Ia kembali.
Aku meringkuk di selasar rumah sakit. Ku peluk Ibu erat. "Seandainya dagangan telur asinku laris, Aku jadi juragan hidup kita layak, adik pasti tertolong," Aku menyesali bahwa kenyataannya Aku pedagang telur asin keliling dan belum bisa mencukupi ekonomi keluarga.
"Sudahlah, Nak. Tak ada yang bisa menyangkal dari kematian. Kehidupan kaya maupun miskin, semua menunggu kematian, bukan?"
Keputusanku bulat. Tekadku kuat. Aku merantau ke Ibu kota untuk bekerja di Kantor teman sekolahku. Aku jalani kehidupan dengan alasan kuat, keluarga. Ku rasa saat kita berada dalam kesulitan ketika keluarga adalah alasan kita berjuang, selalu ada kekuatan lebih dalam diri kita untuk menghadapinya. Aku berjuang demi keluarga.
Memori itu akan erat dalam benak ini. Aku selalu belajar memaafkan untuk setiap kehidupan yang dilalui. Mengikhlaskan untuk yang bukan milikku. Berusaha untuk membahagiakan kedua orang tuaku.
#nuliskeroyokan #GerbongAksara #GerbongAksaraDay1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar