Assalamu'alaikum sahabat bloger
Alhamdulillah masih diberi nikmat menggoyangkan jari untuk menekan huruf di layar smartphone. Sekaligus sebagai tebusan postingan karena sudah lama juga ini blog ditinggalkan pemiliknya. He.. He maklum lagi sedang mewujudkan yang perlu diwujudkan.
Momen liburan kali ini dapat rekomendasi sama sahabat buat baca novelnya abang Tere Liye. Buat aku pribadi, nama Tere Liye sudah tersemat di memori otak sejak zaman SMA. Dunia sastra terasa dekat sejak SMA. Awalnya nulis cerpen tentang si doi. Tokoh utamanya doi. Dan sampai saat ini masih tersimpan rapi karyanya. 100% konvensional menggunakan pulpen meski pada zaman itu komputer dan dunia ketik-mengetik sudah mutakhir. He.. He.. Ada nikmat yang belum bisa dijelaskan menulis cerita masih di atas kertas binder.
Oke.. Balik ke topik, ini adalah review pertama setelah baca tuntas tentang karya abang Tere, "Pulang".
Dari kata Pulang, aku sudah kebayang ini soal taubat dan kematian. Namun 100% sok tau dan salah prasangka. Disini diceritakan dengan alur flashback. Beberapa sub bab diceritakan masing-masing waktu dan semuanya akan saling memahami dan menemukan jalur utamanya. Ada sub bab yang menceritakan saat masa kecil lalu di sub bab berikutnya menceritakan masa depan.
Isi ceritanya lebih banyak petualangan dan strategi merebut kekuasaan. Seperti dibawa larut dalam cerita.
Isi ceritanya 100% ga ada bayangan kalau ternyata ini tentang dunia kelam. Dari sekian banyak kehidupan yang aku jalani sedikitpun tidak terbesit kalau ada kehidupan yang "Agam" jalani.
Agam adalah anak pedalaman yang terlahir dari kedua orang tuanya yang memiliki masa lalu masing-masing. Ayahnya, Samad adalah tukang pukul yang tersohor dan menjadi kebanggaan keluarga tersohor kekayaan dan kekuatan kekuasaannya. Lalu ibunya bernama Midah adalah putri seorang tokoh agama yang terkenal dengan ilmu agama yang tinggi dan pemimpin peperangan melawan penjajah Belanda hingga syahid di medan perang.
Keduanya bagai dua mata logam yang berbeda, namun keduanya dapat bersatu karena ikatan cinta. Meski Midah harus merelakan diusir dari kampunya karena menikah dengan seorang tukang pukul.
Sungguh, masa lalu menjadi bagian yang membuat Agam merasa bingung. Di pangkuan ibunya Agam diajarkan untuk menjadi pribadi taat beragama namun ayahnya sangat menentang keras karena luka yang masih perih atas perlakuan keluarga istrinya.
Tumbuhlah Agam menjadi anak remaja yang gagah. Hingga suatu hari datanglah keluarga Tong, keluarga yang sangat membanggakan Samad, ayah Agam karena kesetiaannya menjadi tukang pukul di keluarga Tong. Agam diadopsi dan dibawa ke Kota sesuai permintaan Samad. Samad selalu merasa bersalah kesetiaannya pada keluarga Tong di masa lalu belum sempurna karena ia gagal menyelamatkan istri dan anak-anak di keluarga Tong. Ia menjadi lumpuh akibat menyelamatkan Tauke Besar. Tauke Besar adalah pimpinan keluarga Tong.
Balas budi akan selalu diingat bagi keluarga Tong. Mereka mengadopsi Agam untuk menjadi penerus bagi keluarga Tong. Agam merasakan pendidikan yang tinggi dan dikirim ke luar negeri. Bagi Tauke Besar, Agam adalah salah satu yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Mereka mudah saja membiayai sekolah ke luar negeri karena kekuasaan dan kekayaan yang meluas. Sektor bisnis dikuasai sebagai ladang dan tahta kekuasaan bagi keluarga Tong. Namun dalam mendapatkan kekuasaan selain menggunakan uang juga menggunakan tukang pukul untuk membekuk lawan. Selain pendidikan, Agam pun dibekali ilmu bela diri dan menembak dari guru terbaik. Namun Agam tetap ingin menjadi tukang pukul seperti Ayahnya. Hatinya tak bisa menepis darah ayahnya mengalir deras di tubuhnya. Namun Agam dipersiapkan untuk menjadi penerus yang bukan hanya kuat dalam kekerasan namun pandai dalam strategi kekuasaan.
Bagi Agam, Tauke Besar adalah ayah keduanya. Kesetiaannya sangat suci bagi keluarga Tong. Ia akan mengorbankan nyawanya untuk melindungi keluarga Tong.
Hingga pengkhianatan terjadi dari salah satu anak angkat Tauke Besar dan ia adalah sahabat terdekat Agam. Penggulingan kekuasaan terjadi untuk membalaskan dendam di masa lalu. Namun Tauke meninggal dunia ketika situasi pengkhianatan terjadi. Agam kehilangan keyakinan dan keberaniannya. Agam dikenal dengan julukan, "Si Babi Hutan" justru malah merasakan dirinya tak berdaya. Perjalanannya kembali ke titik Nol, ia telah kehilangan orang-orang yang ia cintai. Ibunya, ayahnya dan disusul oleh Tauke, ayah angkatnya.
Kekuatan semakin melemah. Para tukang pukul sudah dikendalikan dalam pimpinan pengkhianat. Agam tersungkur dalam titik terjatuh dalam hidupnya. Sekian banyak perjalanan, kekuasaan, dan kekayaan keluarga Tong menjadikannya jauh dari pelukan pulang. Tuanku Imam, paman Agam menyadarkan Agam untuk bangkit dari ketakutannya. Merebut kekuasaan keluarga Tong dan merubah haluannya. Dengan bantuan yang serba ada, Agam membuktikan bahwa ketakutan akan masa lalu haruslah dilawan. Melawan ketidakberdayaan diri sendiri.
Sekian banyak perjalanan Agam, matahari tetaplah terbit. Ribuan hari terlewati meski bahagia maupun dalam kesedihan, matahari tetap terbit. Dan Agam menyadari bahwa dirinya harus pulang. Pulang untuk memasrahkan diri pada penguasa alam semesta. Kembali pulang, karena jiwa ini selalu merindukan pencipta-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar