Surat Dunia.
"Bahwa kecerdasan bukan hanya di atas kertas tapi juga cerdas untuk beribadah pada Allah dan mengendalikan emosi."
Arti nilai di kertas hanya torehan tinta warna guru atas keberhasilan kamu untuk menyelesaikan tugas demi tugas. Untuk bisa menikmati setiap prosesnya, itulah nilai yang sesungguhnya. Justifikasi cerdas dalam nilai akademik akan kalah dengan mereka yang memiliki spiritual dan emosional yang seimbang. Dan aku ingin berbagi satu kisah lagi tentang kelebihan yang berbalut kekurangan dari salah satu murid.
Dia adalah salah satu dari 19 murid di kelas. Setiap pagi dia pasti sudah datang ke sekolah. Bahkan lebih cepat dari kedatanganku. Aku mencoba datang lebih pagi lagi, tapi dia pasti sudah datang. Setiap aku datang, dia langsung berlari ke arahku dan memberi salam. Sambil membawa buku tugasnya lalu ia serahkan padaku. Selalu, dia adalah orang pertama yang mengumpulkan tugas. Setelah itu, dia masuk ke kelas untuk merapikan satu demi satu bangku dan ikhlas untuk membersihkannya dengan lap basah jika ada yang berbdebu. Dia adalah satu dari yang lain, yang paling bisa peduli akan sekitarnya. Dia membantuku saat kesulitan. Waktu itu aku mengangkat papan tulis yang lumayan besar. Aku kerepotan sendiri untuk mengangkatnya, tapi dia datang untuk memegangi sisi lain dari papan tulis, agar kita mengangkat bersama-sama. Dia adalah satu dari yang lain yang paling semangat untuk menulis. Padahal untuk bisa menulis masih ada beberapa huruf yang tertinggal. Dia tidak mau ketinggalan pelajaran. Dia selalu paling cepat dalam membaca dan menulis. Namun, tetaplah ia belum mampu untuk belajar mandiri mengerjakan sendiri. Pemahaman soal dan penulisan harus dilatih teratur. Untuk nilai ulangan masih banyak di bawah standar minimal. Tapi dia tetap semangat. Bagaimanapun keadaan nilainya, dia tetap jadi Deska yang bertanggung jawab dan peduli akan sekitarnya.
Yaa... kepedulian ini ditunjukan lagi ketika waktu shalat zuhur. Selalu, dia yang pertama meminta untuk mengaji,
"Bu, ngaji bu," pintanya.
Setelah mengaji, ia inisiatif mengambil air wudhu dan menuju ke mushola. Dan apa yang ia lakukan? Ia menyiapkan semua sajadah dan mukena teman-temanya. Ia keluarkan dari loker dan membariskannya satu persatu. Aku hampir ingin menangis, anak yang menjadi salah satu perbincangan djantara guru-guru karena nilainya tapi justru ia adalah satu yang buat kami sangat bangga. Ia mampu menunjukan bagaimana caranya untuk memiliki nilai positif bagi teman-temannya. Inilah kecerdasan Deska. Aku sangat yakin untuk mengatakan bahwa satu murid yang ini adalah murid yang cerdas. Semoga Deska, tetap semangat untuk melewati semester ini dengan membanggakan. Aku bangga....
"Dan yang masih menganggap cerdas itu karena nilai saja, semoga tetap kuat jadi orang intelektual saja. Karena yang seimbang adalah saat intekektual berpacu dengan spiritual kepada Allah dan kecerdasan emosional pada diri dan orang lain.
#latepost. Edisi takjub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar