Assalamu'alaikum.. Dear Sahabat Blogger.
Lama hati ini ingin berlabuh. Lewat ketikan kata yang kadang kelu bibir ini mengungkapkan. Hati ini mulai mencari jawaban atas segala perasaan khawatir akan hari esok. Semoga rindu kian berkurang, meski sering absen selancar di blogger.
Titik bangkit ini saya mulai, setelah banyak pertanyaan yang dituju untuk kami berdua. Singkat, namun amat sangat bermakna di hati kami.
"Memang tidak bosan berdua terus?"
Atau dengan redaksi yang sama,
"Sudah hamil belum?"
Hati kami pun sedang mencari jawaban yang meyakinkan kami. Namun dengan pertolongan Allah maka kemudahan pasti datang.
Sungguh, kami sangat bahagia jika ada kabar kehamilan. Terlebih bagi pasangan yang masih baru dan diberi kepercayaan dari Allah. Namun pasti setelah itu, ada kebaperan dalam hati yang tidak bisa kami menampiknya.
"Aku kapan ya?"
Kami berdua selalu berusaha menjadi support system yang kuat. Itu adalah kekokohan yang harus kami bangun dengan segala terpaan pertanyaan netizen yang kadang suka kurang filtrasi.
Sudah berusaha sejauh mana?
Sejauh mata memandang, kami tak pernah lelah dan letih. Kadang, mereka yang bertanya dengan mudahnya soal kehamilan, misal begini "Kok belum juga ya? (Sambil jelasin masa pernikahan de el el). Sungguh sebesar apapun usaha kami, cukup kami dan Allah yang tahu.
Masa penantian ini menjadi titik bangkit kami. Ada satu kisah dari Uda nasi padang langganan kami. Suatu sore, kami makan di sana. Melihat anak Uda yang sedang belajar jalan, kami takjub dan berkomentar, " Duh baby girlnya cantik sekali,"
Uda hanya tersenyum. Dan langsung mengkisahkan perjuangannya.
"Saya menunggu satu setengah tahun untuk sebuah proses kehamilan. Saya dulu tukang gorengan mba. Saya bagikan gorengan satu plastik setiap hari. Kepada siapa saja. Mau yang saya kenal ataupun engga. Saya hanya minta dibacakan Al-fatihah untuk hajat saya yaitu memiliki keturunan."
Kami termenung. Justru kami yang belum mempersiapkan apa-apa bagi keturunan kami. Uda justru dengan gorengannya menjadi ladang pahala bagi keluarganya.
Uda dengan semangat melanjutkan ceritanya, "Kalau kita ingin rezeki yang berlimpah, maka siapkan wadah yang besar. Misalnya begini, kalau Allah memberi rezeki yang banyak tapi wadah kita kecil kan akan berserakan kemana-mana. Lain halnya kalau wadah kita besar, sebanyak apapun rezeki maka kita siap menampungnya. Anak adalah rezeki," jelas Uda.
Sungguh, sesederhana itu justru kami belum memahaminya. Kami fokus pada muhasabah diri dan mohon pengampunan atas dosa-dosa kami. Konsep Uda tadi menambah daftar target kami selanjutnya. Bahwa semangat berketurunan didukung wadah kebaikan yang besar.
Ini adalah titik bangkit kami. Fokus pada yang tidak dimiliki akan membuat kami lelah. Kelelahan itu akan mereduksi sedikit demi sedikit rasa syukur kami. Hingga ada di titik menyerah karena hampa mengejar dunia namun lupa dengan akhirat. Sesungguhnya Allah akan mengubah suatu kaum jika kaum tersebut mau berusaha mengubah. Intinya usaha sejalan dengan doa dan tawakal. Dan titik bangkit ini kami jadikan wadah yang besar. Agar kami bisa menebar manfaat dan semangat.
Bagi para pejuang buah hati, Allah is best planner. Semua akan indah pada waktunya. Nikmati setiap kebersamaan bersama kekasih halal. Allah itu kalau memberi ga tanggung-tanggung.
Seterusnya akan ada banyak catatan garis dua dari kami. Kami ingin mempersiapkan dengan mengambil makna kebaikan.
Salam sayang
En
Tidak ada komentar:
Posting Komentar