Assalamu'alaikum...
Dear sahabat blogger.
Sebenernya dari kemarin sudah ga tahan pengen bahas soal, "Pengen Nikah Muda, Nikah Aja Deh, Sudah Lelah Lagi Ga Syantik Pengen Nikah Muda, dan sederet judul yang intinya sama kapan si nikah?
Kemarin ga sengaja stalker FB temen, " Duh ketahuan gue tukang stalker" ada gambar yang captionnya gini :
Dear ukhti berhijrah, ada bahasan lain selain nikah ga? Contohnya, encourage cewe lain biar jadi sekeren dan se-fearless Khadijah. r. a., se-mandiri Siti Hajar waktu ditinggal suaminya berdakwah, sepintar Aisyah dalam mengingat hadits.
Cukup menggugah jari pengen ikut nimbrung dan kasih komentar tapi well di blog ini mudah-mudahan perasaan daku lega.
Setelah momen lebaran pasti ada beragam pertanyaan dari siapa saja yang ketemu sama kamu dan begini draf pertanyaannya,
1. Usia berapa sekarang, udah gede yaa dulu masih bocah banget? "Itu dulu kalee wkwkkw"
2. Sekolah dimana? Negeri apa swasta? Kuliah yaa? Negeri? Oh di swasta. "Terus ada klasifikasi kingdom perguruan tinggi gitu ya wkwkkw"
3. Kerja dimana? Gaji berapa? Hah nganggur? Emang ga ngelamar apa? Trus kita bales aja "Ngelamar anak om aja gimana pake cinta dan sejumput kasih sayang, ckckkckcck"
4. Mana calonnya? Kok ga dibawa? "Lagi lebaran sama keluarganya dong om," nah kalau yang jomblo, "Aku lagi fokus karir om," dibales sama si om, "Ah bilang aja jomblo," wkwkkwkw
5. Kapan nikah? Sebuah pertanyaan yang intinya sih kepo tapi kok ngena yaa, hiks hiks
6. Kalau sudah menikah, Udah isi belum? "Udah om," bales paling lembut. "Oh berapa bulan?" bales lagi paling ramah, "Bulan kemarin cilok, bulan ini diisi ketupat kayaknya bulan besok pizza deh ditraktir om yaa," jreng-jreng.
Semua pertanyaan tadi memang nyata terjadi dan bukan fiktif belaka. Saya pun merasakannya sendiri, untungnya si Cinta kasih pengertian yang lembut supaya bisa mendengarkannya dengan baik. Semakin berjalannya waktu saya belajar buat tidak teramat kepo dengan keputusan seseorang dan memilih jalan takdirnya. Tidak banyak komentar tentang takdir yang ia jalani. Semua sudah ada porsinya masing-masing.
Tingkat kebaperan terjadi saat di usia yang dianggap layak namun masih betah pacaran atau masih betah sendirian dan belum ada keputusan menikah.
Jujur, saya teringat kisa teman saya. Kalau waktu bisa diputar kembali, ia ingin menemukan takdir berjodoh dengan suami lewat caranya berkomunikasi dengan Allah. Bukan karena ga sengaja ketemu di suatu tempat, tubrukan bareng atau saling tukar pin bb. "Yeee FTV kali."
Saling komunikasi dan mengenal satu sama lain. Semakin berjalannya waktu ia baru menyadari bahwa kesungguhan cinta adalah pernikahan.
"Tidak ada obat penawar rindu antara dua insan selain pernikahan,"
Berhubung waktu itu ia tengah menyelesaikan pendidikan dan pasangannya siap menunggu sambil memapankan diri. Pertemuan, perjalanan, semua dilewati bersama. Hingga akhirnya menikah dan berumah tangga.
Saya bertanya, "Lalu benarkan pada akhirnya menikah dengan seseorang yang didambakan?"
Lalu ia menangis dan menjelaskan semuanya. Menjalani kehidupan berumah tangga ia menyadari bahwa banyak dosa yang harus ditanggung untuk menuju pernikahan. Zina mata, tangan, ucapan, fikiran, hati semuanya lumrah saat itu. Semua berbalut dalam kata pacaran. Ia menyadari dan akhirnya mendirikan shalat taubat untuk menghapus kegelisahannya. Menangis dalam doanya untuk bertaubat atas dosa yang mereka lakukan.
So well, aku jadi terharu. Ada saat titik rendah hambanya dan meminta kesempatan pengampunan untuk bisa tenang dalam kehidupan. Korelasinya dengan menikah? Islam sudah menjelaskan secara pasti soal zina tanpa ikatan halal adalah dosa besar dan kita wajib meninggalkan zina.
Allah telah memuliakan manusia dalam ikatan suci pernikahan dan akadnya menggetarkan hati dan pengen nangis kalau dengernya mah. Hiks hiks.
Lalu gimana soal menikah muda?
Ada quotes dari Merry Riana yang bisa kita pahami,
"Menikah bukan karena sepi"
Menikah bukan ajang lomba lari marathon yang saling bertekad untuk saling cepat-cepatan. Menikah bukan untuk mencari teman supaya bisa cekikikan bareng.
Yuks kita tengok kedua orang tua kita yang sampai saat ini membesarkan kita dan semua perjuangan mereka untuk bisa membina keluarga.
Menikah itu harus siap. Bukan karena sepi. Ada tanggung jawab di kedua pundak pasangan. Tanggung jawab sebagai pencipta peradaban baru.
Lho kok bahasannya berat si? Iyaa yang enteng itu kapas.
Peradaban itu dimulai dari keluarga kecil. Majunya peradaban dimulai dari keluarga. Bahkan aku pernah baca, "Jika ingin menghancurkan peradaban maka rusak wanitanya,"
Dalam berumah tangga, suami adalah penggerak peradaban dan istri adalah rahim kehidupan. Nah kalau sudah sampai sini bahasannya jadi makin paham mau dibawa ke mana arah pernikahan.
Menikah itu enak ya?
Engga semua serial drama korea ada di pernikahan kita. Bahkan guru liqoat ku pernah bilang, "Menikah itu membuka gerbang masalah baru." Agak syok juga pas dijelaskan kalimat itu. Beliau menyarankan bukan untuk menakuti. Artinya kita harus siap lahir batin ketika dua kehidupan berbeda ada dalam satu atap rumah. Karena ga semua kehidupan manis kayak gula.
Sebagai suami yang bertanggung jawab harus memenuhi nafkah lahir batin. Aku ulang yaa, lahir dan batin. Kebutuhan jasmani dan rohani harus dipenuhi untuk keluarga tercinta. Sandang, pangan, papan penting karena menikah merubah kehidupan seseorang. Contoh gampang di masyarakat, si istri pakai baju yang ga layak dan tetangga mengomentari tentang tanggung jawab suaminya yang ga mampu belikan baju yang bagus. Terus gimana tanggung jawab suaminya??? Itu contoh sajaaa ya..
Dalam pernikahan ada rezekinya kan? Iyaa Allah maha menjamin semua kebutuhan hamba-Nya. Selalu ikhtiar dan tawakal karena rezeki itu dijemput bukan ditungguin aja.
Aku apresiasi buat yang sedang menjaga kesucian dan tengah berusaha memantaskan diri. Karena jodoh adalah cerminan diri kita. Menjaga kesucian bukan hanya tugas perempuan. Laki-laki juga harus. Karena barang bagus kualitas bagus. Ga murahan atau abal-abal.
Aku apresiasi yang punya prinsip kalau semua harus dipersiapkan. Apresiasi yang lagi berusaha memantaskan finansial agar sandang pangan papan si kesayangan halal nanti terjamin. Semua ga masalah kok. Asal tidak dalam balutan zina.
Kata Afgan kan, "Jodoh pasti bertemu, kalau belum yaaa sabar," sambil jalan-jalan jauh, buka toko, bikin usaha, olahraga, bikin komunitas, kegiatan kemanusiaan dan masih banyak lagi cara kita menyibukkan diri dari ga melulu bahas jodoh dimana????
Semua adalah pilihan. Jika kita memilih pasangan untuk menikah di usia muda tandanya kita siap menerima apapun yang ada dalam biduk rumah tangga. Pilihlah pasangan yang menjadikanmu ratu sepanjang hayat bukan jadi wanita yang terpenjara dalam pilihannya. Allah selalu melimpahkan keberkahan karena pernikahan adalah melengkapi separuh agama.
Setan itu paling kesel kalau ada yang menikah, karena setiap pandangan ke pasangan halal adalah ibadah. Setan paling bahagia kalau ada yang zina, karena setiap zina tandanya sedang direkrut jadi temen di neraka. Naudzubillahi mindzalik...
Tulisan di atas adalah pengingat diri saya agar lebih memaknai kehidupan.
Mohon maaf lahir batin.
Salam sayang
Hai Calon Pengantin ~
BalasHapusPercayakah kalian bahwa melangsungkan pernikahan tidak perlu ribet dan mahal? Dengan memakai jasa Wedding Organizer HIS Graha Elnusa, Anda bisa melangsungkan pernikahan ALL IN PACKAGE bergaya elegant di Jakarta Selatan dengan harga dibawah rata-rata dan dapat CASHBACK 35 Juta juga lho!
Mau tahu berbagai jenis Wedding Packagenya? Langsung saja kunjungi www.hisgrahaelnusa.com dan pantau terus update terbaru kami di Instagram @his_grahaelnusa.
> For more info please contact Marketing HIS Wedding Graha Elnusa 083873396243 (RATIH) atau datang langsung ke kantor HIS di Graha Elnusa Lt.2, Jl.TB. Simatupang Kav.1B, Cilandak Timur.