"Husna, akan selalu jadi doa kebaikan untuk kami. Namanya yang terulang dalam ayat-ayat suci Al-Qur'an. Begitulah kebaikannya akan selalu terulang dan terus menerus."
Husna adalah anak yang kuat. Dalam minggu pertama kehamilan aku tengah di kondisi sibuk pekerjaan. Mempersiapkan anak-anak perlombaan dan graduasi sekolah. Setiap hari ada jam lembur untuk anak-anak latihan lomba.
Memikirkan materi mereka. Menentukan strategi belajar yang pas untuk mereka. Bahkan memikirkan pelajaran mereka yang tertinggal karena dipakai latihan lomba.
Husna tetap nyaman di perut mama. Aku belum menyadari. Pagi hari saat pelaksanaan lomba, badan sudah tidak karuan. 06.00 registrasi paling pagi karena hampir 20 peserta yang harus didaftarkan.
Sarapan pun tidak sempat. Nanti juga bisa sarapan di lokasi. Ternyata belum bisa terwujud karena siapkan ini dan itu.
Kipas blower yang ada di lokasi lomba semakin memperburuk keadaanku. Anginnya yang menerpa wajahku membuatku tidak nyaman. Sepertinya aku mulai demam.
Semakin siang , rasanya aku ingin rebahan. Namun pengumuman lomba sore hari. Aku sibuk menyiapkan makan siang anak-anak. Dan perutku mulai perih. Efek telat makan. Ku paksa makan namun hanya bisa masuk sedikit.
Menjelang sore, hujan turun. Semakin membuat badan ini tak karuan rasanya. Kepalaku sudah mulai terasa pusing.
Pengumuman lomba digelar. Alhamdulillah anak-anak mendapat 13 piala. Mereka pulang dengan bahagianya. Termasuk diriku. Rasanya bangga melihat perjuangan kita bersama.
Sampai rumah, badan terasa lengket sekali. Aku mandi dengan air hangat. Dan setelah memakai baju hangat. Aku tertidur dengan efek obat parasetamol. Aku tertidur dari jam 5 sore sampai 10 malam. Rasanya lebih baik badan ini.
Dua hari berselang. Kesibukan graduasi. Aku dan temanku belanja bahan kain di pasar untuk seragam. Awalnya cuaca mendukung. Namun perjalanan pulang kami terjebak hujan hingga 3 jam. Karena tidak sabar, kami putuskan untuk pulang meski hujan. Di atas motor, aku rasakan hujan menyentuh wajahku. Deras sekali. Laju motor dipercepat. Bahkan ada polisi tidur kami lewati dengan kencang dan guncangannya terasa sekali. Mungkin husna merasakannya. Namun mama belum sadar kalau husna sudah ada. Karena aku hanya ingin pulang. Sampai rumah, badanku demam.
Hari Minggu, saat aku buka les privat. Keadaanku belum fit. Namun murid-murid sudah menunggu. Kupaksakan mengajar. Namun saat kipas ruangan dinyalakan, aku merasa tidak kuat. Aku hanya ingin tidur dan istirahat.
Keesokan harinya, tepat tengah hari. Aku sudah tidak kuat lagi menahan puasa. Aku buka puasa. Padahal meski aku punya penyakit lambung, kalau puasa justru makin nyaman. Namun ini tidak. Setelah makan aku baru sadar bahwa hari ini aku telat haid 2 hari. Masih dengan ekspresi paling biasa. Mungkin memang telat. Namun hati rasanyan ingin beli tes kehamilan. Ketika digunakan, dua garis itu jelas sekali.
Aku coba lagi. Dan jelas lagi.
Lemas rasanya. Dari semua kegiatan yang kujalani ternyata husna sudah ada di rahimku. Segera aku ke bidan untuk memastikan.
Dari sekian banyak perjuangan kami berdua dalam menantikan husna, kami belajar menjadi pribadi yang benar-benar pasrah. Padahal H-1 sebelum sadar telat haid, aku merengek ke Allah minta diberikan keturunan. Seperti anak kecil yang merengek minta permen. Aku sudah terlalu lancang prasangka kepada Allah hingga aku lupa bahwa selalu banyak cara Allah menghadirkan cinta-Nya.
Suami pun memintaku bertaubat. Kesannya dosa besar banget ya? Eits... Tidak percaya pada takdir Allah itu bahaya lho. Ingat dengan rukun iman yang ke 6? Percaya pada ketetapan Allah.
Semenjak saat itu, aku belajar banget. Kalau hidup benar-benar diserahkan kepada Allah. Adem ayem banget. Aku memang ngoyo namun jadinya malah loyo. Hehhehe cape sama keinginan sendiri. Padahal semua ada timingnya.
Husna anak yang kuat. Di minggu awal ia hadir, bahkan ada guncangan keras ia tetap kuat dan aman. Jadi kalau nanti husna baca tulisan ini, ingat yaa sayang... Kekuatan itu awalnya percaya. Jika husna percaya sama Allah maka husna akan dikuatkan dalam segala hal.
Dari mama
Yang rajin elus husna pas di perut.