Jumat, 27 Februari 2015

Menghargai Mereka

Surat dunia.

"Karena setiap anak butuh penghargaan dan pengakuan untuk mengenal dirinya,"

Bagaimana sebuah mutiara di dasar laut terbentuk?

Jawabannya tentu dengan proses dan waktu yang lama. Dalam cangkang kerang mutiara terdapat lapisan yang berfungsi untuk mendukung pembentukan mutiara. Lapisan ini terlindungi dari lingkungan sekitar. Terjaga di dalam dan terjaga juga kemurniannya. Begitulah seumpama bunda ingin menjadikan putra/i bunda menjadi mutiara bagi keluarga.

Tentu tidak mudah bun, saya menulis ini pun belum selamanya benar dan sempurna. Tapi ingin sekali berbagi pengalaman bersama. Yaa.... seorang anak ketika memasuki usia bawah tiga tahun, saat itulah kita mulai memperkenalkan banyak hal padanya. Bahkan belum dijelaskan anak pasti sudah bertanya ini itu. Karena mereka sedang mencari jawaban atas "why". Kenapa mah, kok matahari bersinar?

Lalu, "Kenapa kok kita bisa tertidur?" Justru inilah saatnya bunda berbangga hati, putra/i bunda mulai memasuki masa cemerlang mereka. Kadang yang kita rasakan adalah mulai gerah dan tidak sabar atas pertanyaan ini itu dari anak.

"De sudah de, jangan tanya terus,"

Atau kita bilang,"kamu kok banyak tanya yaa?"

Ya... jujur saya pun pernah mulai lelah saat menghadapi banyak pertanyaan dari adik saya yang usianya 4 tahun. Tapi satu peristiwa yang buatku takjub sendiri, saat itu dia datang padaku sambil membawa celengannya.

"Mbaa... nabung itu nanti uangnya dimasukan ke celengan, kalau nanti sudah banyak bisa buat beli tas baru,"

Mengapa bisa usia 4 tahun berbicara demikian, yaa saat itu memang saya mendapatkan pertanyaan darinya.

"Mba ini apa?"

"Celengan,"

"Buat apa mba?"

"Uangnya masukin terus nanti bisa beli sesuatu," jawabku singkat.

Dan yang terjadi adalah mereka mampu menyerap dan mengembangkannya lebih cepat. Alhamdulillah... jika kita menjadi bunda dan ayah yang sabar dalam membimbing putra/i kita. Hal sederhana saja dulu, misalnya menjawab pertanyaan darinya. Walaupun nanti yang muncul pertanyaannya seperti ini ,"Mah kok aku harus sholat ya?"

Atau, "Allah itu seperti apa ya mah?"

Sekarang media informasi sudah banyak. Jika ingin sharing jika tak mampu dapatkan jawabannya pun tak masalah. Yang terpenting adalah kita berusaha untuk menghargai keberadaan mereka. Dengan menjawab pertanyaan luar biasa dari mereka.

"Wah... adik cerdas yaa okay bunda jawab yaa pertanyaan adik,"

Dan lihatlah, 3-4 tahun ke depan. Saat anak akan menghargai keberadaan orang lain. Akan menjawab pertanyaan orang lain dengan santun.  Karena bunda dan ayahnya menghargai keberadaan dirinya.

Semoga kita selalu menjadi orang tua yang menjadi contoh terbaik bagi putra/i kita. Aammiin...

Tertanda

Calon Ibu

Kamis, 26 Februari 2015

Brokenhome

Surat dunia.

Suratku kali ini adalah tentang perpisahan. Lebih menyakitkan dari kehilangan sahabat atau pacar sekalipun. Yakni kehilangan mama saat perceraian adalah jawaban terakhir dari sebuah keluarga.

"Satu muridku ini, Wahid sapaan akrabnya. Dia adalah murid yang sangat menyukai sepak bola. Coba kau tanyakan padanya tentang Neymar, dia paham betul sosok itu,"

Satu bulan ini Wahid banyak terdiam. Menatap ke luar jendela dan seperti ada satu hal yang ia fikirkan. Ketika aku datang dan menanyakan keadaannya, dia menggeleng dan memastikan semuanya baik-baik saja. Tak ada yang aku khawatirkan keadaannya selama dia masih mengikuti materi dan tugas dengan baik.

Sesekali dia datang padaku dan mendekat. Dia menunjukan satu hal yang tujuannya adalah ingin meminta penghargaan. "Bu bagus kan karyaku?"
Atau dia datang padaku untuk bertanya soal ,"Club Liverpool ibu tau kan?"
Pernah saat itu juga, dia datang untuk memastikan aku ingat hari terpenting dalam hidupnya,"Bu hari ini aku ulang tahun bu,"
Dia adalah satu diantara yang lain yang paling dewasa. Dia bisa mengontrol dan menurunkan emosinya. Dia bisa beraktivitas lebih gesit dari yang lain.

Tapi satu yang tidak disukai, "Bu aku ga mau nyanyi ah," tolaknya. Padahal ada tes seni budaya untuk pengambilan nilai tes menyanyi dan hingga saat ini nilainya kosong. Saat semua anak menyukai lagu untuk praktek tapi yang satu ini sibuk dengan dunianya. Kadang ia berjalan-jalan dan tidak menperdulikan penjelasan gurunya saat pelajaran. Dan mengapa itu terjadi??

"Mama tidak pernah bernyanyi untukku," jawabnya ringan.

Mama... ketika aku masih kecil mama adalah sosok yang selalu berlagu sebelum tidur. Bahkan mama yang mengajariku lagu-lagu bahasa Jawa karena aku adalah keturunan Jawa. Lalu ayah yang selalu bernyanyi dengan lagu yang sama tapi tak pernah bosan mendengarnya. Tapi Wahidku saat ini kehilangan waktu yang menyenangkan untuk bernyanyi. Bukan karena tidak mau, tapi tidak ada yang mencontohkan. Dan sosok yang paling dekatpun tidak pernah mencontohkan indahnya nyanyian anak-anak.

"Bu ini PR caranya gimana?" Tanyanya.
Mengapa dia selalu sibuk menanyakan cara PR nya? Karena tak ada yang mengajarkan di rumah. Ada ayah yang fokus pada pekerjaan rumah tangga dan ibu yang sibuk berkarier. Berbeda dengan temannya yang lain yang bisa mendapat 100 karena PRnya dibimbing orang tua.

"Wahid sayang.. "
kataku dalam hati. Aku masih belum percaya saat ayahmu datang dan mengatakan bahwa perceraian adalah hal yang akan kamu hadapi. Bahwa broken home, keluarga yang tinggal sebagian dan hati yang akan semakin kesepian.

Ya..  kamu kesepian nak. Kamu berusaha menutupinya. Seolah kamu baik-baik saja. Apapun yang terjadi, tetaplah sayang pada mama dan papa yaaa sayang.
"Bu, saya titip wahid yaa... perhatikan dia..  dia butuh sosok ibu yang perhatian. Dan saya mohon, agar Wildan tidak disinggung tentang keluarga," pinta ayahnya.

Wahid...  kamu tetap jadi Wahid yang luar biasa, sabar ya nak. Fokus yaa nak... apapun yang sedang kamu hadapi masih ada ibu, guru-guru, teman-teman dan kamu masih bisa bermain bola. Itu yang sangat kamu sukai. Kamu bisa!

Tertanda

Teman baik Wahid.

Iqro 5 Untuk Mama

Surat Dunia.

"Terima kasih selalu menyediakan banyak pengalaman luar biasa anak-anak untukku ya Rabb, hatiku semakin bergetar saat Kau tunjukan betapa sempurnanya ciptaan-Mu,"

Aktivitas terbaruku adalah mengajar di TPA Al-Mashuriah. Terhitung hingga saat ini aku telah bergabung selama satu bulan. Mengapa aku pilih mengajar di TPA? Bahkan yang aku pilih adalah kelas anak usia dini? Sederhana jawabannya. Aku ingin bermanfaat di usiaku yang baru saja bertambah satu tahun di Februari. Sedih rasanya saat aku bermuhasabah dan ku hitung aktivitasku yang belum aku persembahkan pada Allah.

TPA Al-Mashuriah, satu tempat yang telah membangun karakterku selama 6 tahun. Aku mengenal sosok sahabat sejati dari sini. Hingga seorang guru yang luar biasa sabar mendidikku. Dari tempat ini, aku membangun pondasi akhlak dan iman. Setiapku buka pintu TPA, selalu terbayang saat aku datang dan belajar agama islam disana. Ah..  masa itu telah terlewat, kini giliranku berusaha berbagi ilmu disana. Ilmu yang dulu guruku ikhlas memberikannya dan kini giliranku memberikannya kepada adik kelasku.

Satu persatu anak berusaha aku pahami karakternya. Mereka begitu bersemangat untuk berangkat ke TPA. Bahkan ada yang rela berjalan jauh untuk bisa yang namanya "mengaji". Bukan hanya karena uang bulanannya yang terjangkau tapi mereka punya harapan bahwa mereka bisa mendapat pendidikan agama islam untuk masa depan mereka. Sebuah keinginan yang sederhana. Saat banyak orang yang ragu dengan agamanya dan berakhlak jauh dari perintah agama maka anak-anak ini harus lebih baik lagi akhlaknya. Harus...

Ya Allah... meski mereka masih kecil, mereka bisa membaca lantunan ayat suci Al-qur'an. Salah satunya aku belajar dari si kembar Dafa dan Dafi. Sang kakak Dafa, sudah di jilid 5 Iqro. Sang adik pun sama. Untuk membaca mereka lancar dan berhak untuk ke halaman selanjutnya. Tapi inilah percakapan kami.

"Besok halaman selanjutnya yaa iqronya," kataku sambil melingkari halaman iqronya.

"Engga bu, Dafa tetep yg ini," pintanya sambil menunjuk halaman yang baru saja dibaca.

"Kamu sudah lanjut sayang," kataku.

"Bu, Dafa tetep halaman ini bu. Dafa mau ajarin mama baca iqro. Kalau mama udah baca iqro nanti Dafa lanjut," jelasnya.

Seketika aku terdiam. Mataku menghangat. Sungguh... apa yang Dafa lakukan kepada mamanya luar biasa sayangnya. Mamanya pun membenarkan apa yang dilakukan putranya.

"Saya belum bisa ngaji bu, jadi anak-anak yang ngajarin," jelasnya.

Subhanallah... ya Rabb... semoga Kau selalu mengizinkanku bersama pejuang-pejuang kecil ini. Semoga aku semakin sayang pada kedua orang tuaku seperti Dafa dan Dafi kepada mamanya.

Kisah ini terispirasi dari pejuang-pejuang kecil TPA Al-Mashuriah.

Tertanda,

Eka Nurwati yang beruntung ;)