Rabu, 29 Oktober 2014

T.E.A.C.H.E.R

Surat dunia.

"Biarlah apa yang kamu tulis bekerja sendirinya,"

Dua tahun lalu, di cover file favoritku aku mencatat sebuah kalimat,

"Eka harus jadi guru."

Setiap kali aku buka file itu, selalu aku baca kalimat yang . Semakin sering aku buka, maka semakin sering juga aku ulang kalimat itu. Semakin sering diulang maka semakin aku mengingat kalimat itu. Semakin aku ingat, semakin aku tahu kemana aku harus melangkah. Apa yang harus aku lakukan, perjuanganku, pengorbananku dan apapun pembelajaranku untuk bisa menjadi seorang guru yang baik.

Dua tahun lalu juga, aku mencoba dari hal yang paling kecil. Aku kembali di sebuah majlis taklim tempatku dulu menimba ilmu selama 6 tahun disana. Al-Usman Mashuri adalah tempat pertama yang percaya padaku untuk bisa berbagi pengetahuan. Awalnya hanya sebuah keberanian. Dengan yakinnya aku mengajukan diri bertemu dengan pengelolanya.

"Saya ingin jadi guru pak, untuk itu saya harus banyak latihan."

Sejak saat itu, duniaku berubah. Sedikit berbeda dari biasanya. Dulu aku lebih suka bersantai di rumah atau berkutat dengan tugas sekolah. Tapi setelah pulang sekolah, aku langsung ke majlis bertemu dengan anak-anak pengajian. Satu-satunya yang bisa aku andalkan adalah berdongeng. Yaa.... itu yang selalu mereka tunggu dariku. Mungkin karena aku hobby menulis cerita jadi ide alur cerita selalu ada. Mulai dari dongeng bahasa sunda, hingga bahasa inggris aku lakukan. Alat peraga pun aku gunakan. Paling ku suka adalah saat aku dan anak-anak bermain boneka kaos kaki. Yaaa .... boneka yang kini masih aku simpan sebagai salah satu ikhtiarku hingga saat ini. Meski aku hanya mengajar selama 3 bulan tapi aku punya pondasi yang bisa jadi modal paling berharga yang pernah aku miliki. Setelah lulus SMA, aku meninggalkan majlis untuk bekerja di sebuah lembaga pendidikan informal. Ilmuku semakin bertambah setiap harinya. Mentalku diuji untuk bisa menjadi quality control pendidikan disana. Semakin hari aku semakin didewasakan dengan tanggung jawab. Justru inilah betapa aku sangat berterima kasih pada kesempatan Allah padaku. Berterima kasih pada sebuah penolakan demi penolakan atas kemampuanku. Karena aku semakin ingin diterima di kondisi terbaik tentunya. Aku berterima kasih atas kesempatan ikut memikirkan kecerdasan anak sekaligus tekanan dari para orang tua yang berharap terbaik pada anaknya. Aku berterima kasih atas tim kerja yang begitu baik dan membimbingku sabar dan teratur. Dan aku ingin berterima kasih atas kesempatan pertemuan bersama murid-murid disana yang kisahnya tidak pernah lupa aku catat dalam blog atau fileku.

Sungguh..... jika aku ulang lagi masa itu, sudah berapa banyak aku memiliki kesempatan belajar. Ilmu yang tak bisa aku tebus dengan uang dan material dunia, ilmu yang bisa mengiringiku hingga bisa ke jenjang formal hingga saat ini.

Terbesit satu keinginan yang aku katakan pada mama,

"Aku ingin mengajar di sekolah formal mah,"

Dan Allah yang baik yang mempermudah itu. Sungguh.... apa yang pernah aku jalani adalah proses yang bisa mendampingiku hingga sekarang. Dan aku sangat bersyukur, Allah mudakan aku dalam segi usia tapi Allah menyayangiku dalam segi proses kehidupan.

Bismillah.... langkah ini masih jauh. Tapi Allah selalu dekatkan itu sehasta demi sehasta. Hingga saatnya aku bisa memberikan sekolah gratis untuk anak jalanan dan para pemulung. Semuanya sudah kutulis di "Dream book" kelak semua persis seperti target. Terima kasih atas kesediaannya membaca blog demi blogku. Ini satu post bukan untuk menyombongkan, tapi sedang menyusun keberanian untuk bisa bermimpi dan pembuktian terus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar