Surat Dunia...
"Sebaik-baiknya manusia adalah yg bermanfaat untuk orang lain."
Hari ini aku sejenak berfikir untuk mengerti makna diri ini untuk orang banyak. Otak sudah penuh untuk memikirkan semua ingin ini ingin itu yg tak kunjung berkurang. Semakin hari semakin banyak rupanya keinginan yg difikirkan. Setelah itu dirancang dan diusahakan untuk diwujudkan.
"Manusia diciptakan sebaik-baiknya dengan akal dan fikiran serta dengan sekeping hati yg bernurani."
Dengan semua kemampuannya manusia berusaha menunjukan siapa dirinya bagi dunia. Tapi ada satu hal yg buat diri ini masih bertanya. Pertanyaan yg tersembunyi dalam hingga lamanya Allah berikan kehidupan padaku.
"Sudah jadi seperti apa aku ini untuk manusia lain?"
Kalau sejuta ambisi melupakan semua konsep insan bermanfaat sungguh egois kiranya aku yg menutup mata dari sekitarku.
Ya Rabb.... seandainya ini adalah penyadaran untukku maka bangunkan aku dalam sadar bahwa aku tak hanya hidup atas diriku tapi ada orang yg menanti peranku. Menanti pertolongan. Menanti silaturahmi. Menanti hadirnya aku untuk mereka.
Mohon maaf, bukan aku begitu mengakui akan besarnya orang lain membutuhkan diri ini namun aku menyadari kurangnya aku bermanfaat untuk mereka.
"Ya Rabb...hilangkanlah angan-angan yg membabi buta yg sampai melupakan bagaimana keadaan saudara dan lingkunanku."
Sesungguhnya, aku hanya ingin berusaha kembali pada fitrahku. Seperti dalam babad Bali yg aku dengar,
"Seperti debu di lantai yg tak kunjung ada habisnya, berulang kali disapu tapi masih ada saja."
Jangan pernah puas dengan apa yg kita miliki, karena kita harus banyak belajar.
Sudah jadi apa kita dengan apa yg kita miliki?
Belum jadi apa-apa.
Edisi penyadaran : Eka Nurwati