#Nc3
#novemberoustahunke5
#ayomenulis
#novemberous
Ada yang selalu khawatir menjelang akhir bulan. Jika sudah di tanggal 25 tiap bulan, Ia mulai pacu semua daya upaya agar tercapai target yang ditetapkan perusahaan. Lembaran nama konsumen jadi kertas pamungkas untuk bisa mengatur strategi target. Namun, jika ku teliti lagi nominal yang tertera dalam kertas itu, fantastis. Menembus angka 300-500 juta beban yang harus ditunggu setiap individu. "Dia adalah kolektor". Awalnya ku fikir tiap perkreditan pinjaman yang diambil nasabah akan aman-aman saja dalam pembayaran.
Namun, ini bukan negeri dongeng, bung! Dimana ada banyak ragam hias alasan dan keadaan perkreditan pembayaran macet. Dan itu adalah salah satu tugas kolektor. Mungkin bahasa enaknya, "Kalau bayar kredit telat, nanti kolektor yang tagih."
Ini adalah pekerjaan yang terjun di lapangan. Akan menemukan banyak ragam aral melintang serta berpacu dalam situsional. Kadang, kondisi kurang kooperatifdimana mereka yang punya hutang kredit justru lebih galak dari kolektornya. Hehehe. Semua butuh hati yang adem kalau menghadapi kasus tersebut. Karena kita paham sekali, api tidak bisa dilawan dengan api.
Ini baru segelintir tantangan menjadi kolektor. Balik kantor langsung evaluasi sama atasan. Target terhambat. Maka Bos pun bersiap. Pernah ku dengar dari balik telepon, Pak Bos marah. Karena target kacau balau amburadul. Kenapa itu penting?
Semua kembali pada advantages. Hitungan bonus individu dan tim. Serta performa kerja tim dan atasan. Jika ada satu tim tidak target, maka akan jadi pemberat tim.
Bagi Pak Bos, semua arahannya meski dalam nada tinggi adalah bentuk pacuan keras untuk tim. Karena manusiawi menurutku. Karena pekerjaan dalam lingkaran lingkungan tersebut pasti tekanan dari berbagai arah.
Berkali-kali ku dengar dalam obrolan telepon, nada Pak Bos sudah auto tinggi. Mungkin dia greget kali yaa kinerja bawahannya yang lambat kayak kura-kura. hehehe.
Sampai di titik tanggal penghabisan, hingga dini hari menunjukan pukul 01.30 pagi. Badan sudah rasa kayak remuk katanya. Saat semua target terhitung, maka terlihat kinerja semuanya. Berhasil ataukah gagal tiap tim?
Awal bulan baru, bos marah lagi. Target tidak sesuai. Semua dalam barisan mendadak hening. Seperti biasa. Lalu lanjut target baru lagi.
Tapi itu dulu. Masanya sudah lewat. Ternyata sudah 2 tahun lalu. Time so flies. Dan sahabatku yang cerita demikian, pasti cekikikan kalau baca kisahnya ini. Tetapi ada banyak pelajaran kehidupan yang ia dapat. Termasuk bertekad resign dari pekerjaan itu dan meninggalkan semua kenyamanan dan gaji fantastis. Demi hati yang tentram dan menikmati hidup. Karena ternyata banyak yang terlihat cukup tapi tidak menikmati kehidupannya. Bersyukur, itu poinnya.