Kalau kita mencari alasan untuk tidak bahagia, kita akan mendapatkan alasan untuk itu
Kalau kita mencari alasan untuk bahagia, kita pun akan mendapatkan alasan untuk itu,
Apa yang kita yakini itu yang akan terjadi pada kita, seperti dalam buku setengah isi setengah kosong. Jika ada gelas yang setengah volumenya diisi dengan air, maka kemungkinan jawaban orang terhadap keadaan gelas itu adalah :
Gelas itu setengah kosong
Gelas itu setengah isi
Keadaan sama tapi, reaksi dan makna bisa berbeda. Tergantung mana yang akan kita fokusi, kosongnya atau isinya.
Allah berkata, dalam Q.S Ar-Rahman [55] :30)
“Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Semua karena perasaan nyaman kita dan ketidakpedulian pada yang lain, kita terlalu lama hidup dalam kesendirian dan menutup diri dari realita. Kita terlalu mendramatisir sejarah pribadi dan selalu ingin menjadi pusat perhatian orang lain. Sekali merasakan kesedihan, kita sibuk memposisikan diri sebagai korban ketidakadilan dunia dan orang lain. Oleh karena itulah, kita tidak akan pernah tahu alasan kenapa kita harus bahagia, kita sibuk dengan segala ornamen yang menjadikan “Ke-AKU-an” kita membesar.
Kita perlu belajar melihat ke ruang-ruang operasi di rumah sakit, bawah jembatan, panti asuhan, termasuk kuburan. Agar kita melihat bahwa di luar sana banyak saudara kita yang menjadi gelandangan di jalanan, dengan keadaan finansial, fisik, dan mental yang jauh di bawah kita (secara lahiriah).
Allah itu baik, dia selalu baik, semenjak kita kecil dia memang begitu baik dan selalu baik. Dialah Ya Rahmaan yang menitipkan mata, tangan, kaki, lisan dan yang lainnya untuk beribadah di jalannya juga untuk menjalani kehidupan. Dialah juga Ya Basir yang Maha Melihat, Dia melihat ketika kita menggunakan mata untuk melihat sesuatu yang bukan haknya, Ia melihat ketika kita gunakan tangan untuk berbuat jahil, telinga kita gunakan untuk mendengar aib saudara sendiri, bahkan lisan kita sering gunakan untuk menyakiti saudara sendiri. Tapi Allah tidak langsung mengambil amanah itu, Ia masih menitipkannya pada tiap kita, Ia masih percaya bahwa kita bisa memperbaiki kesalahan kita, bahwa kita bisa menggunakannya untuk kebaikan. Meskipun tiap hari turun kebaikan kepada kita dan bersamaan dengan itu naik pula pada-Nya kejelekan-kejelekan kelakuani. Tapi hal itu tidak membuat Dia marah dan berhenti memberi pada kita.
Semoga Dia selalu memberikan kebaikan selama kita di dunia, ketika kematian kita, dan setelah kematian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar