Sabtu, 08 Maret 2014

Sudah jadi apakah kita hari ini?

Surat Dunia...
"Sebaik-baiknya manusia adalah yg bermanfaat untuk orang lain."

Hari ini aku sejenak berfikir untuk mengerti makna diri ini untuk orang banyak. Otak sudah penuh untuk memikirkan semua ingin ini ingin itu yg tak kunjung berkurang. Semakin hari semakin banyak rupanya keinginan yg difikirkan. Setelah itu dirancang dan diusahakan untuk diwujudkan.

"Manusia diciptakan sebaik-baiknya dengan akal dan fikiran serta dengan sekeping hati yg bernurani."

Dengan semua kemampuannya manusia berusaha menunjukan siapa dirinya bagi dunia. Tapi ada satu hal yg buat diri ini masih bertanya. Pertanyaan yg tersembunyi dalam hingga lamanya Allah berikan kehidupan padaku.

"Sudah jadi seperti apa aku ini untuk manusia lain?"

Kalau sejuta ambisi melupakan semua konsep insan bermanfaat sungguh egois kiranya aku yg menutup mata dari sekitarku.

Ya Rabb.... seandainya ini adalah penyadaran untukku maka bangunkan aku dalam sadar bahwa aku tak hanya hidup atas diriku tapi ada orang yg menanti peranku. Menanti pertolongan. Menanti silaturahmi. Menanti hadirnya aku untuk mereka.
Mohon maaf, bukan aku begitu mengakui akan besarnya orang lain membutuhkan diri ini namun aku menyadari kurangnya aku bermanfaat untuk mereka.

"Ya Rabb...hilangkanlah angan-angan yg membabi buta yg sampai melupakan bagaimana keadaan saudara dan lingkunanku."

Sesungguhnya, aku hanya ingin berusaha kembali pada fitrahku. Seperti dalam babad Bali yg aku dengar,

"Seperti debu di lantai  yg tak kunjung ada habisnya, berulang kali disapu tapi masih ada saja."

Jangan pernah puas dengan apa yg kita miliki, karena kita harus banyak belajar.

Sudah jadi apa kita dengan apa yg kita miliki?

Belum jadi apa-apa.

Edisi penyadaran : Eka Nurwati

Jumat, 07 Maret 2014

Menjelang Hari itu,

Surat Dunia...
Perempuan mana yg tak tersenyum untuk sekedar mengingat,

Pernahkah cinta datang dalam hidup?

Mereka akan menyulam kembali benang-benang yg terurai.

Atau meluruskan sekelumit benang yg melilit.

Yg sudah melilit atau terurai itulah yg terlewat.

Cinta dan kedatangannya yg disambut meriah

Tapi kini jadi monumen mati dalam hati mereka

Ada yg bersikeras bahwa cinta merekalah yg paling setia

Tapi kaum ikhwan yg tak punya hati yg meninggalkan

Sekiranya itulah runtuhan cinta yg masih tersisa.

Perempuan yg mulia...

Ketahuilah, cinta memang hadir dan sudah hadir dalan hati masing-masing.

Kita adalah ciptaan-Nya yg perasa dan lembut

Sekiranya cinta yg pernah kamu lewati adalah cinta yg buatmu jadi pendendam, maka kau bukan perempuan mulia lagi.

Mengapa? Karena kau biarkan hatimu disiram dendam yg kau anggap itulah wajar dan manusiawi.

Apa karena perpisahan kamu rela dicopot jadi perempuan yg kodrat hatinya lembut?

Justru dengan ketidakterimaan putus cinta kamu menjadi berhati keras seperti batu.

Berdoalah untuk orang yg perbah BERUSAHA mencintaimu yg sekarang sedang pergi darimu.

Mereka dulu berusaha jadi seseorang yg berarti untukmu.

Jikalau hari ini pergi maka dia ingat akan tanggung jawabnya.

Semoga dia ingat untuk jadi ikhwan yg bertanggung jawab bukan hanya atas hati istrinya kelak tapi juga kebutuhan jasmani dan rohani istrinya nanti.

Ketika dia pergi, maknai bahwa dia tengah sadar bahwa laki-laki sejati kembali bukan hanya karena cinta tapi karena agama dan mampu lahir batin memberi tiket surga bagi kita.

Jadi ayoo dong maknai putus cinta dengan catatan bahwa itu bukan akhir tapi awal untukmu menyiapkan diri sebelum benar-benar menuju hari yg dijelang (red: pernikahan).

Dengan 100% kejelasan dan keridhoan... aammiiin..