Senin, 28 Agustus 2017

Jangan Pernah Lelah Ayah

Dear Sahabat blogger

Buat kita yang sangat menyayangi ayah, tulisan ini mewakili pengorbanan dan kerja keras diantara ribuan usahanya untuk membahagiakan keluarga.

Titip sayang buat ayah, salam dari anak ayah.

Selamat membaca blogger.

"Jangan pernah lelah ya Ayah.. "

Subuh tadi saya melewati sebuah rumah, 50 meter dari rumah saya dan melihat seorang isteri mengantar suaminya sampai pagar depan rumah.
"Yah, beras sudah habis loh..." ujar isterinya
.
Suaminya hanya tersenyum dan bersiap melangkah, namun langkahnya terhenti oleh panggilan anaknya dari dalam rumah,
"Ayah..., besok Agus harus bayar uang praktek".
"Iya..." jawab sang Ayah.

Getir terdengar di telinga saya, apalah lagi bagi lelaki itu, saya bisa menduga langkahnya semakin berat.
Ngomong-ngomong, saya jadi ingat pesan anak saya
semalam,
"besok beliin lengkeng ya" dan saya hanya menjawabnya
dengan "Insya Allah" sambil berharap anak saya tak kecewa jika malam nanti tangan ini tak berjinjing buah kesukaannya itu.
Di kantor, seorang teman menerima SMS nyasar,
"jangan lupa, pulang beliin susu Nadia ya".

Kontan saja SMS itu membuat teman saya bingung dan
sedikit berkelakar, "ini, anak siapa minta susunya ke siapa".
Saya pun sempat berpikir, mungkin jika SMS itu benar-benar sampai ke nomor sang Ayah, tambah satu gundah lagi yang bersemayam. Kalau tersedia cukup uang di kantong, tidaklah masalah. Bagaimana jika sebaliknya?

Banyak para Ayah setiap pagi membawa serta gundah
mereka, mengiringi setiap langkah hingga ke kantor. Keluhan isteri semalam tentang uang belanja yang sudah habis, bayaran sekolah anak yang tertunggak sejak bulan lalu, susu si kecil yang tersisa di sendok terakhir, bayar tagihan listrik, hutang di warung tetangga yang mulai sering mengganggu tidur, dan segunung gundah lain yang kerap membuatnya terlamun.

Tidak sedikit Ayah yang tangguh yang ingin membuat isterinya tersenyum, meyakinkan anak-anaknya tenang dengan satu kalimat,
"Iya, nanti semua Ayah bereskan."

Meski dadanya bergemuruh kencang dan otaknya berputar mencari jalan untuk janjinya membereskan semua gundah yang ia genggam.
Maka sejarah pun berlangsung, banyak para Ayah yang
berakhir di tali gantungan tak kuat menahan beban ekonomi yang semakin menjerat cekat lehernya. Baginya, tali gantungan tak bedanya dengan jeratan hutang dan rengekan keluarga yang tak pernah bisa ia sanggupi. Sama-sama menjerat, bedanya, tali gantungan menjerat lebih cepat dan tidak perlahan-lahan.

Tidak sedikit para Ayah yang membiarkan tangannya
berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau
mengorbankan hak orang lain demi menuntaskan gundahnya. Walau akhirnya ia pun harus berakhir di dalam penjara. Yang pasti, tak henti tangis bayi di rumahnya, karena susu yang dijanjikan sang Ayah tak pernah terbeli.
Tak jarang para Ayah yang terpaksa menggadaikan
keimanannya, menipu rekan sekantor, mendustai atasan
dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang di balik meja teman sekerja. Isteri dan anak-anaknya tak pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat sang Ayah. Halalkah? Karena yang penting teredam sudah gundah hari itu.

Teramat banyak para isteri dan anak-anak yang setia
menunggu kepulangan Ayahnya, hingga larut namun yang ditunggu tak juga kembali. Sementara jauh disana, lelaki yang isteri dan anak-anaknya setia menunggu itu telah babak belur tak berkutik, hancur meregang nyawa, menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihajar massa yang geram oleh aksi pencopetan yang dilakukannya.

Sekali lagi, ada yang rela menanggung resiko ini demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.

Sungguh, diantara sekian banyak Ayah itu, saya teramat salut dengan sebagian Ayah lain yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di pertengahan malam, hingga membawanya kembali bersama pagi. Berharap ada rezeki yang Allah berikan hari itu, agar tuntas satu persatu gundah yang masih ia genggam.

Ayah yang ini, masih percaya bahwa Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah usai.
Ayah ini meyakini bahwa Allah tidak akan menguji seorang hamba kecuali sebatas hamba tersebut mampu memikulnya, dan Ia selalu berprasangka baik kepada Allah dengan meyakini bahwa tiada cobaan yang tidak berakhir dan Jalan keluar selalu akan datang kepada hamba-hamba yang hanya bersandar pada pertolongan dan kasih sayangNYA semata.
Para Ayah ini, yang akan menyelesaikan semua gundahnya tanpa harus menciptakan gundah baru bagi keluarganya.

Karena ia takkan menuntaskan gundahnya dengan tali
gantungan, atau dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji pengap, atau bahkan membiarkan seseorang tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar massa setelah tertangkap basah mencopet.

Dan saya, sebagai Ayah, akan tetap menggenggam gundah saya dengan senyum. Saya yakin, Allah suka terhadap orang-orang yang tersenyum dan ringan melangkah di balik semua keluh dan gundahnya.
Semoga.

By : Bayu Gautama

Copas : Fb Abu Aslam

Gambar : google

Rabu, 23 Agustus 2017

Surat wisuda : ini soal mengalahkan diri sendiri

Dear blogger.

Post kali ini lanjutan dari surat sarjana yang pernah saya posting satu tahun lalu.

Seperti flashback masa itu, masa dimana saya merasa gamang dan belum bisa membedakan prioritas yang harus dikerjakan. Semua maknanya penting dan harus selesai dalam bersamaan.

Bagi kami mahasiswa dengan tanggung jawab double, bekerja dan kuliah menjalankan semester akhir menjadi perjuangan yang patut diperjuangkan. Bahkan dengan kata "wajib diperjuangkan". Lalu sama halnya dengan mahasiswa yang triple tanggung jawab. Ada tanggung jawab keluarga, bekerja, dan kuliah. Semuanya menjadi bersamaan bersatu padu dalam hidup kita.

Namun ada cita-cita menjadi sarjana yang berkualitas menjadi pembakar semangat untuk kami, mahasiswa tingkat akhir.

Apa yang menakutkan dari skripsi? 

Diawali Judul yang membuat kami harus berfikir matang dalam mengambil dan memilihnya. Dari judul dapat menentukan struktur skripsi dan gambaran penelitian di lapangan. Belum ada kata menakutkan dalam memilih judul. 

Lalu pertemuan dengan dosen pembimbing menjadi langkah selanjutnya yang harus ditempuh. Ada banyak dugaan kita yang terlalu berlebihan soal dosen pembimbing. Ada perasaan takut, takut salah, takut dimarahi, takut dicoret-coret skripsi manis kita. Padahal beliau semua adalah guru kita. Tak ada guru yang ingin membuat siswanya salah. Sama halnya dosen pembimbing dengan segala kesibukan jadwalnya namun masih memberi perhatian, koreksian dan semangat mereka untuk kita. 

Semua bermodal sabar dan mau berubah. Meski banyak hal kekurangan dalam kita belajar namun selama kita memahami bahwa tak ada yang sempurna maka kita akan terus belajar menjadi lebih baik. Bagi para pejuang skripsi manis, berpacu dengan waktu adalah hal yang sangat diperhitungkan. Ummar bin khatab pernah berkata, "waktu adalah pedang" dan sama maknanya bagi kami. Sedikit waktu terlewat sia-sia sama artinya melewatkan kesempatan. 

Apa yang buat para pejuang skripsi manis bertahan dan mampu melewatinya? Banyak diantara teman-teman mengaitkan lulus sidang dengan banyak hal.

Misalnya, "Nunda skripsi sama halnya nunda ke pelaminan," nah ini bagi mahasiswa yang abis sidang bakal dilamar sama si pujaan hati.

Atau bisa, "nunda skripsi sama halnya nunda banyak waktu main dan traveling kemana-mana" nah ini bagi mahasiswa yang doyan main jauh dan traveling tapi masih kefikiran kok skripsinya belum kelar.

Atau bisa juga, "nunda skrpsi sama hal nambah budget ortu buat bayar semester lagi," nah kalau yang ini ortu yang bisa repot.

Dan bagi para pejuang skripsi, apa yang paling ampuh buat sadar kalau kita punya tanggung jawab menyelesaikannya. Alasannya orang tua.

Jujur saya, harapan mereka agar anak-anaknya bisa bertanggung jawab atas pendidikannya. Bagi saya saat ibu saya bilang ke ibu-ibu lainnya, "anak saya kuliah bu. Jauh kuliahnya nanti jadi sarjana bu." namanya juga ibu-ibu. Tapi inilah bukti bangga kedua orang tua kita kepada kita atas keputusan kita untuk terus belajar. Bagi anak rantau pasti paham rasanya, saat jauh dari orang tua namun menjadi kebangaan bagi mereka di kampung.

Dan semua yang dialami mahasiswa tingkat akhir, semua berawal dari mampu mengalahkan diri sendiri. Rasa malas dan segudang alasan belum bisa kita mengerjakan skripsi menjadi perang bagi diri kita. 

Semua berawal dari kita mampu mengalahkan diri kita sendiri dan keluar dari zona aman dan nyaman.

Toga bukan hanya soal baju wisuda, tapi tentang kesungguhan dalam menjalani setiap tahapnya.

Dan buat teman-teman yang telah melewati semester akhir, saya ucapkan selamat atas pencapaian. Semenakutkannya skripsi yang buat kita takut adalah fikiran kita sendiri.

Catatan ini dibuat : untuk pembelajaran saya bahwa saya pernah merasakan malas dalam mengerjakan skripsi saya. Namun segera sadar dan tobat. Hehhehe

Minggu, 20 Agustus 2017

Love you, ratu kehidupanku.

Untuk ratu tercantikku,
Wajahmu menebar ayu

Kala malam ku lihat wajahmu

Ada guratan nan indah menawan

Kisah senyum bibirmu yang selalu mereka

Atau garis matamu yang pernah menagis

Untuk ratuku yang paling ku sayang

Ada banyak hal yang ingin aku lewati bersamamu

Dalam masa emas kecilku

Dalam masa gemilangku

Dalam masa cemerlangku

Kala pelukanmu adalah tempat pulangku

Kala sentuhanmu adalah getaran kasih sayang untukku.

Aku selalu merindukanmu ratuku.

Ratu yang bertahta di dalam hatiku.

Kekayaan hatinya mewarisi padaku.

Ketulusan hati yang tak bertepi.

Aku tetap menjadi putrimu.

Hanya surga menjadi tempat terindahmu.

I love you my mom.



Salam

Anak mama





Selasa, 15 Agustus 2017

Dirgahayu Indonesiaku

Selamat ulang tahun kemerdekaan bagi negara yang 22 tahun lebih 6 bulan aku pijak tanahnya sebagai tempat pengabdian dan berkaryaku pada bangsa. Ketika aku kecil, aku suka menyambut 17an karena identik dengan lomba dan hadiah. Namun semakin dewasa aku belajar menemukan makna kemerdekaa dibalik euforia 17an. Merdeka adalah cita-cita bagi setiap bangsa di dunia. Merdeka artinya bisa berdaulat penuh atas kekuasaan dan urusan kehidupan dan keberlangsungan negara. Merdeka artinya semua wilayah dapat dikembangkan untuk memakmurkan rakyatnya. Merdeka artinya bebas dari ancaman dan ketakutan serangan perang dan kolonoalisme negara lain. Ini merupakan perjuangan yang sangat berarti dari para pahlawan kita, mereka tidak hanya berjuangan mengorbankan harta namun nyawa menjadi taruhannya. Dalam film tempo dulu, maaf lupa judul filmnya apa ada adegan dimana pada masa penjajahan bahwa rakyat gigih dalam mencapai kemerdekaan negara. Di sudut kota mereka menyuarakan "Merdeka atau Mati" sebuah pilihan yang pasti bahwa keyakian merdeka adalah keyakinan yang kuat. Dalam sejarah diriwayatkan tentang perjuangan perang, politik, ekonomi, hubungan berbangsa tentang bangsa kita sebelum detik-detik kemerdekaan. Dan sebuah kata merdeka bukan hanya dimaknai dari kata kebebasan namun sebuah tanggung jawab selamanya dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kemerdekaan sudah kita dapatkan, tak lupa rasa syukur menjadi sembah tulus pada Allah SWT. Bahkan dalam pembukaan negara republik Indonesia, dijelaskan,
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa,"

Bahwa kemerdekaan bukan terjadi karena usaha saja, namun ada nilai religi yang ditanamkan para pahlawan kita dalam menjalani kehidupan negara. Ada rasa syukur yang mendalam bahwa kemerdekaan adalah pemberian dari Allah SWT. Jadi teringat dengan kata "kun fa yakun" jika Allah berkehendak terjadi maka terjadilah.

Negaraku, sudah banyak yang dilewati dalam puluhan tahun pasca pengakuan kedaulatan 17 Agustus1945. Banyak sejarah yang terkisah dalam kehidupan Indonesia. Rasa cintaku tak akan berkurang. Negri yang selalu aku rindukan udara dan kesegaran airnya. Negri yang terkenal dengan pesona alam dan pariwisatanya.

Setiap aku tanyakan pada orang-orang terdekat, yang sering bolak-balik ke luar negeri. Mereka berpendapat, "lebih nyaman di negeri sendiri." Kemanapun kami pergi, kami akan merindukan Indonesia tempat kami dilahirkan.

Selamat ulang tahun kemerdekaan, bagaimanapun keadaan Indonesia saat ini semua bergantung pada rakyatnya. Bagi kami umat islam, kemajuan negara bergantung pada khalifahnnya, karena kemajuan juga didukung oleh kualitas rakyatnya. Dan yang terpenting kualitas ibadah sholat wajibnya. Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar. Periksa dulu ibadah kita dalam mengembangkan kemajuan negara. Semua kembali pada myself (diri sendiri).

Salam
Aku cinta Indonesia

#tulisan ini dibuat bukan karena merasa paling benar, justru menjadi pengingat diri ini dalam perbaikan.

Jumat, 11 Agustus 2017

Doa cinta, cinta kedua orang tua

Dear sahabat blogger.

Pernah ga ngerasa kalau setiap langkah hidupmu ada doa yang berjalan beriringan denganmu? Atau tetiba aja semua urusan berat mu terasa ringan dan kamu seperti punya kekuatan lebih. Kadang fikiran kamu lebih cepat menerka kejadian masa depan dan ala ala ngayal gitu tanpa kamu tau pasti. Padahal kan masa depan itu rahasia. Dan kamu merasa takut ngadepin suatu hal karena praduga kamu sendiri. Jawabannya cepet cepet curhat gih sama Allah dan sayangi kedua orang tua kamu.

Saya merasakan sendiri dahsyatnya doa kedua orang tua terhadap saya. Setiap saya mau nangis dan mau nyerah pasti bilang, "doain aku mah, ayah doain aku ya." seketika semua terasa lapang dan lega. Kedua orang tua kita adalah jalan menuju Ridho Allah. Sehebat apapun kamu kalau ternyata pintu keridhoan itu kamu tutup, kamu ga akan menemukan arti hebatnya dirimu.

Kekuatan mereka adalah kekuatan bagi kita. Doa mereka mampu menggetarkan arsyi dan memberi berkah bagi kehidupan kita. Bagaimana yaa caranya kita menjadi anak yang selalu didoakan oleh orang tua kita? Sebenarnya tanpa kita minta, mereka akan selalu mengucapkan doa atas nama kita. Bahagiakan mereka selagi mereka masih ada di samping kita. Hati yang senang akan membuat lingkungan menjadi senang juga. Sama halnya usaha kita dalam membahagiakan mereka berdampak pada bertambahnya kecintaan mereka pada kita. Duhh meuni mikacinta indung sareng bapa teh.

Doakan mereka jugaa ya, karena kewajiban kita sebagai anak adalah berbakti pada mereka. Doa adalah wujud bakti kita. Kalau kita sama sama mendoakan insyallah selalu ada cinta yang mengalir di tengah-tengah keluarga.

Ucapkanlah kata-kata yang baik, jika tak ingin menggores luka. Umpama ada seseorang yang mencintai kita, perasaannya akan tertuju pada kita dan lebih lembut hatinya untuk kita. Sama halnya orang tua. Perasaannya amat sangat lembut.

Bahagiakan sekarang sebelum tiada
Doakan sekarang sebelum tiada
Ucapkanlah kelembutan pada hati lembut mereka.

Semoga kita semakin sayang kedua orang tua kita.

Salam anak mama papa
Eka Nurwati

Kamis, 10 Agustus 2017

Menulis mengukir sejarah

Dear blogger.

Salah satu trend dalam dunia digital saat ini adalah merekam semua aktivitas lewat status di media sosial. Media sosial mempersembahkan wadah untuk menulis dan berbagi tulisan. Menulis adalah salah satu ajang untuk ekspresikan diri melalui serangkaian susunan huruf dan kata. Perlu diingat yaa, sekecil apapun perbuatan kita akan dibalas dengan seadil-adilnya. Sama halnya dengan tulisan kita, akan dipertanggung jawabkan kontennya baik kepada Allah maupun manusia.

Ingat 3 langkah ini yaa
Fikirkan, ketikan, bagikan.

Fikirkan yang baik-baik, karena konten dalam fikiran kita, keadaan psikologi kita, suasana hati kita menentukan seberapa kualitas kita dalam bingkai sebuah rangkaian kata. So fikirkan yang baik-baik. Just positive thinking !

Ketikan apa yang pantas diketikan. Karena gerakan jarimu akan mengantarkanmu pada sebuah keadaan yang damai atau malah mengkhawatirkan. Damai jika apapun yang kamu ketik bukan pemicu permasalahan atau konflik, bukan pula drama hidupmu agar dipandang keren bin hebat. Ketik yang baik-baik.

Berbagi menjadi salah satu fase yang mendukung keeratan sebuah jalinan muamalah. Berbagi bukan hanya soal harta, namun berbagi soal mempersembahkan yang terbaik yang mampu kita persembahkan. Salah satunya adalah bagikan informasi yang baik-baik.

Selamat berselancar di dunia maya, dunia yang bisa membuat viral dan selektif terhadap berita hoaks.

Sekuat apapun kamu,

Sekuat apapun kamu, pasti pernah merasa terpuruk dan berada di titik lemahmu. Hanya usaha yang mampu merangkakkan tubuhmu untuk bangkit dan kepasrahan doa yang tulus sebagai tawakalmu pada-Nya.