Kamis, 30 Oktober 2014

Belajar (lagi)

Surat dunia.

"Namanya Deska Deningrum, salah satu penguji kesabaranku."

Kalau kita berhadapan dengan anak kecil, satu yang melekat dari mereka yaitu "ga sabaran". Yaaa... mereka dengan tingkat keingintahuan yang tinggi menjadi tidak sabar untuk mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka. Sama halnya dengan satu muridku, Deska. Deska adalah satu murid bersyarat yang naik kelas ke kelas 2. Karena masih perlu latihan dan belajar lagi dalam pemahaman dan menulis. Satu hal yang buat aku greget adalah saat dia mulai tidak sabar menghadapi pelajaran sekolah. Apalagi saat harus menjawab pertanyaan demi pertanyaan soal latihan. Satu suara yang tidak asing adalah seperti ini bunyinya,

"Bu... ini gimana??? Aku ga ngerti," merengek sedih.

Memang setiap ulangan dan latihan soal yang satu ini perlu pendampingan. Makanya aku tidak pernah jauh darinya untuk memastikan bahwa "everything is ok".
Dan terkadang juga saat pendampingan untuk pemahaman soal tambah gregetnya. Deska lebih sering cengengesan dan senyum sendiri tanda engga paham kali ya. Lalu ketika menulis jawaban, beberapa huruf ada yang tertinggal. Saat itu juga aku bimbing untuk perbaiki tulisannya. Memberitahu bahwa ada beberapa huruf yang tertinggal. Namanya anak kecil, saat dikoreksi malah marah.

"Ibu iyaaa aku tahu, nanti aku tulis"

"Ibu jangan kasih tau aku terus, aku juga tau bu"

Aku? Ngelus dada dan langsung istighfar. Mungkin aku yang harus amat sangat sabar. Dosenku, Bu Ana pernah berkata begini,

"Ibarat kesabaran itu bagai samudra maka ia akan menenggelamkan amarah,"

Bagaimanapun Deskaku, dia tetap anak yang manis. Ketika aku sedang duduk lelah, ia datang memelukku. Ketika aku datang ke sekolah, ia datang menghampiri parkiran motor untuk mengucapkan "selamat pagi" padaku, dia adalah anak yang paling cepat mengumpulkan tugas, paling antusias menulis, walau kata demi kata masih tertinggal. Deskaku tetaplah anak yang manis, setiap aku lihat deretan angka nilai ulangan atas namanya terbesit satu semangatnya untuk belajar. Walau kenyataannya hanya mendapat 50 tapi dia membuatku belajar lagi. Belajar lagi. Belajar lagi untuk bisa jadi yang terbaik baginya.
Pernah di satu waktu aku pandang senyumnya kala pagi, saat aku dan dia menyiram tanaman di sekolah, ada satu keyakinan kuat dan keinginan besar dalam dirinya untuk bisa layak naik ke kelas 2. Walau saat ini masih naik bersyarat. Dan aku tetap bahagia untuk Deskaku dan 18 murid hebat lainnya.

Terima kasih ya Rabb.

#challange 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar