Selasa, 22 September 2015

Sukses Versi kita

“Aku ingin menjadi orang yang sukses.”
Begitu kira-kira kalimat yang sering didengungkan dalam benak kita setiap saat. Tentu saja setiap orang ingin menjadi sosok yang sukses. Namun, apakah kita memahami makna suskes yang sesungguhnya?
Selama ini, kebanyakan orang memandang bahwa kesuksesan hidup diukur dengan harta, jabatan, kedudukan, atau penghargaan yang bersifat materialisme. Mereka yang dianggap sukses adalah orang kaya, pejabat, punya banyak perusahaan, atau menjadi orang terkenal. Meski citra sukses yang tercipta di lingkungan kita demikian, ternyata setiap orang dapat sukses sesuai dengan definisinya masing-masing. Tanpa harta berlimpah dan jabatan tinggi, kita masih bisa merasa sukses dengan mudah.
Kesuksesan datang dengan bentuk yang bervariasi dan bersifat subjektif.
Berikut hal-hal menarik tentang arti sebuah kesuksesan:

1. Jatuh bukan berarti gagal meraih kesuksesan.

Setiap orang pasti pernah merasakan gagal dalam melakukan sesuatu. Tapi ingat, melakukan kesalahan bukan berarti kita tak akan pernah mencapai sukses. Jadikan kesalahan tersebut sebagai pembelajaran mencapai kesuksesan. Banyak orang meraih kesuksesannya karena belajar dari pengalaman gagalnya dan terus mendorong diri untuk maju. Ketika kita gagal dalam mencapai suatu hal, bukan berarti kita tidak sukses.
Bisa jadi kita akan meraih sebuah kesuksesan yang lebih baik dari hal yang dinginkan itu.
Kegagalan jangan pernah dijadikan alasan untuk menyerah, tetapi jadikan itu sebagai pamacu untuk selalu berusaha mencapai kesuksesan.

2. Sukses tergantung pada diri sendiri.

Pengertian, perilaku, dan hikmah kerja keras via http://www.bantubelajar.com/2014/
Tak akan ada orang yang bisa membuat kita sukses, bahkan saat kita memiliki orang kaya dan terkenal. Meski kita mendapatkan gaji besar dengan pekerjaan dan kedudukan yang hebat, belum tentu kita merasa sukses. Hanya diri kita sendiri yang dapat menentukan arti kesuksesan pribadi dengan bekerja keras untuk mencapainya. Kita harus selalu berusaha melalui berbagai proses demi kepuasan dan kesuksesan versi kita.
Dan tentunya do’a sudah pasti jadi bagian terpenting dari sebuah usaha.
Segala hal yang kita raih selalu sebanding dengan usaha yang kita lakukan.

3. Sukses bukan sekedar apa yang kita capai.

5 Cara Yang Dilakukan Orang Sukses Untuk Menggapai Mimpi via http://segiempat.com/tips-dan-cara/umum/pengembangan-diri/
Banyak orang menilai kesuksesan pada hasil akhirnya saja, padahal sukses bukan sekedar apa yang kita capai,tapi sukses adalah sebuah proses kita mencapai tujuan. Ketika kita kuliah, apakah kesuksesan diukur ketika kita sudah sarjana? Ketika sudah sarjana tetapi tidak mendapatkan apa-apa selama kuliah, maka itu masih belum disebut sebagai sukses. Karena sukses adalah bagaimana proses mendapatkan tujuan yang Anda capai.
Bagaimana melalui proses tersebut, entah bagaimana hasil nantinya gagal atau sukses.

4. \Sukses adalah bagaimana kita bisa berbagi.

Banyak orang berhasil tetapi tidak mau berbagi. Tidak usah muluk-muluk mencari orang-orang yang sudah sukses tetapi tidak mau berbagi, orang disekitar kita sangat banyak yang tidak mau berbagi bukan? Berbagi adalah hal yang sangat penting, disetiap agama di dunia juga diajarkan berbagi, bahkan orang yang tidak beragama pun tahu kalau berbagi itu baik. Anda tidak akan merasa kekurangan jika Anda berbagi.
Dengan berbagi, maka kita bermental kaya.

5. Kesuksesan adalah hal yang subjektif.

Kebanyakan orang sangat terobsesi dengan makna kesuksesan berdasarkan persepsi orang lain. Pada akhirnya, kita tidak memiliki tujuan atau target sendiri yang menggambarkan kesuksesan pribadi. Satu hal perlu kita pahami bahwa setiap manusia memiliki kehidupan berbeda. Masing-masing menjalani proses kehidupan yang tidak sama. Mereka juga membawa bakat, sifat, karakter, serta ketrampilan berbeda.
Banyak hal yang berpengaruh terhadap perkembangan hidup manusia. Maka dari itu, kesuksesan merupakan hal yang sangat subjektif. Definisi kesuksesan dapat berbeda antara satu orang dengan yang lain. Memiliki makna kesuksesan sendiri tak salah, itu hanya berarti kita miliki tujuan dan mimpi yang berbeda dengan orang lain. Kita dapat mendefinisikan arti sukses dengan cara kita sendiri.
Jangan pernah mencoba hidup dengan versi sukses orang lain. Kita tak akan pernah bahagia dan puas hanya dengan mengandalkan definisi sukses orang lain.

Bu, ayo kita bahagia

Aku hanya punya satu tempat pulang, pundak Mama.

Seperempat sudah aku hidup. Aku masih anak kecil yang biasa kau kempit di dalam peluk hangat itu. Saat itu siangnya panas sekali, aku pergi. Dengan lantangnya di depan mu, aku bilang pasti ada satu yang bisa aku takhlukkan di dunia ini--sampai sekarang hal apa itu, aku masih belum tahu.
Yang aku tahu, bahwa aku masih tidak bisa mengalahkan diriku sendiri. Egoisku masih setinggi gunung, amarahku seperti danau toba yang tidak pernah kering, tapi mimpiku, ketika sadar hidup itu keras, mimpi itu hanyut di bawa hujan semalam.
Kadang, hidup sederhana seperti milikmu begitu memikatku, pagi menanak nasi untuk anak-anak mu, siang engkau mengajak kami tidur menggalau mimpi kecil, dan tiap malam, engkau mengalahkan rimba yang hampir menelan rumah kecil keluarga kita. Sebuah kisah walaupun seukuran album foto kecil, tapi itu lebih mahal, bahkan gajiku seumur hidup masih belum mampu membelinya.
Tiap tahun, pas tanggal merah, aku berdesak-desak dengan orang-orang yang sama sepertiku--merindukan ibunya pulang kampung. Sedikit berat membawa oleh-oleh dari perantauan--berharap engkau akan bangga.
Tapi, saat aku salim mencium tanganmu yang kokoh, aku menemukan kekosongan yang selama ini lama aku tinggalkan. Membiarkan mu hanya seorang diri mengurus benteng tua kita, sebuahb kamar yang hanya engkau pandang setiap jelang malam.
Engkau bilang, bukan buah tangan ini yang membuat dia bangga. Tapi, atas aku-putri kecilnya yang sudah bisa duduk dan tahu jalan pulang--menuju tempat duduknya sekarang. Tidak ada anak yang akan tersesat ketika ingin pulang pada Mamanya.
Buk, ayo kita hidup bahagia!

aku ya aku

Terkadang kita lupa siapa diri kita sebenarnya hanya untuk menjadi perhatian di antara orang lain. Membungkus diri dalam sebuah kotak kecil yang kita buat sendiri.

1. Hello , it's me !

Pernahkah untuk sekali saja, saat kita terbangun lalu mengucapkan salam kepada diri kita sendiri?  Ya terkadang kita menjadi orang lain untuk bisa membuat keberadaan kita dilihat oleh orang lain tapi , apakah itu baik? Tentu saja tidak!
Tuhan telah memberikan kita karunia untuk menjadi diri kita sendiri, kita tidak butuh topeng agar orang lain bisa melihatmu , walaupun atas segala kekurangan mu yang membuat mu mengacuhkan dirimu sendiri, Kamu adalah Kamu dan Mereka adalah Mereka

2. Who are you?

Memang terkadang saat kita melihat orang yang lebih WAH dari diri kita , membuat kita merasa malu dan mengasingkan diri , tapi tahukah kamu ? orang yang kamu lihat lebih WAH dari dirimu adalah Orang yang mungkin juga sedang memakai topeng untuk memunculkan keberadaannya di antara orang lain ?
Jadi , Percayalah pada dirimu sendiri !

3. Yeah, that's me !

Saat kita sudah mengenal dan mengakui diri kita sendiri , kita akan tahu betapa hebat dan berbedanya kita dari orang lain , kamu adalah kamu , jadilah diri kita sendiri dan jangan membohongi dirimu demi orang lain , jangan membuat persepsi kamu lah yang membutuhkan mereka tapi mereka yang membutuhkan mu.
Karena semua orang yang terlahir adalah orang - orang terpilih yang akan memimpin dirinya sendiri dan bahkan orang lain !


4. Let's Go !

So, tunggu apalagi ? kita hanya hidup satu kali jadi lepaskan topeng mu kemudian berlari lah dengan dirimu sendiri :)

" Just be yourself and then you will really Shine ! "  - alane ayat

5. Pretending to be someone?

Bukan kata menyerah

Hidup memang tidak mudah, tapi jangan menyerah…
Ya, membaca kalimat di atas mungkin lebih gampang. Tapi, apa kita benar-benar sanggup menerapkannya dalam kehidupan? Ketika menghadapi masalah, nyatanya kita lebih sering mengeluh dan putus asa. Bahkan yang lebih mengerikan, tidak sedikit orang yang akhirnya memilih mengakhiri hidup atau bunuh diri.
Di peringkat kasus bunuh diri seluruh dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-9, sama dengan Jepang. Angka bunuh diri diperkirakan mencapai 50 ribu orang dari 220 juta total penduduk Indonesia. Alasan utamanya diperkirakan karena faktor sosial dan ekonomi.
Artikel ini tentu tidak mau menghakimi mereka yang memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri. Kita tidak mengerti keperihan emosional yang mereka hadapi, dan yang pasti kita tidak sepantasnya menghakimi apa yang tidak kita mengerti.
Namun, bunuh diri adalah “solusi” permanen dari masalah yang sifatnya sementara. Ketika kita terjerembab di jurang yang paling dalam, percayalah, masih banyak yang bisa kita lakukan selain menyerah dan berhenti.

Tak sepatutnya memaksakan hidupmu berhenti. Bukankah kesempatan hidup di dunia juga hanya datang sekali?

hiduo itu sekali dan satu-satunya
hidup hanya sekali via www.lynnegolodner.com
Ada beberapa agama dan keyakinan yang menjelaskan tentang kehidupan setelah kematian atau kehidupan kedua. Kita bisa saja berpikir akan memperbaiki hidup setelah reinkarnasi atau mungkin ketika di akhirat nanti. Tapi bayangkan kalau ternyata hidup memang hanya sekali dan inilah kesempatan kita, satu-satunya. Apa kita rela menjalani hidup dalam kesedihan, amarah, bahkan mengakhirinya dengan paksa?
Sesuatu otomatis menjadi berharga ketika kita tak akan punya kesempatan kedua untuk mengulanginya. Ketika kita sudah diberi rezeki untuk hidup kali ini, rengkuhlah kesempatan itu agar tak menjadi sia-sia.


Kesulitan selalu datang sepaket dengan pelajaran. Toh, Tuhan tak akan memberi ujian yang di luar kemampuan.

setiap masalah pasti ada jalan keluar
setiap masalah pasti ada jalan keluar via flickr.com
Setiap masalah akan datang dengan solusi dan setiap pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Dulu, nanti, dan seterusnya akan tetap seperti itu. Ketika jawaban atau jalan keluar dari masalah itu tak kunjung datang, kita hanya harus menunggu, berdoa, dan berusaha. Yakinlah kalau waktu bisa membantu kita menjawab semuanya.
Masalah datang untuk membuat kita merasa kalah atau menyerah. Tapi, apa kita mau terjebak disana? Merelakan hidup untuk dikalahkan masalah? Pikirkan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Bukankah kita masih dianugerahi sebagian besar hal yang kita butuhkan untuk terus bertahan hidup?


Mengejar mimpi dan cita-cita pasti butuh perjuangan. Sebelum sampai tujuan, jangan biarkan langkahmu terhenti di tengah jalan!

di jalan menuju sukses, jangan menyerah
di jalan menuju sukses, jangan menyerah via www.abekleinfeld.com
Masing-masing dari kita pasti punya cita-cita yang ingin diraih. Ketika kita sudah berada di jalan menuju ke sana, maka teruslah berjalan dan jangan berhenti sebelum sampai.
Sepanjang perjalanan menuju sukses, mungkin kita akan melakukan kesalahan atau bertemu hambatan, pikirkan kalau hal itu memang pantas kita terima. Kita tidak akan berhasil tanpa membuat kesalahan, karena kesalahan itu yang membuat kita belajar. Mari menjadi pintar dan belajar dari kesalahan. Tegakkan kepala dan katakan kalau kita tidak bisa gagal.


Bantuan akan datang ketika kamu memintanya. Kalahkan ketakutanmu dengan kekuatan doa.

kamu lebih kuat dengan berdoa
kamu lebih kuat dengan berdoa via simplyorthodox.tumblr.com
Ketika sedang sendirian menghadapi masalah mungkin mengakhiri hidup adalah satu-satunya yang terdengar menarik. Tapi, menemukan seseorang yang bisa membantu kesulitan kita itu sangat mungkin.
Belum bukan berarti tidak ada. Kita bisa mencari di tempat-tempat yang bahkan tidak pernah kita pikirkan. Kejutan bisa datang dari orang-orang di sekitar, kita hanya perlu mengenal mereka dan meminta bantuan. Yang pasti, segala ketakutan akan kesulitan yang datang bisa dikalahkan dengan kekuatan doa.


Hidup ini harus punya arti. Sudah jadi kodrat manusia untuk diuji dan berjuang tanpa kenal berhenti.

hidup itu harus berarti
hidup harus punya arti via loopholesonlife.com
Mungkin ini terdengar klise, tapi bagaimana kita bisa memaknai hidup jika tidak pernah memperjuangkannya. Bayangkan ketika hidup tanpa masalah dan kita tidak harus memperjuangkan apa-apa. Yakin, kita tidak akan merasa bosan karenanya?
Manusia diciptakan untuk selalu merasa tertantang karena itu yang akan membuat mereka merasakan hidup. Suatu hari akan ada saat dimana kita bisa menengok ke belakang dengan tersenyum. Ketika dulu kita melewati berbagai masalah dan ternyata masih bisa hidup dan bernafas sampai saat ini, maka kita akan merasa bangga. Kita jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan.


Sadari bahwa dirimu itu berharga. Jika menyerah sekarang, kamu tak akan bisa menutup mata dengan bahagia.

hidupmu berharga
hidupmu berharga via dylandsara.com
Tujuan hidup itu bukan ada di suatu tempat, tapi di dalam diri kita sendiri. Perlu waktu untuk berpikir dan merenungkan apa yang sebenarnya penting dalam hidup ini.
Yang pasti, hidup adalah soal bagaimana berubah dan bergerak dinamis, apa yang akan kita ubah dan bagaimana kita akan berubah. Hal itulah yang nantinya bisa menjelaskan tentang hidup kita dan orang seperti apakah kita.
Jadi, mau hidup susah atau bahagia, pilihan ada di tangan kita sendiri. Jangan pernah menyalahkan orang lain kalau kita gagal, apalagi menyerah dan memilih mengakhiri hidup. Kita punya hak berjuang untuk hidup dan kebahagiaan kita sendiri.

hidupku di jalur yang tepat

Di usia 20-an, waktu berjalan begitu cepat. Perubahan datang tanpa diundang, menyisakan keheranan tentang betapa bisa berbedanya hidup kita sekarang dan 3 atau 6 bulan ke depan. Kenyataan ini tak jarang membuat kita gamang. Cemas dengan apa yang akan terjadi pada kita di masa depan. Khawatir apakah hal yang kita tekuni sekarang benar-benar baik untuk hidup ini, apakah sudah benar arah kita dalam menginjakkan kaki. Tak jarang kita mulai meragukan kemampuan diri sendiri dan justru menyimpan iri pada pencapaian kawan sendiri.
Namun, mulai sekarang tak perlu ragu lagi. Jika kamu sudah merasakan 8 tanda ini, maka percayai saja bahwa kamu sudah mulai berjalan ke arah yang benar.

1. Kamu tahu kamu ada di jalur yang benar saat sudah tak terlalu mencemaskan masa depan. Karena dengan hati yang tenang, kamu bisa fokus berjuang untuk sekarang.

tanda hidupmu sudah berjalan ke arah yang benar
tanda kamu bisa sukses via www.bonecadeplatina.com
Sebenarnya kendali masa depan itu ada di tangan kita sendiri. Jika ingin di masa depan kita mampu mencicipi kesuksesan, maka tentu saja mulai dari sekarang kita harus bersedia urun tenaga dan bekerja lebih keras dari biasanya. Tanda hidupmu sudah berjalan di relnya adalah ketika kamu berhenti merisaukan masa depan dan justru berjuang sekuat tenaga untuk hidupmu yang sekarang. Dengan mengadopsi sikap seperti ini, percayalah hidupmu di masa depan akan baik-baik saja.


2. Kamu sudah tak lagi cemburu pada keberhasilan kawan, berhubung setiap orang sudah memiliki rute sendiri untuk meraih kesuksesan.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.huffingtonpost.com
Orang yang berhasil adalah orang yang selalu berlapang dada. Entah itu berlapang dada menghadapi kegagalan atau ketika kawan seperjuangan sedang meraih kesuksesan. Alih-alih menyimpan iri, kamu juga turut senang dan berbangga atas pencapaian kawan. Kamu meyakini benar bahwa setiap orang sudah memiliki rute sendiri untuk meraih kesuksesan. Sikap lapang dada, tulus, serta mau menerima ini jugalah yang nantinya bisa mengantarmu ke puncak tertinggi kesuksesan.


3. Kamu tahu cara menghargai diri sendiri. Tak tergantung pada sikap atau persetujuan orang lain untuk mulai mencintai diri

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via wallippo.com
Sikap menghargai diri sendiri adalah sikap yang dimiliki oleh mereka yang memang sudah berjalan di jalur yang benar. Kamu percaya bahwa dirimu sendirilah yang bisa membawamu ke puncak kesuksesan. Sehingga tak ada lagi alasan untuk tak mencintai diri sendiri apapun kondisi yang sekarang sedang dilalui.


4. Kamu berani dengan tegas bilang ‘tidak’ dan tak melulu mengiyakan apa kata teman.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.hgabmag.com
Berhasil atau gagalnya hidupmu ke depan, semuanya tergantung pada dirimu. Ciri orang yang sudah mampu memimpin hidup sendiri di jalan yang benar adalah dia mantap dalam setiap pengambilan keputusan. Bahkan, dia berani dengan tegas bilang ‘tidak’ dan tak melulu mengiyakan apa kata teman. Orang seperti inilah yang tak gampang ikut arus dan mampu berdiri sendiri.


5. Versi terbaik dari dirimu selalu ditampilkan tiap hari. Ada urgensi pasti untuk belajar dan menempa diri menjadi lebih baik lagi.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via belimitless.com
Orang yang ingin mengecap kesuksesan di masa depan adalah mereka yang selalu ingin belajar dan haus akan ilmu baru. Maka dari itu, tanda utama dari orang macam ini adalah dia yang selalu mau mencoba hal baru dan selalu maksimal dalam melakukan segala sesuatu. Tanpa disadari sikap ini merupakan cara paling sederhana untuk menempa diri menjadi karakter yang lebih baik lagi.


6. Ada seseorang yang kamu percaya, entah untuk mendampingi, mengajarkan, atau sebagai teman bercerita.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.amp.co.nz
Kamu memang menghargai serta percaya pada kemampuan diri sendiri. Namun hal ini tak mencegahmu untuk menginginkan seorang mentor yang bisa mendampingi. Percaya pada kemampuan diri sendiri juga tak lantas membuatmu cepat puas pada keadaan. Hal inilah yang membuatmu membutuhkan seseorang yang mendampingi, sehingga makin banyak lagi ilmu yang terserap dan wawasan yang datang tiap harinya.


7. Bukan berarti hidupmu bebas dari masalah. Sesekali kamu menangis dan mengutuk dunia, tapi percaya ini pasti ada akhirnya

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via thuvien.kyna.vn
Orang yang sudah berjalan sesuai relnya tak berarti akan terhindar dari masalah. Masalah tentu saja sudah diakrabi. Kamu memang sesekali terpuruk, namun kamu meyakini bahwa masalah yang dihadapi akan berakhir dan ada solusi pasti untuk ke depannya. Jika hal ini yang kamu rasakan, maka seberat apapun masalah yang diterima maka bisa dipastikan kamu sanggup melaluinya.


8. Di akhir hari selalu ada hal yang bisa kamu syukuri. Kamu bersyukur terhadap apapun yang telah Tuhan beri.

tanda kamu bisa sukses
tanda kamu bisa sukses via www.myanmarlatestnews.com
Di akhir hari kamu tak pernah berhenti mensyukuri hidupmu. Ya, bersyukur merupakan kunci sukses untuk menikmati hidupmu sekarang ini. Bahkan, dengan terbiasa mensyukuri keadaan, kamu mampu merasa bahagia apapun yang dunia tawarkan. Toh, segala kesulitan yang sudah kamu lalui berjasa dalam pembentukan karaktermu yang sekarang ini.

Jadi, apakah menurutmu sekarang ini kamu sudah mampu menentukan arah hidup sendiri?

10 Prinsip hidup

Apakah prinsip hidup yang kamu punyai saat ini? Apa prinsip hidup itu sudah cukup memandumu dalam saat-saat yang paling sulit? Atau kamu masih berusaha menemukan prinsip hidup yang paling tepat untukmu sendiri?
Nah, kali ini Hipwee mencoba merangkum tulisan Ralph Waldo Emerson, pengarang dan filsuf Amerika. Esai ini berjudul Self-Reliance, dan di negeri asalnya sana kerap dijadikan bacaan wajib bagi remaja SMA dan anak kuliah. Dari sini kita bisa belajar banyak soal prinsip hidup, utamanya yang percaya pada kekuatan diri sendiri. Prinsip-prinsip apa sajakah itu?

1. Seberapa besar kebahagiaan yang kamu rasai akan tergantung pada seberapa besar cintamu pada diri sendiri.

mulai dengan mencintai diri sendiri
mulai dengan mencintai diri sendiri via c1.staticflickr.com
Banyak orang sedang mencari kebahagiaan mereka. Tak hanya itu, masih banyak yang juga sibuk menemukan apa definisi bahagia buat diri mereka sendiri. Apa bahagia itu berarti punya banyak uang? Ketemu sama pasangan hidup yang dianggap tepat? Atau, bisa traveling keliling dunia?
Well, definisi bahagia setiap orang itu beda-beda. Yang pasti, kebahagiaan bisa diraih ketika kita sudah bisa mencintai diri kita sendiri, apa adanya.

2. Bagi manusia, intuisi adalah amunisi ketika hidup sedang di luar kendali.

dengarkan kata hati
dengarkan kata hati via 37.media.tumblr.com
Kadang, apa yang kita lakukan atau keputusan yang kita masih banyak terpengaruh omongan orang lain. Padahal, setiap manusia yang lahir ke dunia ini dibekali dengan intuisi yang bisa jadi pegangan dan tuntunan hidupnya.
Percayalah bahwa hal yang baik menurut hati kecil kita akan membawa kebaikan bagi banyak orang.

3. Sampaikanlah apa yang menurutmu benar, meski hal itu tak sesuai dengan pendapat kebanyakan orang.

berani bicara
berani bicara via c1.staticflickr.com
Orang-orang hebat seperti Plato, Nabi Musa, dan John Milton bisa sukses karena mereka tak membiarkan diri terintimidasi oleh cara pikir tradisional. Mereka berani menyampaikan apa yang mereka pikirkan, sekalipun itu nggak sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya.

4. Semakin kamu merasa tak sempurna, semakin kamu harus menempa kepercayaan diri yang kamu punya.

kuncinya, percaya diri!
kuncinya, percaya diri! via 3.bp.blogspot.com
Kepercayaan diri rendah itu bukan masalah mereka yang pemalu aja, lho! Orang-orang genius bahkan punya masalah sama yang satu ini. Malah, orang yang genius biasanya bisa lebih dulu menyadari kalau apa yang akan mereka ungkapkan itu akan sulit diterima orang lain pada umumnya.
Nah, hal ini yang kadang bikin seseorang akhirnya berhenti dan mengurungkan niat buat speak up! Padahal seperti yang dijabarkan, kuncinya adalah percaya pada diri kita sendiri.

5. Iri bukanlah rasa yang manusiawi. Tanpa perlu merasakannya, nikmatilah jalan hidupmu sendiri.

jangan punya rasa iri
jangan punya rasa iri via www.walthampton.com
Siapa bilang sifat iri itu manusiawi? Anggapan ini yang kadang bikin kita maklum, kalau punya rasa iri ke orang lain itu nggak apa-apa. Apalagi, ditambah embel-embel ‘nggak apa-apa iri, asal positif’.
Menurut Emerson, prinsip ini justru salah. Jalani hidupmu sendiri, nggak usah peduli sama ‘rumput tetangga yang selalu lebih hijau’.

6. Setiap manusia lahir dengan keunikannya sendiri. Meniru orang lain sama halnya seperti bunuh diri.

meniru orang lain = bunuh diri
meniru orang lain = bunuh diri via cdn29.elitedaily.com
Yup, serem nggak tuh? Setiap manusia itu terlahir unik dan beda. Jadi, ketika kita masih punya niat meniru orang lain itu sama aja kayak bunuh diri. Apapun karyamu, usahakan kalau itu otentik dan nggak meniru siapa-siapa. Pilih mana, punya karya bagus tapi nyontek atau jelek tapi dari hasil kerja keras kita sendiri?

7. Salah satu tanda bahwa kamu pintar adalah ketika kamu tak merasa lebih pintar dari orang lain.

jangan merasa pintar
jangan merasa pintar via static.wix.com
Ya ampun, hari gini masih ada yang MERASA pintar atau bahkan merasa lebih pintar dari orang lain? Kita mungkin benar-benar pintar ketika orang lain yang menilai dan bukan diri kita sendiri. Ingat, di atas langit masih ada langit, dan akan seperti itu seterusnya.

8. Pergi traveling atau menjelajah belahan bumi lain bisa bikin hidupmu lebih baik, atau malah sebaliknya.

traveling, baik atau buruk?
traveling, baik atau buruk? via moon.com
Percaya kalau pergi traveling itu bisa bikin kita bahagia? Jawabannya, mungkin iya, namun mungkin saja tidak! Kebahagiaan bukan soal tempat, intinya ada di dalam diri kita sendiri. Kita bisa memilih, pergi ke Bali dan bersenang-senang di sana atau pergi ke Bali dan menghabiskan waktu di sana buat mengingat kesedihan di masa lalu.
Yang paling menarik adalah ketika kita diam di rumah tapi pikiran kita bisa traveling ke tempat-tempat yang kita inginkan dengan bahagia.

9. Yang paling buruk bukanlah mencoba lalu gagal, namun ketika kamu tak tahu kemampuanmu karena takut menjajal.

bisa karena mencoba
bisa karena mencoba via d2tq98mqfjyz2l.cloudfront.net
Kita mungkin termasuk orang yang suka berteori tapi prakteknya nol besar. Nggak jarang, kita justru menghabiskan waktu buat berpikir, tapi nggak sedikitpun melangkah. Ketika punya keinginan membuat sesuatu, jangan banyak mikir tapi segera lakukan.
Kalau kemudian bisa berhasil, itu bagus. Tapi, kalau ternyata gagal, setidaknya kita pernah mencoba.

10. Berhenti mengeluh saat orang lain tak memahamimu. Toh, tokoh-tokoh besar di dunia ini pun mengalami hal itu.

'kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?'
‘kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?’ via yy2.staticflickr.com
Stop bilang “Kenapa sih nggak ada yang ngertiin aku?” mulai sekarang ya, guys! Kenapa? Karena Socrates, Pythagoras, Copernicus, Galileo, sampai Isaac Newton itu orang-orang yang dulunya nggak pernah bisa dimengerti lingkungan dan masyarakat sekitar mereka.
Setiap orang itu punya pola pikir unik. Ketika nggak ada orang yang bisa mengerti kamu, berarti kamu keren!
Well, percaya pada diri sendiri itu adalah prinsip hidup. Nasib baik itu memang benar-benar ada, tapi bukan sengaja disiapkan untukmu, lalu kamu tinggal ambil. Kebaikan dan keberuntungan akan datang ketika kamu sudah berjuang keras mendapatkannya.
Dengan kata lain, kamu akan bisa melewati betapa sulitnya hidup jika kamu mempertahankan prinsip-prinsip yang datang dari hati dan pemikiranmu sendiri. :)

Tuhan hanya ingin aku bersabar

Belakangan rasanya mudah sekali menyalahkan tangan semesta atas semua yang terjadi. Pekerjaan yang makin jahanam dari hari ke hari, urusan hati yang belum juga selesai sampai hari ini, juga soal impian membahagiakan orangtua yang ternyata membutuhkan peluh dan presisi tingkat tinggi.
Saat otak sedang penuh-penuhnya, mudah saja untuk bertanya:
Tuhan di mana? Apakah Dia tidak tahu kita kalang kabut di sini dan memilih menutup mata?
Premis sederhana ini memang terdengar klasik sekali. Tapi jika mau percaya dan mengamini, hidup akan jauh lebih ringan dijalani.
Tuhan selalu ada. Dia bersama kita. Kadang Dia cuma mau kita bersabar saja.


Tidak langsung diberi saja kita masih malas-malasan mengabdi. Sebenarnya Tuhan memberi waktu tunggu agar kita meresapi

Sebenarnya Tuhan memberi waktu agar meresapi
Sebenarnya Tuhan memberi waktu agar meresapi via katmervynphotography.com
Kalau mau, bisa saja Ia langsung mewujudkan semua yang kita minta. Toh tidak ada yang sulit bagiNya. Proses skripsi yang panjang dan berliku bisa di skip dan dimudahkan saat itu. Perjalanan mencari jodoh yang membuat kita lelah dan tergopoh bisa ia jadikan manis seperti saat kita menjajal renyahnya salak pondoh.
Tapi mari kita berkaca saja. Sebagai Hamba, bukankah ada sifat brengsek yang kita punya? Tidak langsung dikabulkan permohonannya saja kadang kita malas mendatangiNya saban hari. Menjumpainya 5 kali dalam sehari, bahkan memujanya di akhir minggu kadang berat dijalani. Yeah, manusia memang dibekali dengan rasa mampu dan kurang tahu diri.
Jika mau melongok sedikit dalam lagi, waktu tunggu antara doa dan pengabulan sebenarnya jadi momen terbaik untuk meresapi. Di masa kita khusyuk tunduk, kita mengerti bahwa Ia selalu balas memeluk. Saat malam dihabiskan dengan doa-doa panjang, kita sadar bahwa ke manapun pergi; senakal apapun kita Dia hanya mau kita pulang.


Saat kita datang melangkah, Ia selalu menghampiri dengan berlari. Tak sedetik pun Ia biarkan kita seperti anak ayam yang kehilangan navigasi

Ia tak akan membiarkan kita seperti anak ayam kehilangan navigasi
Ia tak akan membiarkan kita seperti anak ayam kehilangan navigasi via katmervynphotography.com
Jika Ibu saja selalu punya naluri, bukankah tak mungkin Ibu dari semesta memandang kita yang kebingungan tanpa hati? Walau kadang tak melulu mengabulkan doa yang sudah dipanjatkan tanpa henti, tapi picing matanya tak pernah pergi. Ia seperti sahabat baik yang tumbuh bersama dan selalu di sisi.
KehadiranNya memang tak selalu terasa. Atau memang kita saja yang kurang peka sebagai manusia. Namun jika mau bersahabat dengan damai dan senyap sedikit saja — kita akan tahu ia ada.
Ia kerap menjelma dalam nasihat kedua orangtuamu. KeinginanNya kadang dititipkan pada cecaran dosen pembimbing skripsi dalam lembar revisimu. PetunjukNya jadi backsound tak terdegar di belakang obrolan ringan bersama kawan-kawanmu. Menunggu hatimu cukup peka menjemputnya di situ.
Ia tak selalu kelihatan di sisi. Namun ia tak pernah membiarkan kita berteriak ‘Mayday’ karena kehilangan navigasi.


Ia mendengar. HatiNya bergetar. Namun Ia hanya ingin kita bersabar

...ia hanya ingin kita bersabar
…ia hanya ingin kita bersabar via katmervynphotography.com
Tak terbayang rasanya jadi Dia. Tiap waktu mendengar permohonan, kemudian mengkotak-kotakkannya dalam:
  • Diwujudkan
  • Ditangguhkan
  • Diganti yang lebih sepadan
HatiNya tentu tak nyaman menolak keinginan. Bukankah cintaNya tak perlu lagi dipertanyakan? Apakah enak menolak permintaan sederhana dari mereka yang kebaikannya selalu diutamakan?
Setiap permohonan tersampaikan, percayalah jika hatiNya bergetar. TelingaNya mendekat — tak ada ucap yang tidak tersambar.
Jika bijak tentulah ia sudah memencet tombol approve untuk semua permintaan. Namun dia lebih mengerti, bahwa kita-kita ini butuh jeda agar menghargai hal yang diwujudkan. Ia ingin kita bermesra, sering-sering mengunjungiNya meski dengan pretensi di baliknya. Baginya tak apa tarik ulur sedikit, pakai umpan dan pancing agar terasa seru sedikit. Yang jelas kesabaran ini akan berbuah manis, tanpa sakit.

untuk malaikat yang paling gagah

Papa: Dek, ini hape-nya papa kenapa ya kok nggak bisa buat buka facebook?
Kamu: Ini passwordnya apa emang?
Papa: Duh, apa ya?
Kamu: Yach… Papa gimana sih… Ya udah deh nggak usah facebook-an, lagian buat apa juga sih?!
Papa: Papa kan mau ngecek grup angkatan SMA-nya Papa, Dek…
Kamu: Udah SMS aja temennya, daripada repot-repot!
Pernah nggak sih kamu merasa kesal dengan ayah yang nanya-nanya terus padahal kamu sudah menjelaskannya berkali-kali? Semakin kamu tumbuh besar, kamu menjadi semakin kuat. Sementara, ayahmu tampak semakin lelah. Ayah yang dulu kamu kenal sebagai pria terkuat, kini mengingat saja sulit. Kadang kamu lupa bahwa ayahmu sudah tua dan kamu kesal dengan segala tentangnya yang mulai melambat.

Kamu kesal dengan pertanyaan-pertanyaannya yang terus berulang meski kamu telah menjawabnya. Kamu tak pernah sadar, bahwa ketika kamu kecil kamu kerap melakukan hal serupa.

Video singkat ini akan membuatmu sadar bahwa kamu sering lupa dengan hal-hal sederhana yang telah dihadirkan oleh ayahmu. Dalam video berdurasi dua menit lebih lima puluh tujuh detik ini, diceritakan seorang ayah yang sudah berumur sedang duduk di taman bersama seorang anak laki-lakinya yang telah beranjak dewasa. Ayah tersebut mendengar suara dari semak-semak dan bertanya pada anaknya,
“Apa itu nak?”
dan anaknya menjawab,
“Burung gereja…”
Sang ayah terus bertanya dengan pertanyaan yang sama. Si Anak menjawab berkali-kali dengan nada yang makin lama makin tinggi. Sampai pada akhirnya, si anak geram dan berteriak. Mengetahui anaknya marah, si ayah lalu pergi masuk ke dalam rumah. Tak lama, sang ayah datang dengan membawa sebuah buku harian. Sang ayah meminta si anak untuk membacanya keras-keras.
“Hari ini anak bungsuku yang baru saja berumur tiga tahun sedang duduk di taman bersamaku, manakala seekor burung gereja datang dan hinggap di depan kita berdua. Anakku bertanya 21 kali, papa itu apa? Aku pun senantiasa menjawab 21 kali, bahwa itu adalah seekor burung gereja. Saya peluk dia setiap kali dia menanyakan hal yang sama berulang kali tanpa marah sedikit pun, aku berikan kasih sayang padanya…”

Masih terlalu muda untukmu menyadari peran-peran sederhana ayahmu dulu, foto ini bisa mengingatkanmu.

Selalu menjaga tanpa pernah peduli dengannya
Selalu menjaga tanpa pernah peduli dengan dirinya via mashable.com
Sebuah foto yang menyentuh menggegerkan dunia maya. Foto tersebut menggambarkan seorang lelaki dewasa dengan pakaian kantoran yang tengah basah kuyup sedang memayungi seorang anak laki-laki. ‘Dad’ begitulah judul foto yang mendapat banyak komentar di dunia maya. Entah siapa lelaki dan seorang anak tersebut yang jelas foto itu seolah mengingatkan bahwa orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tak peduli seberapa beratnya, seorang ayah selalu berusaha untuk melindungi anaknya. Sayangnya, sewaktu ayahmu berkorban, kamu belum paham karena masih terlalu kecil atau beliau memang tak mau menunjukkan pengorbanannya kepadamu. Sehingga yang terjadi, ketika kamu beranjak dewasa kamu lupa bahwa kamu pernah menjadi mahkluk lemah, ringkih, tak berdaya dan ayahmu selalu menjadi pelindungmu.

Jangan pernah sebal jika kini ayahmu sering rewel memintamu ini itu, ketika kecil dulu kamu lebih resek dari pada itu.

Pahami saat kini ayah mulai lanjut usia
Pahami saat kini ayah mulai lanjut usia via www.teenlife.com
Masih ingat kah kamu ketika kecil, kamu sering merengek meminta diajak jalan-jalan padahal ayahmu baru saja pulang dari bekerja? Ketika banyak permintaan dan pertanyaan yang kamu tujukan kepada ayah dan tanpa letih dia selalu berusaha memenuhinya untukmu. Saat ini, pria yang selalu menjagamu itu mungkin tak setegap dulu. Kadang, dia justru menjadi orang menyebalkan ketika semua permintaannya harus dituruti. Persis, seperti ketika kamu kecil dulu: banyak bertanya, pelupa, atau merengek minta sesuatu.
kamu: Pak, makan dulu yuk… Ini aku sudah bawain nasi goreng kesukaan Bapak…
bapak: Yaach… Kok nasi goreng sih? Bapak kan lagi pingin nasi padang. Kamu beliin ya…
kamu: Duh, udah malem nih, Pak… capek ah!
Jika kamu masih bisa mendengar ayahmu merengek dan membuatmu repot, kamu perlu bersyukur. Sebab, itu tandanya kamu masih diberi kesempatan untuk membalas segala pengorbanan yang diberikan ayahmu selama ini. Percayalah, ketika kamu kecil dulu pasti kamu lebih rewel dari pada ayahmu di hari tuanya.

Dari aku, gadis yang jungkir balik memantaskan diri

Kalau pertemuan memang sudah terjadwalkan, aku tak keberatan jika kini mesti menambah tabungan kesabaran. Kau boleh menuntaskan kesukaanmu main game online seharian, berpusing ria lembur tugas statistik sampai malam, bahkan memilih bekerja di rig di tengah laut demi menambah tabungan.
Tak perlu mengkhawatirkanku berlebihan. Gadismu ini sudah lihai menghadapi kesepian. Sementara kau sibuk menuntaskan impian, aku pun tak akan tinggal diam. Tamatkanlah dulu segala gelegak dalam dirimu. Sementara itu, aku akan menunggu — sembari terus memantaskan diri untukmu.



Terkesan lebih mudah kalau sekarang kita mengambil jalan pintas. Namun masa depan membutuhkan ketangguhan 2 penyintas

Masa depan membutuhkan ketangguhan 2 penyintas
Mudah saja jika kita ingin tergopoh-gopoh saling menemukan. Hati tak perlu dijaga mati-matian. Bahkan langsung dibuka setiap ada dia yang menarik perhatian. Namun kita lebih memilih saling mempersembahkan dalam sebaik-baik keadaan. Meski jelas rindu pada pendampingan, menunggu jadi hal terwaras yang kini bisa dilakukan. Anehnya, kita ini 2 orang yang sama-sama percaya bahwa sesuatu yang baik sedang dipersiapkan.
Setiap rasa sepi dan meremang itu datang — ada keyakinan bahwa kita tak sepenuhnya sendirian.
Satu orang lain di luar sana,juga sedang memperjuangkan terjaganya perasaan. Meski belum dipertemukan kita tak seharusnya merasa kesepian.



Masa tunggu ini jadi waktu membiakkan mimpi. Kita akan bertemu, lalu langsung siap berlari

Masa depan membutugkan ketangguhan 2 penyintas
Bersisian sepanjang waktu tidak menjamin apa-apa. Walau tak pernah terpisah dan saling menemani setiap saat, bukan berarti impian kita akan lekat. Kau dan aku sama-sama tahu bahwa impian mesti tuntas dibiakkan sendiri sebelum nanti siap dibagi. Tak ada gunanya menjalani apa yang sama sekali minim kebaikan saat ini. Saat ini, mari kita bermimpi sendiri-sendiri.
Kamu bebas punya impian tinggal di rumah minimalis macam hunian di Lippo Apartmen. Sementara aku malah ingin punya rumah yang classy ala-ala tuan putri. Keinginanmu punya sport car macam Honda CRV tak harus terbatasi. Aku pun bebas punya mimpi sendiri, ingin membeli Mini Cooper yang di mataku tampak lucu dan cantik sekali.
Saat kita bertemu nanti, kamu dan aku sudah tuntas jadi 2 orang yang siap mengambil langkah panjang untuk berlari. Kita sesuaikan ritme demi kenyamanan dalam upaya saling mendampingi. Tak ada lagi impian yang belum dijajal sampai batas maksimal diri.
Kita akan bertemu, saling pandang, menemukan jemari — lalu siap menepi.


Sampai tiba saatnya nanti — waktu berbagi peluh tak harus membuat rikuh. Ketika sisi terjujur sebagai manusia malah membuat perasaan makin tumbuh

…saat sisi terjujur sebagai manusia membuat perasaan tumbuh
Tidak ada yang menjamin kita langsung bahagia setelah bertatap mata. Kita juga bisa tidak langsung mapan, mesti rela hidup pas-pasan. Pertengkaran pun bisa tidak semudah itu dihindari. Selepas bertemu nanti, kau dan aku malah bertransformasi jadi tukang kritik paling wahid bagi diri. Akan kutemukan dirimu yang ngomel lucu melihat hobiku belanja lipstik di promo #SuperSeptember MatahariMall.
Katamu, “Bibirmu kan cuma 1. Buat apa lipstik sebanyak itu?” Ah, pria memang tak pernah mengerti. Bukannya lipstik ini juga kamu yang akan menikmati? Bersabarlah dulu. Sampai tiba masa-masa kasual macam itu. Saat wajah mengantukmu jadi hal yang biasa kutemukan sepulang kerja. Rengkuhmu di pinggang jadi pengantar tidur yang mengalahkan teh chamomile efek tenangnya. Saat kita bisa bebas bercinta tanpa lagi takut dosa.



Saat kegamangan karena sepi melanda, aku mohon tolong percaya. Ada gadis yang sedang berupaya mematut diri demi membuatmu bahagia

Ada gadis yang berusaha agar kamu bahagia
Walau kamu tahu aku ada, tentu kehadiranku yang belum nyata tak bisa langsung menghapus rasa sepi di udara. Kau bisa merasa tidak adil rasanya saat kawan-kawanmu menggenggam tangan wanita, sementara kau mesti meredam gejolak hati dan menjaga pandangan mata.
Tak ayal ada rasa sendirian, kesepian, butuh pendampingan. Jika ini bisa sedikit meringankan, maka kau perlu tahu bahwa dalam setiap sujud panjang kau tak pernah alpa kudoakan. Bukan berarti aku tak rindu menemuimu saat ini. Sebenarnya aku pun ingin bisa punya bahu lebar yang kapanpun bisa disandari.
Tubuhku juga rindu disapa setiap inci porimu — namun bukankah kita sama-sama tahu — hal terbijak saat ini adalah menunggu?
Sampai nanti kita bertemu.
Aku,
Gadis yang sedang jungkir balik memantaskan diri untukmu.

Sabtu, 12 September 2015

Wishes

Surat untukmu

"Sampai akhir"

Akan ada hari dimana kita bukan siapa-siapa lagi. Hari dimana kita mulai kehidupan baru bersama. Saat dimana kita tinggalkan semuanya yang telah kita lewati di belakang untuk berjalan ke masa depan.

Akan ada hari dimana bait doaku terjawab. Doa yang selalu aku pinta dari Tuhanku. Akan hadirmu menjadi takdir dalam lauhul mahfuzku.

Akan ada hari dimana kamu berjanji di depan penciptaku dan jutaan cahaya di langit. Beriringan dengan doa keluarga dan sahabat kita untuk mengantarkan kita pada lembaran baru.

Akan ada hari dimana aku akan bersamamu dalam sisa usiaku. Sehatku sakitku. Bahagiaku sedihku. Mudahku sulitku. Semuanya berganti kita. Sehat kita. Sakit kita. Bahagia kita. Sedih kita. Mudah kita. Sulit kita. Dan hidup kita bersama.

Akan ada hari dimana aku temukan senyuman itu. Senyuman yang aku rindukan sudah lama. Senyuman yang sangat tulus saat kamu bersyukur telah bersamaku.

Akan ada hari dimana tawamu akan menyertai setiap hariku. Pola tingkahmu yang berbeda dariku. Namun kamu tetap mau menghargai semua sikapku.

Akan ada hari dimana meja makan kita ramai. Ramai dengan makanan kesukaan kita dan kita akan bersyukur selalu setiap rezeki yang ada.

Akan ada hari dimana barisan shalat kita. Kamu menjadi imam dan aku berada di belakangmu.

Begitulah diri ini yang amat merindukanmu. Saat sujud akan ku katakan pada penciptaku.

"Ya Allah.... semoga inilah imam yang selalu aku sebut namanya dalam doa. Yang dalam perjalanan hidupnya telah banyak menemukan pengalaman berharga bagi dirinya. Semoga inilah imam yang menjadikanku semakin sholehah bersamanya. Dan semakin mendamaikan hatiku karena ketulusannya. Ya Allah... Kau tahu aku lebih dari diriku. Maka lapangkanlah kesabarannya kertika bersamaku. Aku punya banyak harapan padanya ya Rabb.. harapan dari semua mimpi yang ingin aku laksanakan bersamanya. Cintanya yang tulus. Tanggung jawabnya yang lurus semakin aku yakin bahwa aku bisa menuai harapan kecilku. Ingin sekalu ya Rabb. Nafas perjuangan kami berada dalam jalan-Mu. Maka kuatkanlah kami ya Rabb... dalam hidup bersama sampai akhir. Sampai kami berada dalam akhirat-Mu,"

Minggu, 30 Agustus 2015

Surat sarjana

Surat sarjana

"Tak akan cukup baktimu bagi ayah dan bundamu bahkan dalam seumur hidupmu,"

Surat ini aku tulis dalam perasaan yang haru biru sesaat setelah aku impikan sebuah acara wisudaku. Yaa... inilah satu permintaan ayahku agar aku menjadi anak yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Bukan hanya sebuah status kependidikan yang membawa limpahan harta padaku namun lebih dari itu.
Berkali-kali aku ingin tanyakan pada ayah, apa alasannya mengapa aku harus menjadi sarjana? Ayah hanya bilang satu kalimat.
"Nanti kamu akan paham maksud ayah ini baik, jalani dengan serius,"
ya ayah adalah orang pertama yang telah berkorban banyak demi aku. 11 tahun lalu, ada kisah sarjana yang belum selesai. 11 tahun lalu demi aku masuk sekolah menengah pertama, ayah menunda salah satu cita-citanya menjadi sarjana. Agar biayanya dipakai untuk membayar uang muka sekolahku.
Ayah adalah yang paling hebat. Diantara banyak guru lain di tempat ayah mengajar, ayah salah satunya yang belum sarjana. Karena keterampilan ayah maka ayah tetap dipertahankan di sekolah. Sekian banyak yang membuat ayah merasa sangat berbeda dalam perlakuan dan gaji di sekolah tersebut. Namun yang ku tahu, ayah tetap mempertahankanku agar tetap bersekolah dengan baik. Bisa ku bayangkan bahwa dalam benakmu telah ada harapan baru yang tengah bersinar. Bahwa cita-citamu bukan hanya untukmu namun sedang aku gulirkan bersamaku. Sedang aku perjuangkan bersama usahaku. Ayah sayang, perlahan aku telah temukan jawaban atas semua harapanmu padaku, tentang sarjanaku yang harus aku raih. Sarjana, bukan hanya sebuah status yang akan mengangkat derajat keluargaku. Bukan hanya mengangkat derajatku. Namun lebih dari itu. Bukan hanya sebuah gerbang dengan kehidupan yang enak dan banyak kemudahan yang diberikan. Namun lebih dari itu. Bukan hanya sebuah status yang akan membesarkan namaku namun lebih dari itu. Inilah satu langkah yang akan mengawali kisah baru di keluargaku. Inilah kisah awal hidup baru bagi keluargaku. Sebagai anak pertama bagi kedua orang tuaku, tentu ada tugasku memberi jalan awal yang baik bagi adik-adikku. Agar mereka punya standar yang baik dalam hidup ini. Sebagai cucu pertama dalam keluargaku, tentu aku menjadi tonggak dari semua harapan. Inilah yang buatku sangat ingin membahagiakan kalian semuanya. Lewat perjuangan pendidikanku agar aku mampu sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa. Agar aku amanah dalam menebar ilmu kalam darimu. Agar aku amanah dalam menjalankan tugas khalifahmu.

Ya Allah... mudahkanlah...
Ya Allah... lancarkanlah...
Setelah banyak pengorbanan kedua orang tuaku.
Maka izinkanlah aku membahagiakan mereka.
maka jadikanlah aku satu cahaya bagi mereka.
Maka izinkanlah aku persembahkan wisudaku untuk mereka.
Perjalanan sebentar lagi ya Rabb...
Mudahkanlah... lancarkanlah... berkahkanlah...

Jumat, 28 Agustus 2015

My Ride

Assalamu'alaikum wr.wb

Salam kenal ukhti semua. Salam bahagia dari saya yang telah diciptakan oleh-Nya sebagai salah satu khalifah di bumi. Terima kasih kepada hijab Almira yang mengizinkan saya membagikan kisah saya disini. Perkenalkan ukhti semua, nama saya Eka Nurwati. Mahasiswi di sekolah tinggi pendidikan di Jakarta. Usia saya 20 tahun. Sudah 5 tahun saya memutuskan berhijrah untuk menjadi muslimah berhijab. Tak mudah memang, namun semuanya saya paksakan. Kata "paksa" sendiri menjadi kata berkonotasi negatif bagi banyak orang. Bagaimana bisa sebuah hal yang baik dipaksakan? Apalagi berjalan dengan sedikit ikhlas. Begini ukhti sholehah kisahnya.

Ada satu kalimat yang sederhana namun besar artinya bagi saya.

"Kita bisa karena biasa. Awalnya belum bisa namun lama-lama kita biasa,"

Satu kalimat itu yang melekat dalam benak saya. 5 tahun lalu, tepat saya kelas 1 SMA di sebuah SMA negeri di Bogor. Saya masuk dengan tes yang lumayan ketat. Sebagai siswa disana wajib mengikuti beberapa ekstrakulikuler yang tersedia. Saya memilih 3 sekaligus. Pilihan saya jatuh pada Rohani Islam, Kepalangmerahan, dan tarian saman dari Aceh. Dalam menjalani hari-hari sebagai siswa SMA, tak mungkin tidak penat. Dengan jadwal mata pelajaran yang bertumpuk lalu harus ekskul setelah pulang sekolah. Banyak teman-temanku yang memilih tidak aktif dan lebih menjaga penampilan mereka. Bayangkan ketika saya harus ekskul kepalangmerahan yang di lapangan atau saya harus berkeringat ria ketika latihan tarian. Semua ku jalani dengan bahagia dan tak mau meninggalkan satu ekskul pun. Banyak teman saya yang lebih memilih tetap tampil cantik dengan balutan make up dan wewangian. Maklum masa pubertas. Saya pun sama, saya suka sekali jika rambut saya terurai dan dapat ditata rapi dan cantik ketika sekolah. Saya belum berkerudung pada saat itu. Sampai pada suatu rapat dalam ekskul Rohis yang mewajibkan peraturan baru,

"Ketika rapat semua wajib berjilbab bagi yang perempuan," keputusan bapak ketua Rohis saat itu.

Yaa mau tidak mau saya sebagai anggota baru mengikuti apa yang menjadi perintah atasan. Pernah satu waktu saya lupa berjilbab saat acara rapat Rohis namun yang saya putuskan adalah kabur dari acara rapat dan pulang. Hehe namanya juga anak SMA yang masih labil.

Berkali-kali rapat Rohis berarti tandanya saya harus bawa jilbab di tas. Lalu pakai jilbab itu untuk rapat kemudian lepas jilbab ketika pulang rapat. Berkali-kali melakukan hal yang sama yang ku rasakan hanya satu,

"Kok ribet yaa? Kayak bongkar pasang kerudung aja?" Kata hatiku.

Pernah terselip niatan yang buruk untuk keluar Rohis karena jilbab merepotkan. Ahh namun semuanya aku tepis saja. Toh pecundang saja saat hal kecil itu harus menghentikannmu. Bukan hal kecil soal jilbab namun kemauannya untuk berjilbab itu yang belum ada.

"Ninti aja ah pakai kerudungnya pas udah nikah aja," jawabku enteng.

Tapi melihat satu persatu temanku yang perempuan berhijab kok jadi getir ya hati ini? Kayak beda kasta deh kalau lagi kumpul sama teman Rohis yang lain. Kata hatiku yang mulai goyah.

Tiba di satu hari aku katakan niatku untuk berhijab kepada mama. Mama antusias dan langsung membelikan baju panjang plus kerudungnya. Namun belum bisa aku pakai. Masih belum percaya diri.

Lalu aku ceritakan niatanku pada kakak kelasku yang sama-sama di Rohis.
"Kak aku mau pake kerudung aja deh biar ga ribet pas rapat," ucapku. Hanya sampai situ niatku. Biar ga ribet.
Lalu dengan bahagianya kakak kelasku menjelaskan soal hijab,
"Subhanallah dek, kakak seneng loh kalau itu sudah jadi keputusanmu," katanya.

Aku hanya tersenyum manis. Semanis mungkin.

"Berarti hidayah sudah kamu dapatkan," lanjutnya.

"Kok hidayah kak? Kayak dosa banget ya aku?" Tanyaku.

Ia menarik nafas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan energi untuk menjelaskan banyak hal padaku.

"Kamu tau lontong de? Kenapa coba lontong harus dibungkus?" Tanyanya.

"Supaya ga basi dan kotor ya kak?" Jawabku ragu.

"Kamu betul dek," katanya antusias.

Berhijab itu menjaga kita dari lingkungan luar. Maksudnya menjaga aurat kita agar tidak dinikmati banyak orang. Kalau lontong tanpa bungkus maka yang hinggap bisa saja lalat pembawa penyakit. Jika tanpa hijab maka bisa jadi banyak hal yang buruk terjadi. Misal digoda kaum adam karena keindahan tubuh, lalu hawa nafsu karena kita yang menampakan keindahan tubuh, karena yang keluar tanpa menutup maka akan dilingkari setan.

Maka semakin kuatlah niatku untuk berhijab. Walau kadang banyak godaan saat kepala terasa panas dan gerah namun ini sedang dalam proses adaptasi. Satu yang buatku merasa ingin kembali untuk lepas hijabku adalah kala aku lihat teman-teman yang lain begitu cantik dan nyamannya tanpa hijab. Rambut bisa digibaskan dan ditata sedemikian rupa. Namun itulah tantangan yang harus aku lewati.

"Kak apa aku cantik yaa pakai hijab?" Tanyaku polos.

"Kamu cantik dek, kenapa kamu masih ragu ya?" Tebak kakak kelasku.

Aku hanya tersenyum sambil menatap diriku di depan cermin.

"Bukan kamu yang sudah cantik lalu berhijab namun hijab yang mencantikan wajah dan hatimu. Setidaknya kamu telah belajar bagaimana menjaga kehormatanmu dan kamu adalah perempuan cerdas dek," katanya amat sangat yakin.

Dan sungguh aku berterima kasih pada Allah yang telah menegurku dalam kelembutan sayangnya. Yang telah menjadikanku perempuan yang sedang belajar dan dikelilingi orang-orang pembelajar. Bertahun-tahun sudah aku berhijab. Aku tetap berkarya dan berkarya. Karena hijabku adalah perisai perang hawa nafsuku. Karena hijabku menegurku agar aku jaga akhlakku agar tidak rusak. Karena hijabku juga aku menemukan banyak kesempatan dalam menjalani hidup ini. Hingga saat ini, aku telah menemukan dunia kreasiku karena hijabku. Kreasi bross dari kain-kain yang berwarna. Dan itulah yang menjadi semangatku. Aku memang belum bisa membawa banyak temanku berhijab namun aku bisa mengajaknya lewat karyaku, bross hijab.

Untuk setiap langkah dan pertemuan
Untuk setiap kisah dan perjalanan
Aku bersyukur
Bahwa Allah yang melindungiku
Dan meyakinkanku lewat pilihanku
yang telah membisikan keamanan
dalam ayat-ayatnya
Dan dalam hijab ini aku serahkan
Bahwa pertolongan Allah amatlah dekat.

Terima kasih. Salam kenal dari kota Bogor.

Daftar Riwayat penulis

Nama      : Eka Nurwati
TTL          : Purbalingga, 9 Feb 1995
Usia         : 20 tahun
Hoby        : bloger
Alamat     : Desa Pasirangin RT 01 Rw 04 no 23 Cileungsi-Bogor 16820
Alamat e-mail : ekanurwati09@yahoo.com
Blog          : www.sebuahkotaksurat.blogspot.com
Pekerjaan : guru

Motto hidup : Menulis mengukir sejarah

Ini tentang kamu

Setangkai bunga, bukanlah kata

Bukan bunga yang memintamu untuk berkata.
Namun hatimu yang mendorongmu
Untuk mengucapkan.
Bukan cinta yang membuatmu bertahan
Namun bersamanya kamu telah temukan alasan kamu tetap bahagia dan membahagiakannya
Bukan cincin yang memintamu terikat padanya.
Namun ruang hatimu yang tetap berada bagi orang yang sama.
Tetap diiisi oleh senyum yang sama
Tanpa pernah berfikir untuk meninggalkannnya dalam lemah dan tak berdaya.
Bukan janji dalam kehidupan bersama
Namun sebuah pembuktian yang membuatmu aman bahwa kamu tetaplah menjadi satu dalam hatinya.
Bukan indahnya malam-malam bersamamu yang telah dilewati namun kesediaanya menempuh badai yang menghempas namun tetap menggenggam erat.
Bukan kebahagiaan dalam sehat dan tawa yang riang
Namun tetap berada di sisi kita ketika sekarat sekalipun.
Bukan hanya soal limpahan harta yang telah kamu berikan.
Namun tentang mengajarkanku bagaimana menjadi satu bidadari setiap hari.
Bukan tentang rencana masa depan yang amat sangat indah.
Namun kamu berusaha selalu untuk aku hidup dan tetap bahagia bersamamu hari ini.
Ini soal menemukan maupun diketemukan dalam perjalanan bersama
Tentang sebuah perjalanan yang menembus waktu
Namun tetap melangkah bersama orang yang sama.
Tentang bersyukur atas kiriman-Nya
Bahwa cinta bukan soal rasa namun tanggung jawab hingga akhirat.

Rabu, 19 Agustus 2015

Untukmu,


Untukmu.

Untukmu yang tiap doaku aku pasrahkan pada Allah. Untuk kebaikan dunia akhiratku. Untukmu yang tak pernah absen dalam bayangan di otakku. Dan untukmu yang buatku tersenyum bahagia bahwa kamu bukanlah ilusi belaka.

Kamu adalah satu dari hal yang ingin aku hidupkan dalam usia hidupku. Kisahmu yang telah aku semat indah bersimpul bahagia. Yang tiap aku bayangkan semua mengalir mudah dalam ingatan dan rencana. Kamu yang kala pagi ingin aku datangi dan kusaksikan betapa Allah sangat ingin aku bersamamu. Yang tiap pagi ingin aku datangi dan kusaksikan banyak harapan bermunculan karenamu. Kamu yang tiap siang ku rasakan sejuk dalam teduhan yang mendamaikan. Yang kala angin sore mengibaskan jilbabku dan ku rasakan bahwa dilengkapkan lagi nikmat Allah lewat kamu.
Ya kamu... kamu yang buatku tetap mau melangkah dan melangkah. Menyadarkanku untuk tetap bersama-Nya dalam asma doa yang tak kunjung berhenti. Kamu yang buatku ingin mengenal banyak hal pengetahuan agar nantinya sejalan dan searah. Kamu yang buatku bisa merasakan bahwa setiap gerak doaku akan menuju padamu. Kamu.. ya kamu... maka dari itu, jikalau Allah memampukanku dalam ikhtiarku, maka aku ingin kamu kuraih. Sebagai rasa syukurku pada-Nya bahwa hanya Allah yang menguatkan dan meniupkan banyak keyakinan bahwa kamu ada untukku. Maka dari itu tetaplah berada untukku. Dan ku ingin bahagia bersama Allah dan kamu. Kamu bukanlah siapa yang akan bersamaku. Namun bagiku kamu tetap jadi sumber inspirasiku selama ini. Kamu bukanlah siapa yang akan bersamaku sampai aku mati. Tapi kamu buatku hidupku bermakna dan matiku insyaallah bahagia. Kamu bukanlah siapa-siapa. Kamu adalah sekolahku. Sekolah impianku.

"Ya Allah semoga Kau limpahkan banyak kekuatan untukku agar terus mewujudkan ini,"

Aku ingin sekolah impian ini bukan hanya mimpiku saja, namun bagi mereka yang beruntung menjadi bagian di dalamnya. Aku ingin mereka bahagia ketika belajar di dalamnya. Aku ingin mereka aman dan nyaman di dalamnya. Tertawa dan berlarian di lorong sekolah. Berkejaran bersama teman-teman lainnya. Lalu ada deretan pohon rindang yang menaungi kisah kami semua. Ada para guru sholeh dan sholehah yang membuat mereka amat menikmati pendidikan mereka. Ada aliran kolam yang gemericiknya akan jadi bunyi paling merdu yang pernah aku dengar. Semoga ya Allah... Kau mudahkan aku bergerak untuk pendidikan gratis bagi mereka yang membutuhkan. Aku ingin tak ada yang susah sekolah. Aku ingin semua punya masa depan yang cerah. Ya Allah... izinkanlah aku berada dalam gerak bersama-Mu. Dalam sekolahku yang mampu mengobati mereka yang broken home dan kesepian akan arti keluarga.

Ahh jika aku fikirkan ini rasanya semakin dekat, maka dekatkanlah aku pada orang-orang yang baik. Yang mengantarkan kamu padaku maupun sebaliknya. Mudahkan. Wujudkan. Bahagiakan dan semoga bermanfaat. Sekolah impianku.

(Calon) kepala sekolah


Eka Nurwati M,pd.

Kamis, 13 Agustus 2015

jalan baru

Jalan Baru

"Dalam hidup kadang tamparan keras memang diperlukan. Namun tamparan hanya akan menjadi memar apabila tak ada tangan lembut yang mengelus setelahnya. Tamparan akan menjadi pelajaran apabila setelah itu ada sepasang tangan yang memeluk kepedihan yang muncul,"

Blog ini aku persembahkan untuk dosen pertamaku. Dosen yang telah mengajariku untuk menemukan jalan baru.

Kisah ini berawal dari 5 tahun lalu. Saat aku bertemu beliau dalam acara promo beasiswa luar negeri. Beliau ada di hadapanku sebagai pembicara bagi ratusan undangan lainnya. Setengah hati aku langkahkan kaki ke acara itu. Karena buat apa? Mau dikasih refrensi kuliah apapun tetap saja keluargaku belum punya cukup tabungan untuk aku kuliah. Kalau ditanya soal beasiswa, ingin rasanya bisa mendapatkannya. Apa daya beasiswa yang aku dapatkan jauh di kota sana. Yang menambah kekhawatiran kedua orang tuaku jika aku berpisah dengan mereka. Langkahku masih gontai saat aku harus duduk di barisan paling depan panggung. Suntikan-suntikan motivasi pelan-pelan masuk ke dalam otakku. Kata motivator itu,

"Taklukan dunia maka dunia ada dalam genggamanmu,"

Sihir apa yang ada dalam kata-kata itu hingga aku menatapnya lebih lekat dari sebelumnya.

Setelah acara selesai aku ke belakang panggung dan menghampiri satu ruangan khusus pengisi acara. Ada beberapa panitia yang berjaga.

"Maaf kak, saya mahasiswi bimbingan bapak motivator tadi. Saya sudah ada janji revisi dengan beliau," kataku berbohong. Aku diizinkan masuk.

Entah apa lagi ini. Untuk apa aku menemui orang asing yang baru aku jumpai beberapa jam lalu.

Langkahku pelan sambil ku sebut satu nama,

"Pak!" Kataku pelan.

Senyum ramahnya mencairkan kegelisahan nekatku yang harus masuk dalam ruangan itu.

"Saya Eka Nurwati, saya siswi SMA kelas 3 boleh saya bicara dengan bapak,"

"Tentu saja," balasnya ramah.

Dengan keyakinan aku rangkai kata demi kata untuk bisa mengungkapkan beban yang aku rasakan. Sesekali aku harus menyeka air mataku yang turun.

"Saya tau pak, ini bukan hanya soal lanjut sekolah tapi soal biaya dan kemampuan keluarga saya. Ada harapan tertumpu pada saya namun saya tak kuasa jikalau memang pada akhirnya kuliah adalah cuma mimpi saja. Kuliah kan ga murah pak," kataku terisak.

Iyaa menanggapi ceritaku dengan baik. Sesekali ia bertanya soal jurusan dan minatku.

"Pendidikan biologi atau ga sastra indonesia pak," jawabku yakin.

Lalu ia rangkum semua yang aku ungkapkan pada saat itu,

"Kamu tau mata elang? Jikalau ia tak tajam maka ia tak bisa terbang setinggi itu. Saya tau bagaimana beratnya saat mimpi kita ternyata didukung dengan uang. Saya adalah mantan preman terminal kampung rambutan. Saya bisa kuliah karena hasil dari jerih payah saya memarkirkan bis-bis di terminal. Saya tak ada niat kuliah. Tapi kalau kamu sudah ada rencana. Itu lebih baik. Saya hanya ingin kamu tetap kuliah. Apapun susahnya. Apapun repotnya. Kamu bisa bekerja agar semuanya mudah," katanya.

Pada saat itu mataku mereda. Fikiranku terbuka walau sedikit. Yaa bekerja. Yaa hanya itu yang bisa jadi jawaban dari semua khawatirku.

"Maaf kak, saya harus pergi. Ini kartu nama saya. Saya harap kamu hubungi saya," katanya yang terburu-buru.

Dia pergi dengan meninggalkan secarik kartu nama. Yang aku ingat hanyalah soal mata elang tadi. Soal terbang tinggi. Kalimat itu yang buat saya yakin bahwa harus ada keputusan.

5 bulan berlalu. Saat kelulusan. Saat itu aku lihat banyak lembaran brosur dengan harga kuliah "astaga". Lalu aku ingat, aku hubungi saja nomor yang tertera dalam kartu nama.

"Assalamu'alaikum pak apa kabar?"

"Wa'alalaikumsalam. Kabar baik kak. Kamu sehat? Oh yaa bapak ingin kamu datang ke tempat mengajar bapak di pal merah. Bapak ingin membiayai kamu kuliah disini."

Seperti pelangi yang hadir dalam badai seperti angin segar dalam kekeringan. Aku berangkat dan menemui beliau di kampus teknologi dan terkenal di jakarta.

"Iyaa kamu bisa ambil jurusan yang kamu mau, kamu bisa tinggal di belakang kampus. Ada apartemen di sana. Biaya saya yang cover semua," katanya.

Aku hanya terdiam menikmati megahnya kampus impian ini. Sampai aku disodorkan biaya untuk kuliah sebesar 60 juta di muka.

"Masyaallah," kagetku.

Aku berfikir panjang. Bahkan sangat lama untuk bisa memutuskan. Hanya mereka yang tidak bersyukur paling yang bisa menolak biaya kuliah gratis.
Yaaa akulah orangnya.
"Pak.. saya senang bisa kuliah disini  tapi saya tak sanggup kalau pada akhirnya saya harus merepotkan bapak yang menjadi dosen disini. Saya mau berusaha sendiri pak," keputusanku bulat.

Dia menerima keputusanku. Tapi tetap dengan niat tulus yang sama. Nanti kalau kurang dan butuh buku hubungi bapak ya.

Beberapa bulan setelah itu, aku bekerja di daerah Jakarta. Aku sisihkan 3 bulan gajiku untuk bayar kuliah di tempat pilihanku. Dengan senangnya aku kabari beliau jikalau aku sudah awal berusaha. Jawabannya singkat jikalau ada apa-apa hubungi beliau saja.

Bertahun-tahun berlalu sampai aku sudah semeseter 4 dan kunikmati setiap usaha kerjaku dan kuliahku. Aku bertemu beliau pada kesempatan di gedung metro tv.

Dan sejak pertama aku bertemu aku ingin bertanya, "kenapa bapak mau membantu saya?"

"Kamu ingat saat saya buru-buru pergi kak, saya bilang kita akan ketemu lagi saat kamu sudah sarjana. Saya yakin itu kak, saya mau   membantu kamu tapi kamu tetap kamu bisa dari dulu kamu sudah temukan jawabannya. Kamu bisa!" Katanya yang meyakinkan.

Ramahnya. Sabarnya. Sederhanyanya. Yang buatku beruntung mengenalnya. Ya dialah dosen pertamaku. Bahkan sebelum aku masuk universitasku. Beliau yang memberiku cahaya baru saat itu. Hingga hari ini, beliau tetap memantauku dari jauh. Menanyakan kabarku, kerjaanku, nilai kuliahku. Hingga diujung kalimat selalu "kalau butuh apa-apa buat kuliah bilang ya,"

Saya paham pak sekarang. Kenapa saya harus berbohong kepada panitia hanya untuk menemui bapak. Kenapa langkah saya tetap tergerak ingin menemui bapak padahal bapak adalah orang asing. Dan saya paham pak kenapa bapak ada dalam daftar inspirasi di kamar saya. Karena semangat bapak hingga melanjutkan S3 bapak. Bapak buat saya punya satu harapan lagi saat saya lelah dengan kuliah saya. Saat saya capek buat bekerja supaya biar bisa bayar cicilan semesteran. Bapak yang mencontohkan bagaimana caranya. Bertekad berusaha sendiri karena kita masih mampu.

Saya masih ingin bertanya pak, "benarkah Allah sangat adil?" Ya pertanyaan itu yang saya lontarkan saat bertemu 5 tahun lalu.

"Allah adil pak. Sangat adil. Saat ada tamparan dalam hidupku artinya aku harus sadar. Dan melihat sekililingku yang mendukungku,"

Bapak adalah pak Besar. Sederhana namanya. Namun telah berpengaruh dalam hidup saya. Saya anggap bapak adalah kakek saya. Usia bapak menjelang 50 tahun namun bapak telah mebambah rasa kagum saya.

Saya ingin mengundang kamu ka, dalam acara wisuda saya. Saya berharap kamu tidak menolak. Saya ingin kamu ada diantara hadirin di depan saya. Saya ingin ucapkan terima kasih kepada kamu. ...

Tetaplah menjadi kebanggaan ayah ibumu. Tetap menjadi orang sukses dimanapun dan kapanpun. Kesulitan kali ini adalah kemudahan nantinya.

Salam hangat.
Besar

Ya Allah... akulah yang ingin berterima kasih.

"Terima kasih, sayangi beliau," doaku.