Assalamu'alaikum...
Dear sahabat blogger, ini adalah novel kedua yang alhamdulillah rekor terniat saya membaca novel dalam seminggu bisa mereview 2 novel. Kali ini novel karya abang Tere Liye yang mengoyak hati dan membolak-balikan emosi.
Saya paling antusias rekomendasi baca novel Tere Liye - Hujan.
Hujan. 5 susunan huruf itu berhasil membius saya untuk segera baca dan menamatkannya. Cukup 1 hari saya berhasil mencapai endingnya. Dalam pemilihan kata, novel ini membawa saya serasa ada di tengah-tengah cerita. Saya selalu membayangkan setiap part, karena detail keterangan baik itu waktu maupun tempat mengajak saya untuk hidup di tengah-tengah cerita.
Novel ini memiliki alur yang bolak-balik. Ada di sub bab dengan latar masa depan lalu ditulis di sub bab selanjutnya dengan latar masa lalu. Saya tidak bosan membacanya karena perubahan alur yang mengajak kita membayangkan apa yang terjadi di masa depan.
Novel ini juga mengangkat kisah bencana alam terhebat yang bisa meluluhlantahkan kota yang canggih dengan teknologi mutakhir. Ini menyadarkan saya bahwa bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Namun bencana alam yang dikisahkan dalam novel adalah letusan gunung yang maha dahsyat dan dampaknya dirasakan puluhan tahun berikutnya.
Jujur, saya sangat menikmati saat di bab awal karena penggambaran saat terjadi bencana begitu kuat padahal hanya disampaikan dalam tulisan. Ini adalah tentang kisah pertahanan hidup yang perlu kita maknai. Bencana alam tidak dapat dihindari namun dapat dihadapi dengan keyakinan untuk bangkit kembali setelah semua terjadi. Lail dan Esok, dua tokoh utama dalam cerita mereka berdua kehilangan keluarga mereka dalam bencana gunung meletus. Bahkan usia mereka hanya 13 tahun dan 16 tahun.
Pada novel ini dikisahkan tim relawan dan seluruh kerja tim penyelamat untuk bisa mempertahankan korban selamat. Karena hampir seluruh penduduk yang ada di kota tersebut hanya 10% yang bisa diselamatkan. Saya tidak asing dengan pertolongan pertama, tindakan medis serta upaya kegiatan evakuasi karena saya pernah merasakan pengalaman belajar menjadi tim relawan. Novel ini mengajak saya bernostalgia dengan kegiatan saya ketika SMA.
Meski bencana telah usai, namun trauma tetaplah ada. Esok yang telah menyelamatkan Lail dari lorong bawah tanah ketika bencana, menjadi satu-satunya orang yang bisa melindunginya. Padahal ketidakterimaan Lail karena kehilangan ibunya yang tertimbun di bawah tanah membuat Esok harus memastikan keadaan Lail setiap saat.
Bertahun-tahun sudah bencana berlalu, Lail menata hidupnya kembali menjadi seorang relawan dan menjadi spesialis medis. Kehilangan ayah dan ibunya saat bencana menjadi luka bagi hatinya. Namun kehidupan tetap berjalan. Menjadi relawan adalah pembalasan untuk menghapus kesedihannya.
Esok, menjadi salah satu tim pembuat riset tentang kapal besar. Setelah bencana, iklim menjadi tidak stabil. Apalagi setelah intervensi sulfur dioksida ke lapisan stratosfer yang membuat suhu kota menjadi panas meningkat. Manusia diambang kepunahan, untuk itu Esok tergabung dalam riset besar untuk membawa hanya sepuluh ribu manusia. Ia menjadi sangat sibuk untuk suksesnya riset tersebut.
Sementara Lail, semakin dewasa ia menyadari bahwa Esok bukan hanya seorang laki-laki yang menyelamatkan ia dari reruntuhan tanah di lorong bawah tanah. Lail menyimpan rasa namun ia tak sanggup mengungkapkannya. Esok telah membuat harapan hidupnya bersinar. Menjadi penantian yang panjang untuk memahami, apakah cinta akan terbalas?
Hampir setiap kisah bahagia dan sedih terjadi ketika hujan. Hujan selalu mengingatkan Lail pada bencana, keluarga dan Esok, harapan baru baginya. Hingga Esok menjadi satu dari sepuluh ribu penduduk yang beruntung untuk pergi ke luar angkasa memulai kehidupan baru.
Bagi Lail, itu adalah kehilangan kesekian kalinya yang menyakitkan. Hingga ia memutuskan untuk menghapus semua kenangan menyakitkan dan hujan dengan alat pendeteksi memori syaraf dan bisa dengan mudah dihapus.
Namun bagi Esok, Lail juga penting baginya. Sejak bencana lalu, ia selalu berusaha melindunginya sekuat tenaga. Ia berusaha membuat hati Lail menerima kepedihan yang terjadi karena Esok juga mengalami kehilangan yang mendalam.
Bagi Lail, jika Esok pergi maka hilanglah semuanya. Jika ia menghapus memori tentang Esok, ia bisa melupakan pedih di hatinya. Karena ia menyadari bahwa Esok tidak lebih dari seorang laki-laki yang menyelamatkannya.
Bagi Esok, Lail harus tetap mengingatnya. Karena hati tak bisa dipungkiri bahwa cinta dan kasih sayang telah ada sejak dulu kepada Lail namun ia tak menyadarinya.
Keputusan terbaik bagi Lail, ia membatalkan menghapus memori syarafnya. Baginya memeluk kenangan akan lebih baik daripada berusaha melupakan. Esok memutuskan untuk menjalani sisa kehidupan di kota walau dengan cuaca ekstrem. Ia menyelamatkan ibunya dan putri wali kota yang berkat jasa ayahnya, Esok bisa bersekolah tinggi. 2 tiket kapal besar ia berikan untuk mereka.
Dari kisah ini, saya belajar "Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya. cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh di dunia ini ada misteri yang tak bisa dijelaskan. Menerimanya adalah kedamaian."
Dan bukan seberapa lama umat manusia dapat bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal yang menyakitkan yang mereka alami. Masalahnya bukan pada melupakan, namun menerima. Karena yang menerima maka ia bisa melupakan dan hidup bahagia. Namun jika tidak bisa menerima tidak akan bisa melupakan."
Berdamai dengan masa lalu-
Salam.
Eka Nurwati