Assalamu'alaikum wr.wb
Salam kenal ukhti semua. Salam bahagia dari saya yang telah diciptakan oleh-Nya sebagai salah satu khalifah di bumi. Terima kasih kepada hijab Almira yang mengizinkan saya membagikan kisah saya disini. Perkenalkan ukhti semua, nama saya Eka Nurwati. Mahasiswi di sekolah tinggi pendidikan di Jakarta. Usia saya 20 tahun. Sudah 5 tahun saya memutuskan berhijrah untuk menjadi muslimah berhijab. Tak mudah memang, namun semuanya saya paksakan. Kata "paksa" sendiri menjadi kata berkonotasi negatif bagi banyak orang. Bagaimana bisa sebuah hal yang baik dipaksakan? Apalagi berjalan dengan sedikit ikhlas. Begini ukhti sholehah kisahnya.
Ada satu kalimat yang sederhana namun besar artinya bagi saya.
"Kita bisa karena biasa. Awalnya belum bisa namun lama-lama kita biasa,"
Satu kalimat itu yang melekat dalam benak saya. 5 tahun lalu, tepat saya kelas 1 SMA di sebuah SMA negeri di Bogor. Saya masuk dengan tes yang lumayan ketat. Sebagai siswa disana wajib mengikuti beberapa ekstrakulikuler yang tersedia. Saya memilih 3 sekaligus. Pilihan saya jatuh pada Rohani Islam, Kepalangmerahan, dan tarian saman dari Aceh. Dalam menjalani hari-hari sebagai siswa SMA, tak mungkin tidak penat. Dengan jadwal mata pelajaran yang bertumpuk lalu harus ekskul setelah pulang sekolah. Banyak teman-temanku yang memilih tidak aktif dan lebih menjaga penampilan mereka. Bayangkan ketika saya harus ekskul kepalangmerahan yang di lapangan atau saya harus berkeringat ria ketika latihan tarian. Semua ku jalani dengan bahagia dan tak mau meninggalkan satu ekskul pun. Banyak teman saya yang lebih memilih tetap tampil cantik dengan balutan make up dan wewangian. Maklum masa pubertas. Saya pun sama, saya suka sekali jika rambut saya terurai dan dapat ditata rapi dan cantik ketika sekolah. Saya belum berkerudung pada saat itu. Sampai pada suatu rapat dalam ekskul Rohis yang mewajibkan peraturan baru,
"Ketika rapat semua wajib berjilbab bagi yang perempuan," keputusan bapak ketua Rohis saat itu.
Yaa mau tidak mau saya sebagai anggota baru mengikuti apa yang menjadi perintah atasan. Pernah satu waktu saya lupa berjilbab saat acara rapat Rohis namun yang saya putuskan adalah kabur dari acara rapat dan pulang. Hehe namanya juga anak SMA yang masih labil.
Berkali-kali rapat Rohis berarti tandanya saya harus bawa jilbab di tas. Lalu pakai jilbab itu untuk rapat kemudian lepas jilbab ketika pulang rapat. Berkali-kali melakukan hal yang sama yang ku rasakan hanya satu,
"Kok ribet yaa? Kayak bongkar pasang kerudung aja?" Kata hatiku.
Pernah terselip niatan yang buruk untuk keluar Rohis karena jilbab merepotkan. Ahh namun semuanya aku tepis saja. Toh pecundang saja saat hal kecil itu harus menghentikannmu. Bukan hal kecil soal jilbab namun kemauannya untuk berjilbab itu yang belum ada.
"Ninti aja ah pakai kerudungnya pas udah nikah aja," jawabku enteng.
Tapi melihat satu persatu temanku yang perempuan berhijab kok jadi getir ya hati ini? Kayak beda kasta deh kalau lagi kumpul sama teman Rohis yang lain. Kata hatiku yang mulai goyah.
Tiba di satu hari aku katakan niatku untuk berhijab kepada mama. Mama antusias dan langsung membelikan baju panjang plus kerudungnya. Namun belum bisa aku pakai. Masih belum percaya diri.
Lalu aku ceritakan niatanku pada kakak kelasku yang sama-sama di Rohis.
"Kak aku mau pake kerudung aja deh biar ga ribet pas rapat," ucapku. Hanya sampai situ niatku. Biar ga ribet.
Lalu dengan bahagianya kakak kelasku menjelaskan soal hijab,
"Subhanallah dek, kakak seneng loh kalau itu sudah jadi keputusanmu," katanya.
Aku hanya tersenyum manis. Semanis mungkin.
"Berarti hidayah sudah kamu dapatkan," lanjutnya.
"Kok hidayah kak? Kayak dosa banget ya aku?" Tanyaku.
Ia menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan energi untuk menjelaskan banyak hal padaku.
"Kamu tau lontong de? Kenapa coba lontong harus dibungkus?" Tanyanya.
"Supaya ga basi dan kotor ya kak?" Jawabku ragu.
"Kamu betul dek," katanya antusias.
Berhijab itu menjaga kita dari lingkungan luar. Maksudnya menjaga aurat kita agar tidak dinikmati banyak orang. Kalau lontong tanpa bungkus maka yang hinggap bisa saja lalat pembawa penyakit. Jika tanpa hijab maka bisa jadi banyak hal yang buruk terjadi. Misal digoda kaum adam karena keindahan tubuh, lalu hawa nafsu karena kita yang menampakan keindahan tubuh, karena yang keluar tanpa menutup maka akan dilingkari setan.
Maka semakin kuatlah niatku untuk berhijab. Walau kadang banyak godaan saat kepala terasa panas dan gerah namun ini sedang dalam proses adaptasi. Satu yang buatku merasa ingin kembali untuk lepas hijabku adalah kala aku lihat teman-teman yang lain begitu cantik dan nyamannya tanpa hijab. Rambut bisa digibaskan dan ditata sedemikian rupa. Namun itulah tantangan yang harus aku lewati.
"Kak apa aku cantik yaa pakai hijab?" Tanyaku polos.
"Kamu cantik dek, kenapa kamu masih ragu ya?" Tebak kakak kelasku.
Aku hanya tersenyum sambil menatap diriku di depan cermin.
"Bukan kamu yang sudah cantik lalu berhijab namun hijab yang mencantikan wajah dan hatimu. Setidaknya kamu telah belajar bagaimana menjaga kehormatanmu dan kamu adalah perempuan cerdas dek," katanya amat sangat yakin.
Dan sungguh aku berterima kasih pada Allah yang telah menegurku dalam kelembutan sayangnya. Yang telah menjadikanku perempuan yang sedang belajar dan dikelilingi orang-orang pembelajar. Bertahun-tahun sudah aku berhijab. Aku tetap berkarya dan berkarya. Karena hijabku adalah perisai perang hawa nafsuku. Karena hijabku menegurku agar aku jaga akhlakku agar tidak rusak. Karena hijabku juga aku menemukan banyak kesempatan dalam menjalani hidup ini. Hingga saat ini, aku telah menemukan dunia kreasiku karena hijabku. Kreasi bross dari kain-kain yang berwarna. Dan itulah yang menjadi semangatku. Aku memang belum bisa membawa banyak temanku berhijab namun aku bisa mengajaknya lewat karyaku, bross hijab.
Untuk setiap langkah dan pertemuan
Untuk setiap kisah dan perjalanan
Aku bersyukur
Bahwa Allah yang melindungiku
Dan meyakinkanku lewat pilihanku
yang telah membisikan keamanan
dalam ayat-ayatnya
Dan dalam hijab ini aku serahkan
Bahwa pertolongan Allah amatlah dekat.
Terima kasih. Salam kenal dari kota Bogor.
Daftar Riwayat penulis
Nama : Eka Nurwati
TTL : Purbalingga, 9 Feb 1995
Usia : 20 tahun
Hoby : bloger
Alamat : Desa Pasirangin RT 01 Rw 04 no 23 Cileungsi-Bogor 16820
Alamat e-mail : ekanurwati09@yahoo.com
Blog : www.sebuahkotaksurat.blogspot.com
Pekerjaan : guru
Motto hidup : Menulis mengukir sejarah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar