Sabtu, 04 Mei 2019

Catatan Garis Dua : [Day 1] Memaafkan

Assalamu'alaikum. Dear sahabat blogger.

Selamat menyambut bulan suci Ramadhan. Bulan penuh kemuliaan dan ampunan. Bulan yang dirindukan bagi kita semua.

Ditemani dengan secangkir teh hangat di pagi hari. Sudahkah kita mulai membuka hati? Bukan hanya untuk si doi yaa... Membuka hati untuk Allah SWT.

Penting untuk memahami bahwa hakikatnya kita adalah makhluk yang penuh kekurangan. Takdir kita telah tertulis di Lauhul Mahfuzh, Namun semua bisa berubah lebih baik atau sebaliknya tergantung usaha kita dan ketaqwaan tentunya.

Allah selalu menerima hamba-Nya bagaimanapun keadaannya. Namun sudahkah kita menerima diri kita seutuhnya? Kita terlahir  ke dunia di keluarga yang luar biasa. Tumbuh dan berkembang di tengah era yang terus berganti. Segala ambisi terpatri dalam alam bawah sadar. Namun jalan tak selamanya mulus. Ada jurang yang dalam. Ada bukit yang terjal. Ada badai yang berusaha menghentikan langkah. Namun tak semua yang kita inginkan menjadi nyata. Ada saja bisikan dalam hati untuk berkufur nikmat atas segala anugerah. Ehmm memang syetan selalu menggiring manusia ke jalan keputusasaan.

Dalam diri manusia dianugerahkan hati yang suci. Sungguh saat kegagalan datang dalam benak kita muncul kekecewaan. Mencari sebab asal muasal dengan segala alasan. Hingga kita jatuh dalam lumbung kekufuran dan merubah haluan. Tahukah apa yang menakutkan dari keputusasaan? Kita melupakan bahwa fitrah kita adalah manusia istimewa ciptaan Allah. Allah Maha Kuasa atas segala keadaan langit dan bumi. Termasuk alur kehidupan kita. Allah akan memberi jalan terbaik dalam kehidupan. Namun tingkat kebaperan berbanding terbalik dengan rasa syukur. Jika kita sedikit bersyukur maka hati kita akan memainkan peran. Misal membandingkan kehidupan dengan orang lain. Maka baper menjadi semakin santer di hati.

Segala bentuk ekspektasi. Jika Allah berkehendak maka Allah mudah mewujudkan. Namun jika Allah tunda atau Allah ganti dengan yang lebih baik maka keikhlasan diri yang sedang diuji. Bagaimana awal dari keihklasan? Memaafkan segala yang terjadi. Peristiwa yang sudah berlalu maka maafkanlah. Hati yang pernah tergores maka maafkanlah. Diri kita dengan segala keterbatasan maka maafkanlah.

Memaafkan mengantarkan kita pada keluasan hati dan kedamaian. Pahamilah dunia dan seisinya bukanlah perlombaan saling menjatuhkan. Bukan pula ajang saling menunjukan derajat. Dunia hanya setitik fase yang singgah sesaat. Tahu kan singgah? Tidak ada yang lama. Bus saja engga lama tuh kalau singgah di terminal. Selalu memaafkan. Harus selalu memaafkan.

Dalam hati ini terdapat ketulusan untuk memohon maaf kepada seluruh sahabat blogger. Mohon maaf untuk segala kekhilafan dalam berselancar di dunia maya. Izinkan saya post 30 hari untuk memaknai bulan suci ini.

Salam sayang.
Eka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar