Jumat, 07 Agustus 2015

Sekiranya kamulah kamuku


Sekiranya kamulah kamuku,

"Tak ada yang pasti, semua dalam batas usaha."

Kamu, yaa kamu... ada dalam bait doaku. Kamu menjadi satu harapan yang aku kirimkan pada-Nya. Kamu..  yaa kamu ada dalam satu mimpiku dan telah aku sematkan dalam ingatan di otakku. Kamu, kamu buatku membelangakan mataku. Bukan karena kamu begitu indah. Kamu, buatku berhenti lama kala aku melihatmu. Bukan karena keindahan yang ada pada dirimu. Kamu, buat bicaraku terhenti. Bukan karena kamu pandai mengungkapkan banyak hal. Kamu, buatku ingin terus terbelangak, ingin terus terhenti lalu ku gambarkan diriku dalam kertas putih. Di situlah aku sangat sadar, bahwa aku harus benar-benar sadar akan kenyataan ada di hadapanmu.

Kamu, bagai membawa cermin besar lalu kamu tampakan padaku. Dan aku lihat bayanganku. Tak ada yang berbeda. Aku tetaplah aku. Namun apa yang salah ketika semua hal berjalan aneh dari biasanya?
Kamu, yaa kamu walau kamu berdiri jauh disana, tetaplah aku merasa kamu telah menjadikanku sangat aneh. Berkali-kali aku lihat cermin yang besar. Aku sangat teliti melihat bayanganku sendiri.
Yaa kamu, tahukah mengapa berjalan aneh? Karena aku telah melihat sisiku dalam sisimu. Ahh... sungguh. Aku ingin tutup wajahku dalam balutan kain dan tak ingin aku tampakan lagi.

Aku lihat sisiku ada dalam dirimu. Karena itu aku sangat menyadari, aku belum sempurna. Yaa aku belum sempurna dalam iman dan taqwaku. Aku masih menjadi hamba-Nya yang penuh dengan khilaf dan berburuk sangka. Aku lihat sisimu yang mengagumkan dan mengetuk pintu hatiku.
Kamu, semakin aku sadar bahwa keanehan yang aku rasakan dalam diriku bukan karena cinta. Namun karena aku belum setaat dirimu.

Benarkah aku bisa bersamamu? Jikalau langkahku dalam kemurkaan-Nya? Bisakah kamu melangkah bersamaku jika aku masih jatuh dalam jurang dosa? Bisakah aku memimpikan kamu datang dalam hidupku menjadi pelindung diriku dalam janji suci atas nama-Nya sampai aku mati tapi jika aku masih dalam pelukan lalai dan zalim pada diri ini? Ahhh rasanya bagai memeluk air. Aku tak akan bisa.

"Syukurlah... bahkan kepastian masih saja berubah bergantung usaha,"

Aku percayaa... selama kita masih bisa menyadari, memperbaiki, dan memaafkan ketidaksempurnaan diri dalam balutan dosa maka akan ada jalan baru bagi kita. Aku sadar bahwa hasil usaha tak melulu mutlak. Makanya Tuhanku mengajarkanku untuk terus berusaha. Bahkan untuk bersamamu. Yaa kamu...

Kamu yang ada dalam bait doaku, aku yakin Tuhanku telah merajut kisah indah untukku. Aku tak melulu harus bersamamu. Karena aku tahu bahwa aku belum pantas bersamamu. Tunggulah aku... maaf jikalau kamu harus menunggu "si perubahan" ini. Karena aku ingin bisa memilikimu dalam kesempurnaan taatku pada Tuhanku. Terima kasih cermin besarnya.

"Sekiranya kamulah kamuku, maka Tuhan tak ajarkan aku bagaimana seharusnya aku taat pada-Nya. Namun sekiranya kamulah belum menjadi kamuku maka aku akan berusaha dalam ketaatan. Maaf Tuhan... aku tak ingin buat Tuhan cemburu namun Kau tetaplah cintaku. Dan Kau inginkan aku dalam bahagia bersama takdir terbaik-Mu. Ajarkan aku untuk bisa mencintai-Mu (dulu),"

#kisah ini diangkat dari seorang temanku yang jatuh cinta dalam renungan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar