Jumat, 04 Maret 2016

Semester males

Semester males

"Adik udah ga kuat bang, adik mau nikah aja."

Kutipan yang menggelitik imajinasiku saat aku mulai menyerah dan membayangkannya jadi tambah menyerah. Lho???

Siapa sih yang ga jenuh sama semester ujung? Semester yang katanya tinggal dikit lagi. Semester 6, 7 dan 8. Semester paling sakral dan kuat iman kalau ga mau bablas dan tinggal sia-sia. Semester yang isinya mau mau engga engga kuliah. Rasanya mau langsung skripsi dan wisuda saja. Hheheh dikira kampus punya kakek kita main skripsi segampang itu.
Siapa sih yang sudah jenuh sama nilai ipk dan ratusan sks yang sudah terlewat? Rasanya mau main saja dan menikmati masa muda. Bikin status OTW kayak temen-temen adventure terus upload foto petualangan. Naik gunung atau snorkeling yang jauh sekalian.

Siapa sih yang ga mau lulus kalau sudah melangkah sejauh ini? Kalau kata Elin mah, "ini udah terlewat jauh buat berhenti atau balik haluan. Malesnya aja yang kelewatan,"

Kalau sudah maju mundur begini paling enak adalah flashback zaman masuk kuliah. Zaman SMA yang paling ideal dan bilang ke semua orang sejagat raya ,"Gue mau kuliah," walau badai menghadang tidak akan menumbangkan keadaan gue," pas sudah jadi mahasiswa pakai almamater kebesaran dan paling jadi aktivis aktif kesana kemari. Pantang pulang sebelum organisasi kelar atau pantang menyerah sebelum proker terlaksana. Ajaib manusia itu. Semangat bisa setebal baja tapi bisa berkarat rapuh kayak besi korosif. Tarik ulur semangat bisa jadi kapan saja. Termasuk dalam menghadapi semester ini. Bagaimana agar sakralnya semester ini dapat terlewati?

1. Tujuan awal.

Semua perbuatan bergantung karena niat dan tujuannya. Niat yang baik akan selalu dikuatkan perjalanannya. Tujuan yang baik pun sama. Dalam melewati masa menjadi mahasiswa harus selalu ingat tujuan kita ke depannya. Kenapa kita kuliah? Untuk apa kita kuliah?

2. Argo biaya yang tetap berjalan

Mahasiswa abadi. Satu predikat yang bukan hanya dikenal satu kampus tapi juga biaya yang tetap berjalan. Ingat saat kita mulai malas kuliah, padahal argo biaya kuliah tetap berjalan. Terbayang semua jerih payah orang tua kita saat membiayai kita. Atau malah jerih payah kita sendiri yang membiayai kuliah kita.

3. Perjuangan awal.

Coba sejenak flashback perjalanan kuliah pada awal kebersamaan kita sama teman-teman satu angkatan. Masa ospek yang menguatkan persaudaraan satu sama lain. Bahkan dari situlah kita menemukan arti teman sejati. Pasti ingat dong satu kalimat ini, "kita masuk bareng, terus wisuda juga bareng ya," nah..  gimana ga semangat tuh, orang temen kita aja mau kita lulus bareng. Harus bisa melewati semuanya dengan sabar.

4. Nama gelar

Kebayang dong gimana romantisnya pas di undangan pernikahan kita tercantum gelar kita? Satu kebahagiaan tersendiri buat kita dan keluarga. Dalam dunia pekerjaan, gelar kita diakui dan dihargai. Terus mau alasan apalagi kalau kita sudah sampai semester ini? Harus terus dijalani.

5. Orang tua cuma mau yang terbaik

"Kamu harus lebih dari ayah dan ibu ya nak," kata ayah kita. Orang tua selalu ingin yang terbaik bagi anak-anaknya. Apapun untuk menuju yang terbaik bagi kita mereka akan usahakan. Walau harus mengorbankan kepentingan mereka sekalipun. Mereka merendahkan ego mereka untuk mengutamakan diri kita. Lalu apa kita bisa melakukan yang sama dengan orang tua kita lakukan kepada kita? Kadang kitalah yang paling egois bagi mereka. Lalu apa sulitnya membahagiakan mereka lewat undangan wisuda atas nama diri kita? Kebayang dong apa yang mereka banggakan saat kita harus pergi ke kota untuk kuliah? Orang tua kita akan bilang kepada tetangga kita,"anak saya kuliah, mau jadi sarjana." Sesederhana sekali satu kalimat itu namun besar maknanya bagi mereka. Yakin kita bisa tega dengan mementingkan malas kita?

Dari semua yang dijelaskan bagian orang tualah  paling penting. Alasan semua yang kita persembahkan dalam langkah kita adalah kebahagiaan orang tua kita. Kemanapun kita melangkah nama baik orang tua kita melekat pada diri kita. Selamat berjuang kawan... semester mendekati ujung adalah tantangan. Kita harus wisuda.

Buat ayah yang selalu menunggu di tepi gang rumah kalau anaknya belum pulang kuliah. Dan buat ibu yang tanpa absen siapkan sarapan. Besok kita bertiga ke acara wisuda yaa...

Salam
Anakmu (calon sarjana)