Surat dunia.
"Mengatakan kata terima kasih dan maaf adalah salah satu cara untuk menenangkan hati,"
Banyak orang menyepelekan hal yang sederhana. Lebih memukul rata seluruhnya dengan ukuran yang lebih besar dan serba wah. Banyak orang yang hanya sadar dengan hal yang jumlahnya banyak dan terasa manfaatnya ketibang hal yang kecil dan mudah dilupakan. Aku pernah membaca sebuah kalimat, "kesalahanmu ingatlah sebagai pelajaran lalu ingat juga kebaikan orang lain walau hanya setitik tinta pulpen." Dan disini aku ingin berbagi betapa sebuah kata "terima kasih" menjadi balasan yang paling luar biasa sensasinya.
Saat itu, ketika masuk shalat zuhur Irsyad yang baru saja selesai wudhu menghampiriku. "Bu tolong kancing baju seragam saya dibetulkan," pintanya.
"Ayo.. Irsyad coba dulu ya sendiri," tantangan dariku.
"Susah bu," terangnya.
Lalu aku pasangkan kancing baju lengan kirinya. Ku beri tutorial mudah agar ia bisa mengikuti.
"Sekarang Irsyad yang coba," pintaku.
Ia berusaha untuk mencoba. Bulatan kancingnya perlahan bisa masuk ke lubangnya. Dengan perasaan senang Irsyad berkata seperti ini, " Syukron," dalam bahasa Indonesia artinya adalah "terima kasih "
Bahkan mereka tahu bagaimana caranya untuk membalas kebaikan orang lain walau itu tak berpengaruh besar padanya. Hanya menununjukan cara memasukan kancing bajunya. Namun bertahun-tahun akan diingat untuk bisa belajar mandiri mengancingkan sendiri.
"Terima kasih" adalah komunikasi yang menenangkan. Saat orang yang memberikan kata itu pada kita setelah kita sudah membantunya, bahkan telah terjadi saling menghargai satu sama lain. Kata sederhana ini membuat kita bisa saling mengerti kemampuan satu sama lain. Kata yang menjadikan kebaikan yang kecil menjadi berarti. Dan aku berusaha mempraktekkan itu. Mengucapkan sesering mungkin untuk setiap bantuan dan kebaikan.
bahkan aku ingin menjadi orang yang cepat mengucapkan terima kasih dengan tulus ikhlas. Jika setiap orang saja mampu menghargai satu sama lain maka pelangi yang berwarna dapat menjadi satu lengkungan yang indah. Maka perbedaan jadi satu penghargaan.
Dan tak mungkin setiap orang lepas dari kesalahan dan khilaf. Andai semua khilaf dapat berbicara, lalu berapa banyak yang harus diceritakan tentang diri kita. Andai saja kesempurnaan milik manusia maka manusia tidak pernah belajar dari kesalahnnya. Dan satu pengakuan yang terdalam atas kesalahan yang kita lakukan adalah, "Maaf.. itu salahku dan aku berjanji..."
Kata maaf. Kata yang sebenarnya sudah menjadi kata mahal untuk diucapkan. Mahal? Saking mahalnya sulit diucapkan.
Waktu Minggu pagi, saat aku pergi ke kampus. Tak sengaja ada angkot yang menabrak pengendara sepeda motor. Lalu kata yang pertama terlontar adalah,
"Woi... (dog) kenapa lu tabrak gue? Dasar supir bla bla bla bla," sejuta perkataan sejenis itu.
Lalu sang supir, "Eh sia... (bodoh) ga bisa naik motor, saya sudah ke sisi," sontak teriakan semakin menjadi saat satu sama lain merasa paling benar.
Dan coba salah satu ada yang bisa berkata demikian ,"Maaf yaa pak, lain kali hati-hati jika berkendara..."
Dan yang terjadi lebih turun untuk respon emosinya.
Dan kita yang sudah diberi kesempatan hidup lebih lama justru malu untuk mengucapkan maaf terlebih dahulu. "Ga etis dong, ah... dia yang salah," dan jutaan alasan yang membenarkan bahwa kita benar. Lalu bagaimana dengan kisah yang ini,
Siang hari, saat kelas sedang sibuk menulis PR, ada Safina yang mendekati temannya Wildan. Dengan percaya diri ia katakan pada Wildan, "Wildan mah cepat marah kalau diledek temen-temen,"
Dan Wildan yang tidak terima dengan perkataan Safina, mengambil buku Safina dan merobeknya.
Sontak Safina berteriak sambil menangis ,"Ibu.... bukuku sobek sama Wildan,"
Tak sampai disitu, Safina memukul Wildan dan Wildan membalasnya dengan tendangan. Alhasil, keduanya harus dipisahkan. Walau berat satu sama lain untuk mengucapkan "maaf" tapi satu uluran tangan dari Wildan ke arah Safina, lalu berkata "Maaf Fin," satu kata itu yang buat semuanya akan damai dan baik-baiknya. Setelah itu saling membuka ikhkas untuk memaafkan satu sama lain. Dan setelah itu, mereka bermain bersama-sama seolah tak ada apapun yang terjadi sebelumnya.
Lalu mau sampai kapan kata "terima kasih" dan "maaf" itu tertahan? Sampai kita lupa bagaimana caranya untuk mengucapkannya? Tidak menunggu keterlambatan untuk sebuah perubahan. Walau sederhana, anak-anak mengingatkan kita lewat dunianya.
#challange
Baru bisa aktivasi. Ini ada di blog kedua saya. Namun ini saya posting lagi ke blog utama. Terima kasih setia untuk membaca portal blog saya. Good luck with beloved.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar