Sabtu, 30 Juni 2018

Hujan Karya Tere Liye

Assalamu'alaikum...

Dear sahabat blogger, ini adalah novel kedua yang alhamdulillah rekor terniat saya membaca novel dalam seminggu bisa mereview 2 novel. Kali ini novel karya abang Tere Liye yang mengoyak hati dan membolak-balikan emosi.

Saya paling antusias rekomendasi baca novel Tere Liye - Hujan.

Hujan. 5 susunan huruf itu berhasil membius saya untuk segera baca dan menamatkannya. Cukup 1 hari saya berhasil mencapai endingnya. Dalam pemilihan kata, novel ini membawa saya serasa ada di tengah-tengah cerita. Saya selalu membayangkan setiap part, karena detail keterangan baik itu waktu maupun tempat mengajak saya untuk hidup di tengah-tengah cerita.

Novel ini memiliki alur yang bolak-balik. Ada di sub bab dengan latar masa depan lalu ditulis di sub bab selanjutnya dengan latar masa lalu. Saya tidak bosan membacanya karena perubahan alur yang mengajak kita membayangkan apa yang terjadi di masa depan.

Novel ini juga mengangkat kisah bencana alam terhebat yang bisa meluluhlantahkan kota yang canggih dengan teknologi mutakhir. Ini menyadarkan saya bahwa bencana alam dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Namun bencana alam yang dikisahkan dalam novel adalah letusan gunung yang maha dahsyat dan dampaknya dirasakan puluhan tahun berikutnya.

Jujur, saya sangat menikmati saat di bab awal karena penggambaran saat terjadi bencana begitu kuat padahal hanya disampaikan dalam tulisan. Ini adalah tentang kisah pertahanan hidup yang perlu kita maknai. Bencana alam tidak dapat dihindari namun dapat dihadapi dengan keyakinan untuk bangkit kembali setelah semua terjadi. Lail dan Esok, dua tokoh utama dalam cerita mereka berdua kehilangan keluarga mereka dalam bencana gunung meletus. Bahkan usia mereka hanya 13 tahun dan 16 tahun.

Pada novel ini dikisahkan tim relawan dan seluruh kerja tim penyelamat untuk bisa mempertahankan korban selamat. Karena hampir seluruh penduduk yang ada di kota tersebut hanya 10% yang bisa diselamatkan. Saya tidak asing dengan pertolongan pertama, tindakan medis serta upaya kegiatan evakuasi karena saya pernah merasakan pengalaman belajar menjadi tim relawan. Novel ini mengajak saya bernostalgia dengan kegiatan saya ketika SMA.

Meski bencana telah usai, namun trauma tetaplah ada. Esok yang telah menyelamatkan Lail dari lorong bawah tanah ketika bencana, menjadi satu-satunya orang yang bisa melindunginya. Padahal ketidakterimaan Lail karena kehilangan ibunya yang tertimbun di bawah tanah membuat Esok harus memastikan keadaan Lail setiap saat.

Bertahun-tahun sudah bencana berlalu, Lail menata hidupnya kembali menjadi seorang relawan dan menjadi spesialis medis. Kehilangan ayah dan ibunya saat bencana menjadi luka bagi hatinya. Namun kehidupan tetap berjalan. Menjadi relawan adalah pembalasan untuk menghapus kesedihannya.

Esok, menjadi salah satu tim pembuat riset tentang kapal besar. Setelah bencana, iklim menjadi tidak stabil. Apalagi setelah intervensi sulfur dioksida ke lapisan stratosfer yang membuat suhu kota menjadi panas meningkat. Manusia diambang kepunahan, untuk itu Esok tergabung dalam riset besar untuk membawa hanya sepuluh ribu manusia. Ia menjadi sangat sibuk untuk suksesnya riset tersebut.

Sementara Lail, semakin dewasa ia menyadari bahwa Esok bukan hanya seorang laki-laki yang menyelamatkan ia dari reruntuhan tanah di lorong bawah tanah. Lail menyimpan rasa namun ia tak sanggup mengungkapkannya. Esok telah membuat harapan hidupnya bersinar. Menjadi penantian yang panjang untuk memahami, apakah cinta akan terbalas?

Hampir setiap kisah bahagia dan sedih terjadi ketika hujan. Hujan selalu mengingatkan Lail pada bencana, keluarga dan Esok, harapan baru baginya. Hingga Esok menjadi satu dari sepuluh ribu penduduk yang beruntung untuk pergi ke luar angkasa memulai kehidupan baru.

Bagi Lail, itu adalah kehilangan kesekian kalinya yang menyakitkan. Hingga ia memutuskan untuk menghapus semua kenangan menyakitkan dan hujan dengan alat pendeteksi memori syaraf dan bisa dengan mudah dihapus.

Namun bagi Esok, Lail juga penting baginya. Sejak bencana lalu, ia selalu berusaha melindunginya sekuat tenaga. Ia berusaha membuat hati Lail menerima kepedihan yang terjadi karena Esok juga mengalami kehilangan yang mendalam.

Bagi Lail, jika Esok pergi maka hilanglah semuanya. Jika ia menghapus memori tentang Esok, ia bisa melupakan pedih di hatinya. Karena ia menyadari bahwa Esok tidak lebih dari seorang laki-laki yang menyelamatkannya.

Bagi Esok, Lail harus tetap mengingatnya. Karena hati tak bisa dipungkiri bahwa cinta dan kasih sayang telah ada sejak dulu kepada Lail namun ia tak menyadarinya.

Keputusan terbaik bagi Lail, ia membatalkan menghapus memori syarafnya. Baginya memeluk kenangan akan lebih baik daripada berusaha melupakan. Esok memutuskan untuk menjalani sisa kehidupan di kota walau dengan cuaca ekstrem. Ia menyelamatkan ibunya dan putri wali kota yang berkat jasa ayahnya, Esok bisa bersekolah tinggi. 2 tiket kapal besar ia berikan untuk mereka.

Dari kisah ini, saya belajar "Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya. cukup menetap dalam hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka, biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh di dunia ini ada misteri yang tak bisa dijelaskan. Menerimanya adalah kedamaian."

Dan bukan seberapa lama umat manusia dapat bertahan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat-erat semua hal yang menyakitkan yang mereka alami. Masalahnya bukan pada melupakan, namun menerima. Karena yang menerima maka ia bisa melupakan dan hidup bahagia. Namun jika tidak bisa menerima tidak akan bisa melupakan."

Berdamai dengan masa lalu-

Salam.
Eka Nurwati

Selasa, 26 Juni 2018

Hujan

Assalamu'alaikum...

Dear sahabat blogger,

Dua hari ini langit lebih sering mendung. Rintikan hujan menjadi ritme seharian. Hujan adalah tanda nikmat dari Allah untuk kita semua. Dari hujan juga kita bisa mengambil pelajaran, meski selalu terjatuh ke tanah, hujan tak pernah berhenti turun sebagai rahmat.

Salah satu waktu doa yang mustajab dikabulkan adalah ketika hujan. Beberapa ada yang mensyukuri datangnya hujan. Namun ada juga yang menganggap hujan menjadi penghambat aktivitas.

Bagiku, hujan selalu menghadirkan ketenangan di hati. Ritmenya yang alami menambah pengakuanku akan kehebatan Allah dalam menguasai seluruh alam semesta.

Hujan juga mengingatkan cerita dari abang gojek. Sepulang mengajar aku memutuskan untuk order ojek online. Sepanjang perjalanan driver berbagi banyak informasi. Kebetulan saat itu bahasannya adalah anak. Karena saya menanyakan jumlah anak beliau. Ehm ini si basa-basi aja hehe.. Obrolan merembet ke pertanyaan sudah menikah, sudah ada keturunan, suami kerja dimana, pokonya sudah kayak petugas sensus. Tapi sebagai penumpang yang cerdas penyampaian informasi tidak lengkap untuk menjaga keamanan bersama.

Saat cuaca lagi panas-panasnya, driver membahas soal hujan.
"Jadi bu, manusia kan berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Saya pernah membaca penelitian kalau kesuburan dan genetik bisa ditingkatkan dengan hujan-hujanan," jelasnya.

Aku masih belum 100% menyerap informasi yang barusan aku dengar.
"Maksudnya gimana yaa, bang?"

Dengan semangat driver menjelaskan lagi lebih detail,
"Jadi gini, air hujan kan berasal dari tanah. Dan unsur senyawa manusia mirip dengan tanah. Kan terbuat dari sari pati tanah. Jadi kalau ibu hujan-hujanan maka akan meningkatkan kesuburan,"

Aku paham dan menjawab singkat, padat jelas. "Ohh gitu,"

Well, entah itu riset mutakhir atau engga. Hujan-hujanan aku ga bisa nolak. Bahkan suka ngajakin suami kalau lagi hujan deres supaya ke luar dan main di lapangan. Karena rintikan hujan yang mengenai wajah rasanya adem banget. Seperti dibawa nostalgia ke masa kecil yang sangat menikmati hidup.

Namun, alangkah baiknya kala hujan saling berdoa dan memohon pada pemilik hujan. Allah SWT. Seperti saat ini , ada doa yang selalu terucap sama. Semoga kelak suatu hari nanti, aku, suami dan anak-anak kami bisa main hujan-hujanan bersama.

Aku paham kalau berdoa seperti mengayuh sepeda. Lama kelamaan akan sampai ke tempat tujuan. Dan aku akan terus berdoa pada Allah untuk keluarga kecilku

Senin, 25 Juni 2018

Pulang Karya Tere Liye

Assalamu'alaikum sahabat bloger

Alhamdulillah masih diberi nikmat menggoyangkan jari untuk menekan huruf di layar smartphone. Sekaligus sebagai tebusan postingan karena sudah lama juga ini blog ditinggalkan pemiliknya. He.. He maklum lagi sedang mewujudkan yang perlu diwujudkan.

Momen liburan kali ini dapat rekomendasi sama sahabat buat baca novelnya abang Tere Liye. Buat aku pribadi, nama Tere Liye sudah tersemat di memori otak sejak zaman SMA. Dunia sastra terasa dekat sejak SMA. Awalnya nulis cerpen tentang si doi. Tokoh utamanya doi. Dan sampai saat ini masih tersimpan rapi karyanya. 100% konvensional menggunakan pulpen meski pada zaman itu komputer dan dunia ketik-mengetik sudah mutakhir. He.. He.. Ada nikmat yang belum bisa dijelaskan menulis cerita masih di atas kertas binder.

Oke.. Balik ke topik, ini adalah review pertama setelah baca tuntas tentang karya abang Tere, "Pulang".

Dari kata Pulang, aku sudah kebayang ini soal taubat dan kematian. Namun 100% sok tau dan salah prasangka. Disini diceritakan dengan alur flashback. Beberapa sub bab diceritakan masing-masing waktu dan semuanya akan saling memahami dan menemukan jalur utamanya. Ada sub bab yang menceritakan saat masa kecil lalu di sub bab berikutnya menceritakan masa depan. 

Isi ceritanya lebih banyak petualangan dan strategi merebut kekuasaan. Seperti dibawa larut dalam cerita.

Isi ceritanya 100% ga ada bayangan kalau ternyata ini tentang dunia kelam. Dari sekian banyak kehidupan yang aku jalani sedikitpun tidak terbesit kalau ada kehidupan yang "Agam" jalani.
Agam adalah anak pedalaman yang terlahir dari kedua orang tuanya yang memiliki masa lalu masing-masing. Ayahnya, Samad adalah tukang pukul yang tersohor dan menjadi kebanggaan keluarga tersohor kekayaan dan kekuatan kekuasaannya. Lalu ibunya bernama Midah adalah putri seorang tokoh agama yang terkenal dengan ilmu agama yang tinggi dan pemimpin peperangan melawan penjajah Belanda hingga syahid di medan perang.
Keduanya bagai dua mata logam yang berbeda, namun keduanya dapat bersatu karena ikatan cinta. Meski Midah harus merelakan diusir dari kampunya karena menikah dengan seorang tukang pukul.
Sungguh, masa lalu menjadi bagian yang membuat Agam merasa bingung. Di pangkuan ibunya Agam diajarkan untuk menjadi pribadi taat beragama namun ayahnya sangat menentang keras karena luka yang masih perih atas perlakuan keluarga istrinya.
Tumbuhlah Agam menjadi anak remaja yang gagah. Hingga suatu hari datanglah keluarga Tong, keluarga yang sangat membanggakan Samad, ayah Agam karena kesetiaannya menjadi tukang pukul di keluarga Tong. Agam diadopsi dan dibawa ke Kota sesuai permintaan Samad. Samad selalu merasa bersalah kesetiaannya pada keluarga Tong di masa lalu belum sempurna karena ia gagal menyelamatkan istri dan anak-anak di keluarga Tong. Ia menjadi lumpuh akibat menyelamatkan Tauke Besar. Tauke Besar adalah pimpinan keluarga Tong.
Balas budi akan selalu diingat bagi keluarga Tong. Mereka mengadopsi Agam untuk menjadi penerus bagi keluarga Tong. Agam merasakan pendidikan yang tinggi dan dikirim ke luar negeri. Bagi Tauke Besar, Agam adalah salah satu yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Mereka mudah saja membiayai sekolah ke luar negeri karena kekuasaan dan kekayaan yang meluas. Sektor bisnis dikuasai sebagai ladang dan tahta kekuasaan bagi keluarga Tong. Namun dalam mendapatkan kekuasaan selain menggunakan uang juga menggunakan tukang pukul untuk membekuk lawan. Selain pendidikan, Agam pun dibekali ilmu bela diri dan menembak dari guru terbaik. Namun Agam tetap ingin menjadi tukang pukul seperti Ayahnya. Hatinya tak bisa menepis darah ayahnya mengalir deras di tubuhnya. Namun Agam dipersiapkan untuk menjadi penerus yang bukan hanya kuat dalam kekerasan namun pandai dalam strategi kekuasaan.
Bagi Agam, Tauke Besar adalah ayah keduanya. Kesetiaannya sangat suci bagi keluarga Tong. Ia akan mengorbankan nyawanya untuk melindungi keluarga Tong.
Hingga pengkhianatan terjadi dari salah satu anak angkat Tauke Besar dan ia adalah sahabat terdekat Agam. Penggulingan kekuasaan terjadi untuk membalaskan dendam di masa lalu. Namun Tauke meninggal dunia ketika situasi pengkhianatan terjadi. Agam kehilangan keyakinan dan keberaniannya. Agam dikenal dengan julukan, "Si Babi Hutan" justru malah merasakan dirinya tak berdaya. Perjalanannya kembali ke titik Nol, ia telah kehilangan orang-orang yang ia cintai. Ibunya, ayahnya dan disusul oleh Tauke, ayah angkatnya. 

Kekuatan semakin melemah. Para tukang pukul sudah dikendalikan dalam pimpinan pengkhianat. Agam tersungkur dalam titik terjatuh dalam hidupnya. Sekian banyak perjalanan, kekuasaan, dan kekayaan keluarga Tong menjadikannya jauh dari pelukan pulang. Tuanku Imam, paman Agam menyadarkan Agam untuk bangkit dari ketakutannya. Merebut kekuasaan keluarga Tong dan merubah haluannya. Dengan bantuan yang serba ada, Agam membuktikan bahwa ketakutan akan masa lalu haruslah dilawan. Melawan ketidakberdayaan diri sendiri.

Sekian banyak perjalanan Agam, matahari tetaplah terbit. Ribuan hari terlewati meski bahagia maupun dalam kesedihan, matahari tetap terbit. Dan Agam menyadari bahwa dirinya harus pulang. Pulang untuk memasrahkan diri pada penguasa alam semesta. Kembali pulang, karena jiwa ini selalu merindukan pencipta-Nya.




Karena Bahagia Tidak Bergantung

Bagi saya dan suami kebahagian sebuah pernikahan tidak kami gantungkan pada keturunan saja.

Kami berdoa dan tetap berusaha.

Tetapi kami tidak menjadikan kebahagian pada hal apa yang Allah belum berikan.

Kami menggantungkan kebahagian kami pada Allah.

Dengan cara menikmati setiap berkat yang Allah berikan seperti pernikahan kami yang di berikan Allah

Menjaga keharmonisan pernikahan kami hingga maut memisahkan.

Bila menikah hanya pada ingin mendapatkan keturunan baru akan bahagia tandanya bahagia ada syaratnya.

Kebahagian dan kelengkapan hidup kami hanya pada Allah.

Kami memilih menikmati dan bersyukur apa yang saat ini Allah sudah berikan seperti pernikahan kami pemberian Allah pasangan hidup itu harus dihargai dirawat dan dijaga.